Kisah Perjalanan Taubat Yuke Sumeru, Mantan Rocker yang Bergeliat di Jalan Dakwah

Artikel Terbaru Lainnya :




SUATU ketika ada anak band bertanya pada Yuke Sumeru, “Ustadz, saya mau belajar Islam. Tapi saya belum bisa berpakaian gamis.” Lalu Yuke menjawab, “Lagipula siapa yang nyuruh ente pakai gamis.”

Begitulah sepenggal dialog Yuke Sumeru, mantan pemain bass music rock di era 80-an, dengan anak muda bergaya metal, style anak band. Cara Yuke berdakwah begitu rileks, seperti ngobrol, tapi bukan sembarang ngobrol. Uniknya ngobrol sambil ngopi.

“Ngopi” pun bukan sembang “ngopi”. “Ngopi” itu ternyata singkatan dari “Ngobrol Perkara Iman”. Dakwah kreatif seperti inilah yang menjadi daya tarik anak muda untuk datang ke Masjid Raya Bintaro Jaya di Jalan Maleo Raya, Bintaro Jaya Sektor 9 belum lama ini. Setiap kesempatan, Yuke berdakwah dengan memperlakukan jamaah atau lawan bicaranya seperti halnya ngobrol, layaknya sahabat dekat, begitu akrab.




Yang disentuh Yuke adalah hatinya, bukan mempersoalkan pakaiannya. Ia berdakwah dengan cara yang penuh hikmah, seperti dakwahnya Rasulullah SAW. Yuke mengibaratkan dakwah seperti bermain musik.

“Sebelum main musik, kita harus steem dulu gitarnya. Nah, kalau steeman-nya sudah benar, kita mau main lagu apa saja, ayo. Dakwah juga begitu, kita steem dulu hatinya. Kita tunjukkan keindahan dan kedamaian Islam, kalau hatinya sudah benar, nggak usah disuruh-suruh, mereka bakal lakonin sendiri,” ujar Yuke.
Yuke mengaku ingin hadir di setiap relung hati umat. Ia ingin dekat dengan setiap kegelisahan banyak orang. Ia belajar menjadi obat yang mencerahkan dan memotivasi. “Dari tiap kedekatan itu, saya berharap bisa mengingatkan banyak orang yang belum hijrah untuk mengerti arti dari keutamaan Islam,” tekad Yuke.





Kilas Balik Yuke

Bagi pecinta music rock di tahun 80-an, nama Yuke Sumeru dikenal sebagai bassis (pemain bass) kebanggan kota Bandung. Bukan hanya musik rock, ia pun piawai memainkan jazz. Nama Yuke melejit sejak ia menyabet gelar pemain bas terbaik di Indonesia pada sebuah festival musik tahun 1983 dan 1985. Yuke pun sempat bergabung di group band Gong 2000 bersama rocker Ahmad Albar.

Bakat music Yuke awalnya dicekoki piringan piringan hitam kolekasi Harry Roesli seperti Brand X dan Weather Report. Pada paruh 1984-1985, Yuke bolak-balik  Jakarta-Bandung untuk menggarap proyek bersama band Exit dan Indra Lesmana (keyboards), Gilang Ramadhan (drums), Dewa Budjana (gitar) dan Oding Nasution (gitar).

“Saat itu saya kaget, ada salah seorang anggota band saya yang penampilannya jadi berubah, dia pakai jubah putih. Ketika saya bertanya apa sebabnya, dia tidak mau jawab. Saya malah dikenalkannya dengan seorang ustadz,” kenang Yuke.

Dari perkenalan itulah Yuke sedikit demi sedikit mulai belajar Islam. Yuke mangaku tidak serta merta meninggalkan dunia hiburan. Butuh waktu lama untuk bisa meninggalkan kebiasaan lamanya.

“Saya mulai belajar ngaji. Teman saya bilang, kalau saya ingin mengenal Islam, saya harus mulai dari tidak meninggalkan shalat selama tiga hari berturut-turut, dan harus tepat waktu. Padahal waktu itu saya masih manggung, dan kalau habis manggung biasanya main ke bar, minum-minum. Pernah saya masih di dalam bar dan sudah masuk waktunya sholat subuh. Saya pergi cari mushola, pas nanya ke resepsionis, dia cuma bengong saja ngelihatin saya,” urainya.

Yuke mengaku baru total meninggalkan dunia hiburan dan gaya hidupnya yang lama, setelah berhaji ke Makkah. Ia berangkat haji dalam kondisi perokok berat dan peminum. Bahkan Yuke nekat ‘menyelundupkan’ enam slop rokok dan beberapa botol wine putih.

“Di depan Multazam, saya berdoa, ya Allah, umur saya sudah 40 tahun, saya mohon tempatkan saya di tempat yang Engkau sukai. Dan, saya ingin meninggalkan maksiat, tapi saya tidak tahu memulai dari mana. Selesai berdoa, saya kembali ke hotel dan mencoba menghisap rokok yang saya bawa, tapi semuanya terasa basi. Saya juga menenggak wine, tapi baru mencium baunya saja rasanya saya mau muntah. Sejak saat itu saya berhenti merokok dan minum, dan saya semakin yakin atas jalan yang dipilihkan Allah,” terang Yuke.


Belajar di Usia Tua

Setelah mantap berhijrah, Yuke mulai mendalami Al Quran. Ia mendaftar sebagai mahasiswa di Perguruan Tinggi Ilmu Al Quran (PTIQ). Dalam kurun waktu tujuh tahun, Yuke berhasil menghafal 30 juz Al Quran dan mendapatkan gelar gelar Sarjana al Qur’an (SQ) pada tahun 2004. Sebuah perjuangan yang tak mudah.
“Alhamdulillah, saya orangnya tidak pernah malu belajar. Usia saya sudah 43 tahun waktu mulai belajar baca Alquran. Saya benar-benar bersyukur diberi kesabaran dan kemudahan Allah, sehingga saya bisa hafal Alquran,” terang pria kelahiran Bandung, 18 Oktober 1958 itu.

Yuke telah hijrah total, meninggalkan hingar-bingar panggung hiburan yang telah membesarkan namanya di kancah musik rock. Kini, ia menjalani hari-harinya sebagai pendakwah, memberi tausiah dari satu pengajian ke pengajian lainnya. Yuke memantapkan hatinya untuk menjadi pegawai Allah.









Terima Kasih sudah membaca, Jika artikel ini bermanfaat, Yuk bagikan ke orang terdekatmu. Sekaligus LIKE fanspage kami juga untuk mengetahui informasi menarik lainnya  @Tahukah.Anda.News

republished by Ayo Jalan Terus! -  Suarakan Fakta dan Kebenaran ! 



Back to Top