9 Orang yang Ngaku-Ngaku Sebagai Imam Mahdi dalam Catatan Sejarah

Artikel Terbaru Lainnya :

  Ayo   Jalan Terus    - KETIKA kita membaca sejarah, di mana zaman datang silih berganti, dan kaum muslimin melewati fase-fase yang dipenuhi pertikaian dan tirani, menyebarnya tindakan semena-mena yang dilakukan para pemimpin di kala itu, maka kita mendapati bahwa ada beberapa gelintir orang yang mengaku sebagai Imam Mahdi, sehingga manusia pun membenarkan pengakuan orang tersebut.
Di antara mereka adalah:





1. Kaum Syiah mengaku bahwa mereka memiliki seorang Imam Mahdi yang sedang ditunggu kemunculannya, dan ia adalah imam terakhir dari dua belas imam yang merupakan salah satu doktrin mereka. Menurut versi mereka, namanya adalah Muhammad bin Hasan Al-Askari, yang merupakan keturunan Husain bin Ali, bukan keturunan Hasan bin Ali Radhiyallahu Anhum.

2. Abdullah bin Saba berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu adalah Al-Mahdi yang ditunggu, dan akan kembali ke dunia di akhir zaman.

3. Mukhtar bin Abid Ats-Tsaqafi mengatakan bahwa Muhammad bin Al-Hanafiyah, yang wafat tahun 81 H, adalah Al-Mahdi yang ditunggu. Nama aslinya adalah Muhammad bin Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu. Disebut dengan Muhammad bin Al-Hanafiyah karena dinisbatkan kepada ibunya yang bernama Khaulah binti Jafar yang berasal dari kabilah bani Hanifah.

4. Kelompok Al-Kisaniyah, salah satu kelompok aliran Syiah. Mereka adalah pengikut Kisan yang merupakan pelayan Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu. Mereka mempunyai keyakinan, bahwa pemimpin mereka yang bernama Muhammad bin Al-Hanafiyah menguasai seluruh cabang ilmu, sehingga mereka sepakat bahwa mengikuti semua perkataannya adalah bagian dari ajaran agama.

Hal itu membuat mereka menyerahkan penafsiran hal-hal yang berkaitan dengan pokok ajaran agama kepada pemimpin mereka, sehingga sampai pada suatu kesimpulan bahwa semua ajaran agama yang telah ada tidak perlu diterapkan. Di samping itu, mereka berkeyakinan bahwa Abdullah bin Muawiyah bin Abdullah bin Jafar bin Abi Thalib Al-Hasyimi Al-Qurasyi adalah Imam Mahdi.


5. Muhammad bin Abdullah bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib (julukannya adalah Dzu An-Nafsi Az-Zakiyah/ orang yang mempunyi jiwa yang suci), wafat tahun 145 H adalah seorang yang banyak melakukan puasa sunnah di siang hari dan shalat tahajjud di malam hari. Pada masanya, banyak orang yang menyangka bahwa dia adalah Imam Al-Mahdi. Ia mempunyai pengikut dan gerakan dakwah. Ia berusaha untuk merubah keadaan ke arah yang lebih baik. Namun Dinasti Abbasiyah yang memerintah di kala itu memeranginya dengan mengirimkan 10 ribu orang prajurit, sehingga dapat menghabisi gerakannya. Ia pernah melakukan pemberontakan terhadap khalifah Al-Manshur dari Dinasti Abbasiyah; karena pada zaman itu banyak terjadi kezaliman dan kesewenang-wenangan di mana-mana.


6. Ubaidullah bin Maimun Al-Qidah termasuk salah seorang yang mengaku dirinya sebagai Al-Mahdi, yang wafat tahun 325 H. Kakeknya seorang Yahudi. Ubaidullah adalah seorang pemimpin gerakan Qaramithah[2] yang membunuh banyak kaum muslimin dan mencuri Hajar Aswad tahun 317 H. Kelompok ini lebih bahaya kekafirannya dibandingkan orang-orang Yahudi dan Nasrani.


Anak-anaknya mempunyai kekuatan dan kekuasan. Mereka berhasil menguasai Mesir, Hijaz [3], dan Syam [4]. Mereka juga berbohong dalam menisbatkan diri kepada Ahli Bait, dan mengklaim sebagai keturunan Fathimah Radhiyallahu Anha. Oleh karena itu, mereka menyebut diri mereka dengan Fathimiyyun (keturunan Fathimah). Mereka menghapuskan peradilan berdasarkan madzhab Imam Syafii dan menghidupkan perayaan-perayaan di kuburan, sehingga menyebabkan kaum muslimin mendapatkan musibah besar dalam agama mereka.
Kelompok Qaramithah memperlihatkan bahwa mereka adalah orang-orang Islam, padahal sebenarnya mereka adalah orang-orang kafir. Mereka tidak termasuk ke dalam agama mana pun, madzhab mereka adalah gabungan dari madzhab agama Majusi, para penyembah api, dan madzhab sha`ibah, penyembah bintang.

Ibnu Katsir mengatakan, Kekuasaan Bani Fathimiyyun berlangsung lebih dari 280 tahun, dan Abidullah Al-Qadah mengaku dirinya sebagai Al-Mahdi, sehingga dia membangun kota yang diberi nama Al-Mahdiyah.[5]


7. Muhammad bin Abdullah Al-Barbari yang populer dengan sebutan Ibnu Tumart, pada tahun 514 H memproklamirkan dirinya sebagai Al-Mahdi, mengaku bahwa dia adalah Alwi (keturunan Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu), dan membuat-buat silsilah keturunannya yang seolah-olah bersambung dengan Hasan bin Ali.


Dia berkuasa di suatu daerah dengan cara yang zalim. Ia mempunyai banyak trik untuk mengelabui manusia sehingga mereka yakin bahwa ia mempunyai karamah (keramat). Di antara trik yang dilakukannya adalah dengan menyembunyikan beberapa orang di kuburan, kemudian mengajak sekelompok manusia untuk membuktikan kesaktiannya. Lalu ia berseru, Wahai orang-orang yang sudah meninggal, jawablah pertanyaanku. Maka orang-orang itu pun menjawab, Engkau adalah Al-Mahdi yang terjaga dari segala dosa, engkau begini dan begitu. Karena takut rahasianya terbongkar, ia menimbun orang-orang tersebut di dalam tanah sampai meninggal dunia.

8. Muhammad bin Ahmad bin Abdullah As-Sudani, wafat tahun 1302 H/1885 M, seorang penganut sufi yang mempunyai pengaruh di negara Sudan, terkenal dengan sifat zuhud (tidak mementingkan kehidupan duniawi), mengaku sebagai Al-Mahdi pada saat berumur 38 tahun. Banyak penguasa dan kepala suku yang menerima ajarannya. Dia berpendapat, orang yang ragu bahwa dirinya adalah Al-Mahdi adalah orang yang telah kafir terhadap Allah dan Rasul-Nya. Di samping itu masih banyak pandangan sesat yang dilontarkannya. Sungguhpun ia mempunyai andil yang besar dalam memerangi kaum Nasrani dari orang-orang Inggris, namun pada kenyatannya dia bukanlah Al-Mahdi yang diterangkan dalam banyak hadits. Ia hanyalah orang-orang yang mengklaim diri sebagai Al-Mahdi.

9.Muhammad bin Abdullah Al-Qahthani, muncul di Riyadh, Kerajaan Arab Saudi, mengatakan bahwa ia pernah bermimpi yang mengindikasikan bahwa ia adalah Al-Mahdi yang ditunggu kemunculannya. Kemudian ia dibaiat oleh sekelompok orang dan berdiam di Masjidil Haram tahun 1400 H/1980 M. Peristiwa tersebut dikenal dengan Fitnah Al-Haram (tragedi Masjidil Haram) yang berakhir dengan terbunuhnya ia di sana. (Inilah)



Terima Kasih sudah membaca 😊 , Jika artikel ini bermanfaat, Yuk bagikan ke orang terdekatmu . Sekaligus LIKE fanspage  kami juga untuk mengetahui informasi menarik lainnya 📌@Tahukah.Anda.Info  

📢  Sumber  

Repulished by AyoJalanTerus.com ]  Membuka Mata Melihat Dunia 



Back to Top