Kisah Pilu Sahabat Nabi, Khalifah Utsman bin Affan RA Ketika Menerima Fitnah sampai seperti ini

Artikel Terbaru Lainnya :

  Ayo  Jalan Terus !  - Waktu berotasi mengikuti putaran kehidupan umat manusia. Peristiwa berulang slide demi slide meninggalkan nestapa kesedihan. Hari ini pun ulangan dari ribuan tahun lalu, dimana manusia mulia Utsman bin Affan harus terkapar bermandikan darah dari sabetan fitnah yang menerjangnya.

Mungkinkah putaran jam dinding kembali seperti jaman khalifah Utsman bin Affan. Hoax dan fitnah kini menjadi waktu yang mengisi sosial media. Jempol-jempol nan energik dengan cepat men-share info yang masuk tanpa pertimbangkan akibat baik dan buruk dari melemparkan informasi.



Bahkan kasus perekusi kini merebak ke pelosok Indonesia. Nurani akan kasih sayang terkalahkan fitnah-fitnah yang menguasai alam pikir. Jika kemarin seorang anak dibawah umur mendapatkan perlakukan tak manusiawi, ratusan tahun yang lalu manusia agung menerima fitnah tersebut dengan kesabaran dan cintanya.
Ratusan tahun lampau jenasah Utsman bin Affan yang yang terkoyak dengan sabetan dan tikaman kaum muslim. Tahun 661 masehi jenasah sahabat Rosul ini mendapatkan perlakuan yang kejam. Sholat jenasah pun berakhir dengan keributan. Gelombang besar kaum muslimin yang termakan fitnah beramai-ramai menolak jenasah Utsman bin Affan untuk disholatkan di masjid nabawi.
Bagi mereka yang melakukan pengepungan merasa tidak pantas menerima jenasah sang manusia yang dermawan disholatkan di masjid nabi karena dosa-dosa khalifah. Bahkan mereka menuntut jenasah tersebut disholatkan di luar Madinah.
Gelombang manusia yang mencapai ribuan orang ini tampil garang, bersenjata dan menguasai seluruh sudut-sudut masjid Nabawi, tak terlihat lagi perilaku Rosul yang mengajarkan untuk saling mengasihi sesama manusia.
Sementara itu, pada kelompok lain yang terdiri para sahabat ternama seperti Ali bin Abi Thalib, Abu Musa Al-asyA?riy, Tolhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwan, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas tak punya kuasa untuk menyadarkan gelombang kaum muslimin yang mengepung masjid Nabawi.
Jenasah sang menantu Rosul ini pun harus diamankan dirumahnya, dalam pelukan istri-isri dan keluraga, jenasah tersebut tak bisa dikebumikan hingga tiga hari, sedangkan kaum muslimin yang hendak menyolatkan sang khalifah pun harus dilakukan dirumah masing-masing karena kondisi saat itu masih mencekam.

Perselisihan pun kembali muncul ketika para sahabat terkemuka dan keluarga ingin mengebumikan Utsman bin Affan di samping makam nabi. Kehendak Allah swt berkata lain, jenasah Utsman pun hingga saat ini tidak pernah dimakamkan dipemakaman baqi atau tempat peristirahatan untuk para sahabat nabi yang memiliki kemulian tersendiri.
Jenasah Utsman bin Affan pun kembali terlunta-lunta, bahkan kelompok pengepung menentang dan menolak keras Jenasah manusia mulia tersebut dimakamkan dipemakaman Islam tersebut. Kelompok ini pun menguasai area pemakaman baqi untuk menolak jenasah untuk dikebumikan, sama seperti mereka menolak mensholatkan jenasah di masjid Nabawi.
Ribuan manusia yang berasal dari luar Madinah tersebut ternyata telah menguasai dua lokasi penting bagi umat Islam tersebut, sebelum mereka menerabas masuk ke kediaman Utsman bin Affan hingga tangan yang menyalin firman-firman Allah Swt itu terputus, tak berhenti disana tubuh tuanya pun langsung dihujani tikaman mematikan.
Tiga hari jenasah Utsman bin Affan tak bisa kemana-mana karena dalam pengepungan. Sehingga memaksa para sahabat dan keluarga untuk mengambil resiko karena kondisi jenasah yang semakin rusak.
Diplomasi dan negosiasi pun dilakukan yang juga tidak menghasilkan kata sepakat, meski sebenarnya Khalifah Utsman bisa saja mengangkat senjata dan memerangi umat Islam yang mengepungnya, tapi hal itu tidak dilakukan karena rasa kasih sayang dan kesabarannya untuk menghindari perang saudara.
Namun keputusan cepat harus segera diambil, hingga akhirnya dikondisi yang genting tersebut, keluarga Utsman di pimpin istri khalifah yang paling berpengaruh, Naa��ilah binti Farafasah binti Akhwash didampingi para sahabat seperti Ali bin Abi Thalib, Abu Musa Al Aya��ariy, Hasan bin Ali, Husein bin Ali dll, memutuskan jenasah Utsman ditandu menuju pemakaman baqi pada tengah malam, saat para pengepung itu terlelap.
Rencana matang telah disiapkan, perhitungan juga telah dilakukan, hingga keluarga dan para sahabat pun mengirim mata-mata ke pemakaman baqi. Jenasah pun akhirnya diusung menuju titik pemakaman. Namun usaha tersebut harus memendam air mata kembali.
Dalam sekejap beberapa orang dari pengepung mengetahui jenasah Utsman telah sampai di Baqi langsung menghunuskan pedangnya dan memanggil kelompok yang lebih besar. Gelombang manusia pun menyerbu area Baqi.
Tanpa kompromi dan intruksi orang-orang beringas tersebut melemparkan batu-batu pada rombongan pengusung jenasah Utsman dan menghantam jenasah khalifah. Mereka pun berteriak keras dan mengusir mereka untuk membawa jenasah keluar dari pemakaman Baqi.
Beberapa kabar mengatakan kalau kelompok pengepung ini sempat merebut jenasah khalifah dari dekapan keluarga dan menghantam dan memukuli hingga jenasah mengalami patah tulang punggung dan tulang iga.
Peristiwa ini pun nyaris menelan korban jiwa, sehingga jenasah manusia yang dikasihi Rosul ini segera dibawa lari untuk dimakamkan malam itu juga.
Sementara itu lokasi yang paling dekat dari pemakaman Baqi hanyalah area pemakaman kaum Yahudi. Akhirnya, oleh keluarga khalifah yang rata-rata perempuan, jenasah Utsman bin Affan dikebumikan di area pemakaman Yahudi.
Umat Islam yang mengepung pun puas, bagi mereka hal tersebut membuktikan kalau khalifah Utsman bin Affan telah mati sebagai pengkhianat Islam dan umat Islam dan digolongkan dengan kaum Yahudi.
Sebesar itulah dampak fitnah yang berhembus, sehingga hati nurani pun menguap terbakar dengan amarah dan dendam. Satu sejarah memilukan pun tergores pena suratan takdir, berjalan hingga dialami oleh khalifah selanjutnya dan cucu Rosulullah.
Sumber:
– Tarikh ar-rusul wal muluk ,ibnu jarir ath-thobariy
– Tarikh al-bidayah wan nihayah ,ibnu katsir '

Back to Top