Kisah Mak Pak Kim Bercocok Tanam di Ruko Lantai 5, Panen Bawang hingga Siap Tularkan Ilmu

Artikel Terbaru Lainnya :

  Ayo  Jalan Terus  - Raung kendaraan menderu dari pagi hingga sore. Suara peluit petugas parkir nyalang terdengar mengatur lalu lalang di Jalan Mesjid, Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat.

Jalan Mesjid terkenal sebagai salah satu pusat percetakan dan bengkel spare part kendaraan bermotor.

Di lantai lima rumah toko (ruko), Mak Pak Kim sibuk merawat bawang putih yang ditanamnya sejak Januari lalu.





Seolah tak terpengaruh oleh keriuhan jalan raya, Mak Pak Kim setia dengan tanamannya. Setiap pagi dan sore dia mencabut rumput, membersihkan daun yang kering dan menyiraminya.

Aktivitas naik dan turun lima lantai di rukonya dilakukan setiap saat. Tak terlihat napasnya 'ngos-ngosan' karenanya.

Di lantai lima, dia menanam berbagai tanaman. Mulai dari mangga, jambu air, bawang kalimantan, dan lain sebagainya. Tempatnya tidak lebar. Tapi di sini pula dia menanam bawang merah, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, bawang putih.

Dia membudidayakannya secara bergiliran.

Dia menanam bawang merah dengan biji, bukan umbi. Di petak berukuran 1x1 meter, bisa diisi dengan 25 polybag.

Menurutnya, dibutuhkan 4 polybag untuk menghasilkan 1 kilogram bawang. Dari 1x1 meter saja, dia bisa menghasilkan lebih dari 4 kilogram, tergantung dari ukuran besar kecilnya bawang saat panen.

Usai menanam bawang merah, dia menanam kacang tanah, kedelai dan kacang hijau dengan pola tumpang sari. Tak banyak memang, hanya beberapa polybag. Tapi dia berhasil memanen setengah kilogram kacang tanah, 200 gram kedelai, dan 100 gram kacang hijau.

Saat ini, Pak Kim sedang membudidayakan bawang putih. Benihnya dari bawang putih yang dibelinya di pasar.

Menurutnya, bawang putih yang disimpan di dalam lemari es selama beberapa waktu akan tumbuh tunas. Dia sengaja membeli bawang putih untuk ditanamnya.

Dia menempatkannya di keranjang tempat sampah yang diisinya dengan tanah humus. Saat ini umurnya sudah lebih dari empat bulan dan tumbuh dengan baik. Dia mengaku tidak tahu berapa lama bawang putih bisa dipanennya. Namun ada satu yang sudah dicabutnya.





"Panennya lama. Siungnya aja lama besarnya. Kelihatannya biji (bawang) tunggal. Bawang tunggal Rp 150 ribu/kilogram," katanya, Selasa (30/4/2019).

Pak Kim dengan senang hati berbagi pengetahuan, pengalaman dan semangat.

Usianya yang sudah lebih dari setengah abad tak mengurangi keinginannya mengetahui seluk beluk tanaman lalu membagikannya kepada orang yang bertanya.

Dia pun tak merasa risau jika pengetahuannya diketahui orang lalu mengerjakannya. Menurutnya, akan lebih baik jika banyak orang mengetahui bagaimana menanam secara efektif meskipun dengan lahan yang terbatas seperti dirinya di lantai 5.

"Kalau orang tahu, bagus. Kita belajar lagi, buat lagi yang lain," katanya.

Menurutnya, di umurnya saat ini dia ingin berbuat lebih banyak hal-hal yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Tak ada rahasia baginya mengenai tanaman.

"Saya tahu, saya beritahukan ke orang lain. Seperti biji bawang merah itu. Awalnya saya tak tahu dari mana asalnya biji. Setelah saya cari tahu, ternyata dari bunganya. Orang harus tahu, buat. Itu kan bisa membantu orang," katanya.

Dia menambahkan, tanaman membutuhkan lahan. Namun lahan tidak harus luas.

Beberapa tanaman bisa ditanam di lahan yang terbatas sekalipun. Dia sudah mencobanya, dari bawang merah, kacang tanah, kedelai, kacang hijau hingga bawang putih.

Dia juga pernah memperbanyak bibit mangga dengan cangkok di tempat yang sama.

"Semuanya itu bisa ditanam. Di lantai lima pun. Walau dengan polybag dan panas 'kali, kita bisa panen," katanya.

Dikatakannya, dia menanam kacang tanah, kedelai dan kacang hijau karena rasa penasaran apakah begitu sulitnya untuk menanamnya sehingga produksinya, khususnya di Sumut dan Indonesia pada umumnya begitu kecil dan tak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

"Saya mencobanya, apakah sulit nanamnya, saya coba di atas ini, dan saya berhasil. Artinya dari sisi pertanamannya mudah, kenapa tidak banyak yang menanamnya. Tapi kenapa, kita masih impor dari dulu sampai sekarang, mungkin faktor pasar," katanya.

Dia berharap siapa pun tidak perlu ragu untuk menanam, apalagi dengan alasan keterbatasan lahan di perkotaan. Model hidroponik sudah banyak dicontoh dan dilakukan orang.

Begitu halnya yang dilakukannya bisa juga ditiru dan dilakukan orang lain untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau dijual.

"Misalnya bawang merah, harganya kan Rp 30 ribuan/kilogram, kalau tanam sendiri kan untung. Tak susah kok. Hanya tekun saja lah. Merawatnya dengan senang hati," katanya.

Penulis: Kontributor Medan, Dewantoro

Editor: Khairina

Copyright Kompas.com



republished by AYO JALAN TERUS -   Good Day Good News :)  



Back to Top