Terbongkar! Inilah Cara Perusahaan China Plagiat Teknologi Barat, Xiaomi Termasuk?

Artikel Terbaru Lainnya :




  Ayo  Jalan Terus  - Apakah kamu sering melihat banyaknya produk Tiongkok yang meniru teknologi dari Barat? Atau kamu pernah membelinya karena harga yang murah?

Membuat sebuah produk baru tidaklah mudah, seorang kreator harus memulai dengan ide lalu diterapkan dalam bentuk nyata. Proses dalam mengembangkan produk ini membutuhkan biaya yang besar.

Berbeda dengan kebanyakan produsen di Tiongkok yang lebih memilih untuk meniru produk lain dan menyebabkan berbagai dampak buruk bagi para kreator.

Lalu, mengapa perusahaan Tiongkok suka untuk meniru dan apa dampaknya? Simak penjelasan selengkapnya berikut ini!




Cara Perusahaan China Meniru Teknologi Barat

Jika mendengar kata KW alias barang palsu, salah satu hal yang ada di dalam pikiran adalah produk buatan Tiongkok. Banyak bentuk teknologi tiruan yang dibuat di negeri tirai bambu ini.

Mulai dari smartphone hingga laptop sekalipun. Oknum yang melakukan aksi meniru ini tidak hanya dilakukan oleh para produsen kecil, tapi juga perusahaan besar seperti Xiaomi.
Bahkan, seolah 'mencuri' ide orang lain dan membuatnya menjadi produk sendiri yang dijual dalam skala besar. Cara perusahaan ini menjiplak produk bisa dikatakan sangat mudah.
Mereka dapat membeli produk dari pasar, lalu mempelajari komponen pembuatan serta cara kerjanya. Setelah itu membuatnya kembali dengan bahan yang sama atau yang lebih murah.
Menurut Scott Miller (Dragon Innovation) saat diwawancarai oleh The Verge, beberapa komponen yang dapat ditiru dengan mudah adalah sebuah bentuk elektris dan mekanis.
Sebuah komponen mekanis dapat ditiru dengan menggunakan sebuah laser scanner dan dibuat ulang melalui bantuan software. Sedangkan, bentuk elektris dapat ditiru menggunakan teknologi X-Ray.
Satu hal yang sulit untuk ditiru adalah software, itu sebabnya produk iPhone KW tidak memiliki antarmuka dan fitur yang sama dengan versi orisinilnya.
Lalu, mengapa sebuah perusahaan atau perorangan dari Tiongkok lebih banyak yang memilih untuk meniru daripada memiliki inovasi produk sendiri?

Mengapa Perusahaan China 'Suka' Meniru?




Membuat sebuah produk teknologi baru adalah sesuatu yang sulit untuk dilakukan, kreator harus melalui serangkaian proses panjang hingga akhirnya menciptakan produk yang berkualitas.

Hal pertama yang harus dilakukan untuk membuat produk adalah memiliki ide yang kuat dan membuat bentuk prototype.
Setelah produk tersebut dikatakan cukup baik, lalu kreator mencari cara untuk bisa memproduksi massal.
Proses produksi sebuah produk dari nol membutuhkan waktu yang sangat panjang, serta harus ada biaya lebih yang dikeluarkan dalam masa percobaan dan pembuatan prototype.
Pengeluaran itu belum termasuk dengan biaya untuk riset dan strategi penjualan. Hal ini yang ingin dioptimalkan oleh banyak perusahaan Tiongkok.
Untuk mendapatkan jumlah keuntungan yang besar, maka proses membuat ide dan prototype dilewatkan dengan cara meniru produk lain yang sudah tersebar di pasaran.
Ambil contoh sebuah produk bernama Pressy yang sempat menjadi produk yang disukai oleh banyak orang. Melihat peningkatan penjualan produk ini, beberapa perusahaan Tiongkok mencuri idenya.
Salah satunya adalah Xiaomi bernama MiKey yang dijual dengan harga jauh lebih murah. Gak heran hal itu membuat penjualan Pressy menjadi menurun dan akhirnya kalah dengan Xiaomi.

Produk Apa Saja yang Ditiru?

Hingga saat ini, jumlah produk yang ditiru oleh produsen di Tiongkok sangat banyak. Bahkan tak terhitung jumlahnya, tapi kamu bisa lihat sejumlah produk besar yang sebenarnya adalah tiruan.




Sebut saja Baidu sebagai Google, Alibaba sebagai eBay, dan Xiaomi sebagai Apple dari Tiongkok. Berbeda dengan produk yang dijual oleh perusahaan Barat, Tiongkok menjual produknya dengan harga yang sangat terjangkau.
Sehingga hal ini dianggap merusak harga pasar dunia karena Tiongkok selalu memiliki produk yang mirip produk teknologi barat namun dengan harga yang murah.


Seorang inventor teknologi asal Indonesia, Max Gunawan, terkenal dalam membuat produk bernama Lumio, sebuah lampu dengan bentuk mirip buku.
Tak lama setelah dirilis, desain ini ditiru dan dijual dengan harga yang lebih murah. Jelas, Max dirugikan dengan hal ini namun, ia yakin produknya tetaplah yang terbaik.
Kalau kamu diharuskan untuk membeli produk lampu ini, lebih memilih merek Lumio atau jenis KW dengan harga yang jauh lebih murah?

Apa Dampak Sebuah Barang Tiruan?



Menanggapi aksi meniru oleh perusahaan Tiongkok, apa dampak yang terjadi bagi kreator dan barang itu sendiri?

Tentunya, barang tiruan yang memiliki kualitas serupa dan dijual dengan harga yang lebih murah akan menyebabkan kerugian bagi kreator. Begitu juga yang dialami oleh Pressy yang Jaka sebutkan di atas.
Walaupun seorang kreator dapat menuntut adanya aksi pelanggaran hak cipta, namun biaya dan waktu yang harus dikeluarkan sangat banyak. Sedangkan, kreator/inovator dapat membuat produk lain dengan uang tersebut.
Barang KW yang diciptakan dengan cara meniru pun biasanya akan menghasilkan kualitas produk yang kurang baik. Entah dari fungsinya yang tidak maksimal atau kualitasnya yang buruk.
Bagi kreator kecil seperti Pressy dan Lumio, menanggapi para peniru ini adalah hal yang merepotkan. Semua kembali lagi ke konsumen yang membeli, bagaimana menurut kamu?

Akhir Kata

Itu dia cara perusahaan Tiongkok meniru produk yang diciptakan oleh kreator lain dan dampaknya secara menyeluruh.
Tuliskan pendapat kamu di kolom komentar, ya. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!



republished by AYO JALAN TERUS -   Good Day Good News :)  



Back to Top