Sejarah Banjir Jakarta, ☔ Banjir Turunan Sejak Tahun 1640 sampai 2020

Artikel Terbaru Lainnya :

  Ayo   Jalan Terus    - Banjir di Jakarta terjadi sejak Abad 17 saat VOC menduduki Batavia, banyak kali2 yg ditutup karena kebutuhan pembangunan. Kemudian Orde Lama, Orede Baru hingga era modern saat ini.


#BanjirJakarta, #SejarahBajirJakartaBanjirTurunan, #BanjirEraVOC, #BanjirEraKolonialBelanda, #Batavia, #BanjirEraOrdeLama, #BanjirEraOrdeBaru, #BanjirEraReformasi, #Jakarta,


Berikut Video nya : 



Sejarah Banjir di Jakarta, Sudah Ada Sejak Zaman Kerajaan Tarumanegara


Awalnya, kongsi dagang Belanda VOC memilih Ambon sebagai pusat kekuasaannya. Alasannya sederhana. Lokasi Ambon berada di jantung kepulauan rempah, Maluku. Maluku oleh bangsa barat dikenal sebagai The Spicy Island, surga rempah karena komoditas cengkeh dan pala yang sangat kaya di kepulauan tersebut.

Namun, seorang Gubernur Jenderal bertangan besi bernama Jaan Pieterszoon Coen kemudian memindahkan pusat kekuasaan kongsi dagang tersebut ke sebuah daerah di wilayah barat Pulau Jawa. Kota tersebut kemudian dikenal dengan sebutan Batavia, yang kini menjadi Jakarta, ibu kota dari negara kita Indonesia.

Mengutip dari buku Batavia Kota Banjir, karangan dari jurnalis ternama Alwi Shahab dan buku Jakarta: Sejarah 400 Tahun karya Susan Blackburn, berikut ini sedikit cerita menarik untuk diketahui tentang persoalan banjir di ibu kota Jakarta pada masa kolonialisme Belanda.

1. Staf penerangan AS menyalahkan Jaan Pieterzoon Coen yang memilih Batavia sebagai pusat kekuasaan

Seorang staf kantor penerangan Amerika Serikat di Jakarta, pernah menulis tentang persoalan banjir di Jakarta. Ia menyalahkan pendiri kota Batavia, Jaan Pieterzoon Coen yang memilih tempat dataran rendah sebagai pusat kekuasaan.

"Coen telah mendirikan kota di atas rawa-rawa, andaikata ia memilih tempat lain yang lebih tinggi setidaknya persoalan bajir dapat dikurangi dan tidak memusingkan pemimpin selanjutnya." Begitu, tulis staf kantor penerangan tersebut.

2. Jakarta sudah dilanda banjir sejak zaman Kerajaan Tarumanegara

Pada masa kekuasaan Raja Purnawarman, sang raja pernah memerintahkan untuk melakukan penggalian terhadap Kali Chandrabagha (Sekarang Bekasi) dan Kali Gomati (Sekarang Tangerang)  sepanjang 12 km untuk mengatasi persoalan banjir. Peristiwa ini tercatat dalam Prasasti Tugu di Jakarta Utara yang kini disimpan dalam Museum Sejarah Jakarta.

Ketika itu, wilayah Jakarta saat ini merupakan bagian dari kerajaan Tarumanegara. Catatan dari Prasasti itu setidaknya menunjukan bahwa Jakarta sudah mengalami persoalan banjir sejak 15 abad yang lalu.

3. Sebanyak 66 Gubernur Jenderal Hindia Belanda tidak pernah berhasil mengatasi persoalan banjir

Hampir seluruh Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang berkududukan di Batavia pernah merasa dipusingkan oleh persoalan banjir di wilayah pusat pemerintahannya itu


Akan tetapi sejak Gubernur Jenderal yang pertama berkedudukan di wilayah itu mulai dari JP Coen, hingga yang terakhir AWL Tjarda van Starkenborgh Stachoewer tidak pernah berhasil mengatasi persoalan banjir di Batavia.

Menurut Alwi Shahab, dari ke-66 Gubernur Jenderal yang pernah berkuasa, semuanya merasa tidak pernah bersalah atas persoalan banjir di Batavia. Lantas, salah siapa ya?

4. Banjir terparah pada masa kekuasaan Belanda terjadi pada tahun 1872

Menurut penelusuran Alwi Shahab, Batavia pernah mengalami banjir terdahsyat pada tahun 1872. Ketika itu, sluisbrug (Pintu air) di depan Istiqlal sekarang, jebol. Kali Ciliwung meluap dan merendam pertokoan serta hotel di Jl. Gajah Mada dan Hayam Wuruk.

Tidak hanya itu, kawasan Harmoni, Rijswik (Jalan Veteran), dan Noordwijk (Jalan Juanda) juga mengalami kelumpuhan sehingga tidak dapat beroperasi dan dilalui kendaraan. Hal ini sangat memusingkan Gubernur Jenderal yang berkuasa saat itu.

5. Pada tahun 1895 pemerintah kolonial Belanda membangun Grand Design untuk menanggulangi banjir di Jakarta

Sadar jika Batavia merupakan dataran rendah yang kerap kali dihadapkan dengan persoalan banjir, pada tahun 1895 pemerintah kolonial Belanda mencoba merancang grand design untuk menanggulangi persoalan banjir.

Grand design ini meliputi pembangunan di daerah hulu kawasan Puncak hingga hilir daerah estauria Jakarta Utara.

Pemerintah kolonial Belanda sadar jika Batavia memang daerahnya berawa-rawa dan banyak memiliki situ. Untuk itu untuk menanggulangi persoalan banjir di kota ini perlu adanya sinergisitas dengan wilayah di sekitar Jakarta.

Barangkali, sedikit pelajaran yang bisa kita ambil dari sejarah panjang banjir pada masa penjajahan Belanda adalah perlu adanya sinergi antar kepala daerah untuk mengatasi persoalan banjir di Jakarta.

Karena bagaimanapun, pembangunan vila, hotel, atau pemukiman di kawasan Puncak, Bogor dan sekitarnya, secara tidak langsung pasti akan berakibat juga terhadap keadaan Jakarta.

Sanggupkah kiranya para kepala daerah kita mengatasi persoalan banjir di ibu kota kita tercinta ini?

https://science.idntimes.com/discove...arta-c1c2/full

Ternyata ngatasi banjir gak mudah-mudah (amat)


Terima Kasih sudah membaca 😊 , Jika artikel ini bermanfaat, Yuk bagikan ke orang terdekatmu . Sekaligus LIKE fanspage  kami juga untuk mengetahui informasi menarik lainnya 📌@Tahukah.Anda.Info  

📢  Sumber  

Repulished by AyoJalanTerus.com ]  Membuka Mata Melihat Dunia 



Back to Top