Artikel Terbaru Lainnya :
[ AyoJalanTerus.com ] Biografi Walikota Padang - Sepenggal kisah perjalanan hidup seorang H. Mahyeldi Ansharullah, SP
H. Mahyeldi Ansharullah, SP gelar Datuk Marajo (lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat, 25 Desember 1966; umur 53 tahun) adalah mubalig dan politisi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang saat ini menjabat sebagai Wali Kota Padang. Lewat pendekatan partisipatif, ia memimpin penataan objek wisata dan pasar tradisional di Padang yang semrawut pasca-gempa bumi 2009 tanpa menimbulkan gejolak.[1][2][3][4] Selama kepemimpinannya, Padang meraih kemajuan di bidang infrastruktur dan kebersihan. Ia menekankan pendidikan berbasis Alquran dan mencanangkan Padang sebagai kota penghafal Alquran.
Sebagai anak dari ayah seorang buruh angkat, Mahyeldi harus bersekolah sambil bekerja untuk membantu orang tua. Sewaktu berkuliah di Universitas Andalas, ia berkecimpung dalam pergerakan Islam dan turun ke masyarakat sebagai mubalig. Oleh PKS, ia dicalonkan sebagai anggota DPRD Sumatra Barat pada pemilihan umum legislatif 2004 dan terpilih dengan perolehan suara terbanyak. Ia menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Sumatra Barat periode 2004–2009 sebelum maju sebagai Wakil Wali Kota Padang mendampingi periode kedua Wali Kota Fauzi Bahar untuk 2009–2014.
Mahyeldi menjabat sebagai Wali Kota Padang sejak 13 Mei 2014 setelah memenangkan pemilihan umum pada 2013. Pada pemilihan berikutnya, ia kembali terpilih sebagai Wali Kota Padang untuk 2019–2024.[7] Ia memulai masa jabatan kedua pada 13 Mei 2019.
Wakil Wali Kota Padang
Dalam pemilihan umum Wali Kota Padang pertama 2008, Mahyeldi terpilih sebagai wakil wali kota mendampingi Fauzi Bahar. Pasangan ini dilantik pada 18 Februari 2009 untuk periode 2009–2014.[13] Selama berkursi sebagai wakil wali kota, Mahyeldi menggerakkan perkoperasian berbasis syariah di Padang. Ia memprakarsai berdirinya Koperasi Jasa Keuangan Syariah yang memberi akses permodalan dan lapangan kerja bagi warga. Lembaga koperasi ini mengantar Padang meraih penghargaan Bakti Koperasi dan UMKM dari Menteri Koperasi dan UMKM pada peringatan Hari Koperasi ke-66 yang dipusatkan di Nusa Tenggara Barat, 12 Juli 2013.
Mahyeldi mencalonkan diri sebagai Wali Kota Padang dalam pemilihan umum Wali Kota Padang yang digelar pada 30 Oktober 2013. Diikuti 10 pasang calon, Mahyeldi bersama pasangannya Emzalmi menang atas 29,45% suara.[15] Setelah menjalani putaran kedua pada 5 Maret 2014, Mahyeldi kembali unggul dengan perolehan 50,29% suara. Pelantikannya tertunda karena pasangan calon yang kalah mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi.[16] Pada 13 Mei 2014, Mahyeldi resmi dilantik setelah terundur-undur karena adanya pemilihan umum legislatif Indonesia 2014
Pendidikan gratis masuk dalam program unggulan yang diusung Mahyeldi dan Emzalmi dalam kampanye mereka. Pada semester kedua 2014, Padang memulai penyelenggaraan pendidikan gratis 12 tahun yang menjangkau seluruh siswa SD, SLTP, dan SLTA negeri. Lewat APBD, pemerintah meningkatkan alokasi dana bantuan siswa kurang mampu. Dari program yang telah ada, pemerintah mengevaluasi pelaksanaan pesantren kilat dan wirid remaja. Pada 2015, pemerintah mengelola langsung pesantren Ramadan di empat sekolah.
Dalam rangka meningkatkan mutu SDM, pemerintah menargetkan pelajar hafal Alquran dengan memberikan keistimewaan bagi penghafal Alquran. Mereka dapat memilih bebas sekolah yang mereka inginkan sesuai jenjang kelanjutannya, satu juz bagi siswa SD, dan tiga juz bagi siswa SMP. Untuk siswa SMA yang hafal lima juz dapat memilih kesempatan masuk ke Universitas Andalas atau Universitas Negeri Padang
Pemerintah Kota Padang selama 2015 meraih lebih kurang 30 penghargaan dari instansi pemerintah dan non-pemerintah. Dari Kementerian Perhubungan, Padang mempertahankan penghargaan tertib lalu lintas dan angkutan kota Wahana Tata Nugraha untuk kategori kota besar. Padang dianggap mampu mengaplikasikan program nasional angkutan berbasis massal, ditandai dengan pengoperasian Transpadang.[23] Transpadang saat ini memiliki 35 armada. Di bidang pendidikan, Padang meraih penghargaan Anugerah Peduli Pendidikan (APP) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Padang menjadi daerah satu-satunya di Indonesia yang meraih penghargaan tersebut karena dinilai mampu melaksanakan program wajib belajar 12 tahun dengan baik.[24] Di bidang kesehatan, Padang mendulang prediket kota sehat tertinggi yang ditandai dengan penghargaan Swasti Saba Wistara dari Kementerian Kesehatan pada 27 November 2015. Penghargaan ini menandakan pelayanan kesehatan sekaligus kondisi permukiman, sarana, dan prasarana umum di Padang yang baik. Padang melengkapi sembilan tatanan yang ditetapkan panitia kota sehat.[25]
Di bidang keuangan Padang setiap tahunnya menerima opini Wajar Tanpa Pengecualian dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan Pemerintah (LKPD).[26] Sebelum kepemimpinan Mahyeldi, Padang hanya mendapatkan opini Wajar Dengan Pengecualian.[27] Di bidang lain, Padang dinobatkan sebagai Kota Layak Anak oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Kota Peduli Hak Asasi Manusia oleh Kementerian Hukum dan HAM.[28]
Selain penghargaan dari instansi pemerintah, Padang mendapatkan prediket terbaik ke-8 "Kota Terbaik" dalam acara penganugerahaan Indonesia's Attractiveness Award 2015 yang digelar oleh Tempo Media Group pada 12 Juni 2015.[29] Pada April 2016, Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) memberikan penghargaan ASITA Award atas usaha Pemerintah Kota Padang membenahi objek wisata.[30]
Pada 19 Mei 2016, MarkPlus, Inc. dalam acara Indonesia Marketeers Festival menobatkan Mahyeldi selaku Wali Kota Padang sebagai penerima penghargaan "Marketeers of The Year Padang 2016".[31] Terakhir, Padang di bawah kepemimpinan Mahyeldi mendulang prediket kategori kota di Sumatra yang terbanyak diberitakan di media nasional dalam ajang The 1st Sumatra PR Indonesia Summit & Awards yang diselenggarakan oleh majalah PR Indonesia. Penghargaan tersebut diberikan pada 20 Mei 2016 di Batam atas hasil penelusuran PR Indonesia bersama Isentia Indonesia sepanjang 2015 terhadap 12 media cetak nasional.[32]
Sebagai wakil wali kota, Mahyeldi termasuk pasangan kepala daerah yang akur selama lima tahun masa tugasnya.[11] Fauzi Bahar mengatakan, mereka tak pernah berdebat atau bertengkar mengenai tugas masing-masing. "Saya rasa di Indonesia saat ini yang paling harmonis hubungan kedua pemimpin seperti, saya sebagai Wali Kota Padang dan Mahyeldi Wakil Wali Kota Padang, tak pernah selisih paham dan bertengkar tentang tanggung jawab sebagai pemegang amanah rakyat Kota Padang."[33]
Mahyeldi mulai menjabat sebagai wali kota pada 13 Mei 2014. Semasa kepemimpinannya, Padang meraih kemajuan di bidang infrastruktur dan kebersihan. Dalam ajang Sindo Weekly, Mahyeldi meraih penghargaan Government Award pada 12 April 2016 setelah dianggap berhasil menata kota dalam waktu terbilang cepat. Konsentrasi penataan yang dilakukan selama kepemimpinan Mahyeldi meliputi Pantai Padang, pembebasan lahan jalur By Pass, dan Pasar Raya Padang. Penertiban berlangsung tanpa kericuhan, bahkan warga ikut membongkar sendiri bangunan mereka.[1] Adhyaksa Dault menyebut Mahyeldi bersama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebagai contoh kepala daerah yang berhasil merelokasi dan menata warga "tanpa kekerasan dan tak menyulut api perlawanan dari masyarakat".[34]
Dari pemerintah pusat, Mahyeldi mendapat tanda kehormatan Satya Lencana Pembangunan dalam peringatan Hari Koperasi pada 12 Juli 2015. Ia dinilai berhasil dalam mengurangi angka pengangguran lewat program-program di bidang koperasi yang akan dan sedang diterapkan. Dalam ajang Apresiasi Pendidikan Islam (API) 2015 pada 11 Desember 2015, Mahyeldi menerima penghargaan dari Kementerian Agama atas kepedulian terhadap pengembangan pendidikan Islam di daerahnya melalui kebijakan dan program kerja, ditandai dengan dukungan dana dan aktivitas keagamaan berjalan semarak. Dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Mahyeldi meraih penghargaan Adibakti Mina Bahari (AMB) atas kepedulian keberlangsungan sektor kelautan dan perikanan.
Mahyeldi dikaruniai sembilan anak dari pernikahannya dengan Harneli Bahar.[35] Ia dikenal sebagai sosok pemimpin yang sederhana, santun, dan rendah hati.[11][12] Saat menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Sumatra Barat, ia menolak menggunakan mobil dinas mewah sebagai pimpinan DPRD. Berdasarkan hasil audit Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 8 Oktober 2013 jelang pemilihan Wali Kota Padang, KPU Padang merilis laporan harta kekayaan Mahyeldi senilai 281,509 juta
Sepenggal kisah perjalanan hidup seorang H. Mahyeldi Ansharullah, SP
"Abak dan Amak sert⁷a masa lalu yang terjal telah membentuk karakter Buya Mahyeldi saat ini"
Udara pagi di Bukittinggi benar-benar menusuk tulang. Kabut setipis sutra melayang-layang seolah menghalau semburan mentari yang ingin menyentuh Jam gadang.
Tak jauh dari sana, di sebuah pendakian, tampak seorang ayah dan putranya, tertatih-tatih mendorong gerobak tua yang sarat muatan. Mereka berbagi tugas; Sang ayah, Mardanis, menjaga agar gerobak tak oleng, sedangkan sang anak menjaga agar isinya tak tumpah berserak ke jalan.
Dengan hati-hati, mereka menerobos keramaian di pasar bawah Bukittinggi. Berulang kali si anak yang duduk di kelas 3 SD itu bersorak,
“Ooii..kanai….agiah jalan kami Pak.” Suaranya melengking, memecah pagi.
Orang-orang terkesiap, seketika membuka jalan seraya memandang lekat-lekat pada anak kecil itu. Entah apa yang ada dalam benak mereka. Mungkin iba sebab anak sekecil itu telah mencicipi kerasnya dunia, atau mungkin tak peduli, tenggelam dalam keperluannya masing-masing.
Tapi yang jelas, di pagi buta itu, tidak ada seorang pun yang menyangka, 39 tahun kemudian, si bocah telah berubah menjadi seorang lelaki sederhana yang berhasil memenangkan pilkada di Ibukota Sumatera Barat. Ya, anak kecil itu bernama Mahyeldi, Walikota Padang periode 2014-2019, dan periode 2019-2024
Mengurai kembali lembaran kanak-kanaknya, tak ada raut kesedihan dalam paras Mahyeldi. Justru dengan paras berseri beliau mengungkapkan rasa syukur,
H. Mahyeldi Ansharullah, SP gelar Datuk Marajo (lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat, 25 Desember 1966; umur 53 tahun) adalah mubalig dan politisi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang saat ini menjabat sebagai Wali Kota Padang. Lewat pendekatan partisipatif, ia memimpin penataan objek wisata dan pasar tradisional di Padang yang semrawut pasca-gempa bumi 2009 tanpa menimbulkan gejolak.[1][2][3][4] Selama kepemimpinannya, Padang meraih kemajuan di bidang infrastruktur dan kebersihan. Ia menekankan pendidikan berbasis Alquran dan mencanangkan Padang sebagai kota penghafal Alquran.
Sebagai anak dari ayah seorang buruh angkat, Mahyeldi harus bersekolah sambil bekerja untuk membantu orang tua. Sewaktu berkuliah di Universitas Andalas, ia berkecimpung dalam pergerakan Islam dan turun ke masyarakat sebagai mubalig. Oleh PKS, ia dicalonkan sebagai anggota DPRD Sumatra Barat pada pemilihan umum legislatif 2004 dan terpilih dengan perolehan suara terbanyak. Ia menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Sumatra Barat periode 2004–2009 sebelum maju sebagai Wakil Wali Kota Padang mendampingi periode kedua Wali Kota Fauzi Bahar untuk 2009–2014.
Mahyeldi menjabat sebagai Wali Kota Padang sejak 13 Mei 2014 setelah memenangkan pemilihan umum pada 2013. Pada pemilihan berikutnya, ia kembali terpilih sebagai Wali Kota Padang untuk 2019–2024.[7] Ia memulai masa jabatan kedua pada 13 Mei 2019.
Wakil Wali Kota Padang
Dalam pemilihan umum Wali Kota Padang pertama 2008, Mahyeldi terpilih sebagai wakil wali kota mendampingi Fauzi Bahar. Pasangan ini dilantik pada 18 Februari 2009 untuk periode 2009–2014.[13] Selama berkursi sebagai wakil wali kota, Mahyeldi menggerakkan perkoperasian berbasis syariah di Padang. Ia memprakarsai berdirinya Koperasi Jasa Keuangan Syariah yang memberi akses permodalan dan lapangan kerja bagi warga. Lembaga koperasi ini mengantar Padang meraih penghargaan Bakti Koperasi dan UMKM dari Menteri Koperasi dan UMKM pada peringatan Hari Koperasi ke-66 yang dipusatkan di Nusa Tenggara Barat, 12 Juli 2013.
Mahyeldi mencalonkan diri sebagai Wali Kota Padang dalam pemilihan umum Wali Kota Padang yang digelar pada 30 Oktober 2013. Diikuti 10 pasang calon, Mahyeldi bersama pasangannya Emzalmi menang atas 29,45% suara.[15] Setelah menjalani putaran kedua pada 5 Maret 2014, Mahyeldi kembali unggul dengan perolehan 50,29% suara. Pelantikannya tertunda karena pasangan calon yang kalah mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi.[16] Pada 13 Mei 2014, Mahyeldi resmi dilantik setelah terundur-undur karena adanya pemilihan umum legislatif Indonesia 2014
Wakil Wali Kota Padang Mahyeldi Meninjau Banjir
Wali Kota Padang
Pendidikan gratis masuk dalam program unggulan yang diusung Mahyeldi dan Emzalmi dalam kampanye mereka. Pada semester kedua 2014, Padang memulai penyelenggaraan pendidikan gratis 12 tahun yang menjangkau seluruh siswa SD, SLTP, dan SLTA negeri. Lewat APBD, pemerintah meningkatkan alokasi dana bantuan siswa kurang mampu. Dari program yang telah ada, pemerintah mengevaluasi pelaksanaan pesantren kilat dan wirid remaja. Pada 2015, pemerintah mengelola langsung pesantren Ramadan di empat sekolah.
Dalam rangka meningkatkan mutu SDM, pemerintah menargetkan pelajar hafal Alquran dengan memberikan keistimewaan bagi penghafal Alquran. Mereka dapat memilih bebas sekolah yang mereka inginkan sesuai jenjang kelanjutannya, satu juz bagi siswa SD, dan tiga juz bagi siswa SMP. Untuk siswa SMA yang hafal lima juz dapat memilih kesempatan masuk ke Universitas Andalas atau Universitas Negeri Padang
Wali Kota Padang Mahyeldi diarak oleh warga kala menyambut Piala Adipura. Sejak 2017, Padang kembali memperoleh Adipura setelah sebelumnya lepas selama delapan tahun.
Penghargaan
Pemerintah Kota Padang selama 2015 meraih lebih kurang 30 penghargaan dari instansi pemerintah dan non-pemerintah. Dari Kementerian Perhubungan, Padang mempertahankan penghargaan tertib lalu lintas dan angkutan kota Wahana Tata Nugraha untuk kategori kota besar. Padang dianggap mampu mengaplikasikan program nasional angkutan berbasis massal, ditandai dengan pengoperasian Transpadang.[23] Transpadang saat ini memiliki 35 armada. Di bidang pendidikan, Padang meraih penghargaan Anugerah Peduli Pendidikan (APP) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Padang menjadi daerah satu-satunya di Indonesia yang meraih penghargaan tersebut karena dinilai mampu melaksanakan program wajib belajar 12 tahun dengan baik.[24] Di bidang kesehatan, Padang mendulang prediket kota sehat tertinggi yang ditandai dengan penghargaan Swasti Saba Wistara dari Kementerian Kesehatan pada 27 November 2015. Penghargaan ini menandakan pelayanan kesehatan sekaligus kondisi permukiman, sarana, dan prasarana umum di Padang yang baik. Padang melengkapi sembilan tatanan yang ditetapkan panitia kota sehat.[25]
Di bidang keuangan Padang setiap tahunnya menerima opini Wajar Tanpa Pengecualian dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan Pemerintah (LKPD).[26] Sebelum kepemimpinan Mahyeldi, Padang hanya mendapatkan opini Wajar Dengan Pengecualian.[27] Di bidang lain, Padang dinobatkan sebagai Kota Layak Anak oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Kota Peduli Hak Asasi Manusia oleh Kementerian Hukum dan HAM.[28]
Selain penghargaan dari instansi pemerintah, Padang mendapatkan prediket terbaik ke-8 "Kota Terbaik" dalam acara penganugerahaan Indonesia's Attractiveness Award 2015 yang digelar oleh Tempo Media Group pada 12 Juni 2015.[29] Pada April 2016, Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) memberikan penghargaan ASITA Award atas usaha Pemerintah Kota Padang membenahi objek wisata.[30]
Pada 19 Mei 2016, MarkPlus, Inc. dalam acara Indonesia Marketeers Festival menobatkan Mahyeldi selaku Wali Kota Padang sebagai penerima penghargaan "Marketeers of The Year Padang 2016".[31] Terakhir, Padang di bawah kepemimpinan Mahyeldi mendulang prediket kategori kota di Sumatra yang terbanyak diberitakan di media nasional dalam ajang The 1st Sumatra PR Indonesia Summit & Awards yang diselenggarakan oleh majalah PR Indonesia. Penghargaan tersebut diberikan pada 20 Mei 2016 di Batam atas hasil penelusuran PR Indonesia bersama Isentia Indonesia sepanjang 2015 terhadap 12 media cetak nasional.[32]
Atlet Pekan Olah Raga Provinsi (Porprov) Sumatra Barat befoto bersama Wali Kota Padang Mahyeldi
Kepemimpinan
Sebagai wakil wali kota, Mahyeldi termasuk pasangan kepala daerah yang akur selama lima tahun masa tugasnya.[11] Fauzi Bahar mengatakan, mereka tak pernah berdebat atau bertengkar mengenai tugas masing-masing. "Saya rasa di Indonesia saat ini yang paling harmonis hubungan kedua pemimpin seperti, saya sebagai Wali Kota Padang dan Mahyeldi Wakil Wali Kota Padang, tak pernah selisih paham dan bertengkar tentang tanggung jawab sebagai pemegang amanah rakyat Kota Padang."[33]
Mahyeldi mulai menjabat sebagai wali kota pada 13 Mei 2014. Semasa kepemimpinannya, Padang meraih kemajuan di bidang infrastruktur dan kebersihan. Dalam ajang Sindo Weekly, Mahyeldi meraih penghargaan Government Award pada 12 April 2016 setelah dianggap berhasil menata kota dalam waktu terbilang cepat. Konsentrasi penataan yang dilakukan selama kepemimpinan Mahyeldi meliputi Pantai Padang, pembebasan lahan jalur By Pass, dan Pasar Raya Padang. Penertiban berlangsung tanpa kericuhan, bahkan warga ikut membongkar sendiri bangunan mereka.[1] Adhyaksa Dault menyebut Mahyeldi bersama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebagai contoh kepala daerah yang berhasil merelokasi dan menata warga "tanpa kekerasan dan tak menyulut api perlawanan dari masyarakat".[34]
Dari pemerintah pusat, Mahyeldi mendapat tanda kehormatan Satya Lencana Pembangunan dalam peringatan Hari Koperasi pada 12 Juli 2015. Ia dinilai berhasil dalam mengurangi angka pengangguran lewat program-program di bidang koperasi yang akan dan sedang diterapkan. Dalam ajang Apresiasi Pendidikan Islam (API) 2015 pada 11 Desember 2015, Mahyeldi menerima penghargaan dari Kementerian Agama atas kepedulian terhadap pengembangan pendidikan Islam di daerahnya melalui kebijakan dan program kerja, ditandai dengan dukungan dana dan aktivitas keagamaan berjalan semarak. Dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Mahyeldi meraih penghargaan Adibakti Mina Bahari (AMB) atas kepedulian keberlangsungan sektor kelautan dan perikanan.
Mahyeldi bersalaman dengan pendahulunya, Fauzi Bahar seusai dilantik sebagai Wali Kota Padang
Kehidupan pribadi
Mahyeldi dikaruniai sembilan anak dari pernikahannya dengan Harneli Bahar.[35] Ia dikenal sebagai sosok pemimpin yang sederhana, santun, dan rendah hati.[11][12] Saat menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Sumatra Barat, ia menolak menggunakan mobil dinas mewah sebagai pimpinan DPRD. Berdasarkan hasil audit Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 8 Oktober 2013 jelang pemilihan Wali Kota Padang, KPU Padang merilis laporan harta kekayaan Mahyeldi senilai 281,509 juta
Sepenggal kisah perjalanan hidup seorang H. Mahyeldi Ansharullah, SP
"Abak dan Amak sert⁷a masa lalu yang terjal telah membentuk karakter Buya Mahyeldi saat ini"
Udara pagi di Bukittinggi benar-benar menusuk tulang. Kabut setipis sutra melayang-layang seolah menghalau semburan mentari yang ingin menyentuh Jam gadang.
Tak jauh dari sana, di sebuah pendakian, tampak seorang ayah dan putranya, tertatih-tatih mendorong gerobak tua yang sarat muatan. Mereka berbagi tugas; Sang ayah, Mardanis, menjaga agar gerobak tak oleng, sedangkan sang anak menjaga agar isinya tak tumpah berserak ke jalan.
Dengan hati-hati, mereka menerobos keramaian di pasar bawah Bukittinggi. Berulang kali si anak yang duduk di kelas 3 SD itu bersorak,
“Ooii..kanai….agiah jalan kami Pak.” Suaranya melengking, memecah pagi.
Orang-orang terkesiap, seketika membuka jalan seraya memandang lekat-lekat pada anak kecil itu. Entah apa yang ada dalam benak mereka. Mungkin iba sebab anak sekecil itu telah mencicipi kerasnya dunia, atau mungkin tak peduli, tenggelam dalam keperluannya masing-masing.
Tapi yang jelas, di pagi buta itu, tidak ada seorang pun yang menyangka, 39 tahun kemudian, si bocah telah berubah menjadi seorang lelaki sederhana yang berhasil memenangkan pilkada di Ibukota Sumatera Barat. Ya, anak kecil itu bernama Mahyeldi, Walikota Padang periode 2014-2019, dan periode 2019-2024
Mengurai kembali lembaran kanak-kanaknya, tak ada raut kesedihan dalam paras Mahyeldi. Justru dengan paras berseri beliau mengungkapkan rasa syukur,
“Masa lalu itulah yang telah membentuk karakter saya saat ini,” ujarnya sembari tersenyum, “tiap kejadian selalu ada hikmah yang harus dipetik. Bila dahulu tak begitu, mungkin sekarang lain cerita.”
Ditemui disela-sela kesibukannya jelang pelantikan sebagai Walikota Padang, pria bersahaja kelahiran Bukittinggi, 25 Desember 1966 ini lebih jauh menuturkan, bahwa sebagai anak sulung dari tujuh bersaudara, dirinya menjadi tumpuan keluarga semenjak kecil.
Namun demikian, Mahyeldi tak lantas tertinggal dalam hal pelajaran sekolah. Seusai membantu sang ayah, ia bergegas pulang untuk bersiap ke sekolah. Ia tak pernah sekalipun terlambat tiba sekolah, bahkan sering memegang juara kelas.
Ketika Mahyeldi kelas 5 SD, Mardanis memutuskan membawa keluarganya pergi ke tanah rantau. Mengadu untung perasaian.Negeri Dumai jadi pilihan.
Selama berada di Dumai, tanggung jawab Mahyeldi semakin besar. Waktu seperti tak bersisa, habis untuk belajar dan bekerja. Usai sholat subuh berjamaah, Mahyeldi berjualan ikan. Ada nelayan asal Pariaman yang akrab dengannya. Mahyeldi kerap diberinya potongan harga.
“Ajo itu memberi diskon karena saya juga kerap membantunya, membawakan keranjang ikan turun dari kapal. Ikan yang saya dapat dari Ajo, saya jual ke pasar,” kenang Mahyeldi.
Kebetulan, jam pelajaran sekolah Mahyeldi dimulai ba’da Zuhur, sehingga selepas berjualan ikan, ia bisa kembali berjualan. Kali ini jadi loper koran. Ia direkrut seorang pemuda asal Aceh, pemilik kios buku dan koran terkemuka di Dumai. Yang membahagiakan hati Mahyeldi, dengan berjualan koran, saban hari ia juga bisa membaca informasi yang disajikan dalam koran. Apalagi, tatkala korannya habis,
Mahyeldi akan berlari kencang kembali ke toko bosnya, hanya untuk menghabiskan waktu jelang jam sekolah siang tiba, melahap buku-buku dan majalah terbaru. Gratis.
Alhasil, pengetahuan umum Mahyeldi di atas rata-rata murid di sekolahnya. Bahkan guru-guru di kelas yang enggan membeli koran cukup menanyakan berita aktual pada Mahyeldi.
Dengan riang, anak kurus bertubuh jangkung itu berciloteh, menceritakan isi koran yang lekat di kepalanya. Sang guru menanggapi dengan mengangguk-angguk. Kagum.
Sebenarnya, Mahyeldi gemar membaca buku apa saja. Kebutuhannya akan buku, sama seperti kebutuhannya akan makanan. Ia selalu merasa ada yang kurang, bila sehari tak bersua buku. Namun demikian, Mahyeldi menaruh minat lebih besar pada buku-buku Islam.
Hatinya selalu terenyuh tatkala membaca kisah-kisah perjuangan Rasullullah SAW dalam menegakkan syariat Islam ketika bangsa Arab masih berada dalam kegelapan, zaman zahiliyah. Oleh sebab itu, ketika gurunya memberikan tugas essay tentang tokoh idola, maka Mahyeldi langsung menulis kisah Nabi Muhammad SAW.
Tak hanya pembaca buku, Mahyeldi rupanya juga memiliki hobi sebagai kolektor buku. “Sampai sekarang, buku-buku saya terawat baik, jumlahnya mencapai lima ribuan. Saya sampul, saya buat nyaman, rumah jadi seperti perpustakaan,” terang Mahyeldi bersemangat.
Sepulang sekolah, tak seperti anak-anak seusianya, yang memilih bermain, Mahyeldi justru dengan sukacita menjajakan kue buatan ibu berkeliling kampung. Penganan tradisional yang memenuhi tampi beras yang dijunjung Mahyeldi di atas ubun-ubun acap terjual habis. Dari hasil jerih payahnya itulah, Mahyeldi sedikit demi sedikit menyisihkan uang. Ia tabung di celengan kaleng buatannya sendiri.
Masyarakat Dumai di tahun 1970-an terdiri dari beragam etnis. Ada Arab, India, Tionghoa, Aceh, Batak, Minang, Jawa dan ada juga orang Malaysia.
Sangat heterogen. Kegiatan utama mereka adalah berdagang. Dan pria yang gemar sepak bola ini banyak belajar dan bergaul dari mereka. Hal itu pula yang menyebabkan Mahyeldi menjadi cepat dewasa. Terutama dalam hal tindak-tanduk dan pemikiran.
Ketika duduk di bangku SMP, Mahyeldi mulai menekuni berbagai kegiatan keagamaan. Ia kerap terpilih sebagai ketua panitia penyelenggaraan hari besar Islam, baik di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya.
Mahyeldi juga membentuk kelompok-kelompok diskusi agama yang ia adakan di masjid tak jauh dari rumahnya. Namun sayang, di tengah bergeloranya semangat Mahyeldi tersebut, ia harus berpisah dengan teman-temannya. Orang tuanya telah memutuskan, mereka kembali ke kampung halaman. Gadut- Bukittinggi.
Berpisah dengan teman-teman sepergaulan sangatlah berat bagi siapa saja. Begitu juga Mahyeldi. Tapi ia meyakinkan diri, bahwa Allah SWT memiliki rencana yang lebih baik bagi dirinya dan keluarganya. Benar saja, tak berlangsung lama, Mahyeldi dengan cepat membaur dengan lingkungan dan teman-teman barunya. Mengawali sekolah di SMA 1 Bukittinggi, Mahyeldi dipercaya teman-temannya menjabat sebagai ketua kelas.
Sama seperti saat di Dumai, Mahyeldi kembali menyemarakkan kegiatan-kegiatan bernuansa islami di sekolah.
Tak hanya sampai disitu, Mahyeldi juga meraih berbagai prestasi diantaranya juara 1 menulis di sekolahnya. Guru sekolah mencium bakat besar Mahyeldi di bidang tulis baca, sehingga mendorong Mahyeldi untuk membuat majalah sekolah. Dananya diperoleh dari sumbangan para orang tua murid.
Meski telah duduk di kursi kelas 2 SMA, bakti Mahyeldi untuk membantu orang tua tetap berjalan. Ia masih terus berjualan koran di pagi hari dan kue-kue di petang hari. Malam hari, Mahyeldi memperdalam ilmu agama dengan menjadi tukang bawa tas pak ustadz.
Sebelum ustadz memberi ceramah, Mahyeldi disuruh memberi mukadimah.
Di sisi ekonomi, remaja yang tak bisa berdiam diri ini mencoba usaha baru ; ternak kerbau. Dari usaha ternak kerbau inilah Mahyeldi dapat meneruskan kuliahnya.
Setamat SMA, Mahyeldi meneruskan kuliah ke Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Di sini, jiwa kepemimpinannya semakin berkembang. Mahyeldi aktif sebagai penggerak dakwah kampus, sebuah kegiatan yang tanpa disadari olehnya, kelak menghantarkan dirinya menduduki sejumlah jabatan politis.
Sebagaimana kita ketahui, tahun 1998 era reformasi dimulai. Kebebasan demokrasi merupakan ciri utama. Banyak partai bermunculan, salah satunya adalah PK (Partai Keadilan), atau yang sekarang bernama Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Dan Mahyeldi pun terjun di dalamnya.
Mahyeldi berkata, “Semasa kuliah itu tak ada pikiran tentang politik, cuma dakwah dan dakwah. Hanya saja zaman bertukar. Di era reformasi, berdiri Partai Keadilan, yang basisnya adalah memang para aktifis kampus.
Di sinilah awal kehidupan politik saya.”
Kursi jabatan politis yang pertama diduduki Mahyeldi adalah Wakil Ketua DPRD Sumatera Barat periode 2004-2009. Ia sempat menolak memakai kendaraan dinas mewah yang diperuntukkan baginya.
Ditahun 2008, Mahyeldi mengundurkan diri karena akan maju sebagai Wakil Walikota Padang, berpasangan dengan Walikota Padang inkumben, Fauzi Bahar. Sejarah pun mencatat, dalam Pemilihan kepala daerah Kota Padang pertama itu, pasangan Fauzi Bahar-Mahyeldi menang.
Dalam kurun waktu 2009-2014, Mahyeldi berusaha menempatkan posisinya sebagai wakil walikota yang baik. Disaat pasangan kepala daerah jamak yang pecah kongsi, padahal baru saja menjabat, namun tidak halnya dengan pasangan Fauzi Bahar-Mahyeldi. Mereka tetap berjalan harmonis dan professional hingga akhir masa tugas.
Karir politik Mahyeldi terus melesat. Jelang akhir tahun 2013, Mahyeldi yang berpasangan dengan Emzalmi mencalonkan diri sebagai walikota dan wakil walikota padang periode 2014-2019.
Pertarungan politik kali ini sangat sengit. Pasangan calon yang ikut bertarung sebanyak 10 pasang. Jelas mereka merupakan tokoh-tokoh terbaik yang dimiliki Kota Padang saat ini. Seluruh calon memiliki basis massa yang cukup solid. Kemenangan satu putaran urung tercapai, Mahyeldi-Emzalmi mengantongi 29,45% suara. Nyaris sekali.
Putaran kedua pun dilangsungkan pada 5 Maret 2014. Diikuti dua pasang calon teratas. Kali ini Mahem berhadapan dengan Deje, Desri Ayunda-James Heliward. Hasilnya Mahem unggul, dengan merebut 50,29% suara. Deje sempat mengajukan gugatan atas kekalahannya kepada Mahkamah Konstitusi, namun MK menolak.
“Kemenangan ini bukan seperti menang undian atau menang lomba pacu karung. Yang menang adalah masyarakat, yang berhasil menyalurkan aspirasinya dengan aman, tak ada kerusuhan. Kemenangan ini lebih sebagai tanggung jawab besar yang diberikan masyarakat ke pundak saya dan pak Emzalmi. Amanah yang harus saya pertanggungjawabkan tidak saja pada masyarakat Kota Padang, tetapi juga kepada Allah SWT.”
Selanjutnya pada pemilihan Walikota 2018,Mahyeldi berpasangan Hendri Septa dan berhasil memenangkan pilwako tersebut dan terpilih menjadi pasangan Wako/Wawako periode 2019-2024.
Sayup-sayup terdengar suara azan berkumandang syahdu. Waktu ashar telah tiba. Tak terasa, perbincangan kami telah makan waktu hampir dua jam. Sembari membetulkan letak pecinya, Mahyeldi berujar pada kami,
“Ayo kita ke masjid…”
Ditemui disela-sela kesibukannya jelang pelantikan sebagai Walikota Padang, pria bersahaja kelahiran Bukittinggi, 25 Desember 1966 ini lebih jauh menuturkan, bahwa sebagai anak sulung dari tujuh bersaudara, dirinya menjadi tumpuan keluarga semenjak kecil.
Namun demikian, Mahyeldi tak lantas tertinggal dalam hal pelajaran sekolah. Seusai membantu sang ayah, ia bergegas pulang untuk bersiap ke sekolah. Ia tak pernah sekalipun terlambat tiba sekolah, bahkan sering memegang juara kelas.
Ketika Mahyeldi kelas 5 SD, Mardanis memutuskan membawa keluarganya pergi ke tanah rantau. Mengadu untung perasaian.Negeri Dumai jadi pilihan.
Selama berada di Dumai, tanggung jawab Mahyeldi semakin besar. Waktu seperti tak bersisa, habis untuk belajar dan bekerja. Usai sholat subuh berjamaah, Mahyeldi berjualan ikan. Ada nelayan asal Pariaman yang akrab dengannya. Mahyeldi kerap diberinya potongan harga.
“Ajo itu memberi diskon karena saya juga kerap membantunya, membawakan keranjang ikan turun dari kapal. Ikan yang saya dapat dari Ajo, saya jual ke pasar,” kenang Mahyeldi.
Kebetulan, jam pelajaran sekolah Mahyeldi dimulai ba’da Zuhur, sehingga selepas berjualan ikan, ia bisa kembali berjualan. Kali ini jadi loper koran. Ia direkrut seorang pemuda asal Aceh, pemilik kios buku dan koran terkemuka di Dumai. Yang membahagiakan hati Mahyeldi, dengan berjualan koran, saban hari ia juga bisa membaca informasi yang disajikan dalam koran. Apalagi, tatkala korannya habis,
Mahyeldi akan berlari kencang kembali ke toko bosnya, hanya untuk menghabiskan waktu jelang jam sekolah siang tiba, melahap buku-buku dan majalah terbaru. Gratis.
Alhasil, pengetahuan umum Mahyeldi di atas rata-rata murid di sekolahnya. Bahkan guru-guru di kelas yang enggan membeli koran cukup menanyakan berita aktual pada Mahyeldi.
Dengan riang, anak kurus bertubuh jangkung itu berciloteh, menceritakan isi koran yang lekat di kepalanya. Sang guru menanggapi dengan mengangguk-angguk. Kagum.
Sebenarnya, Mahyeldi gemar membaca buku apa saja. Kebutuhannya akan buku, sama seperti kebutuhannya akan makanan. Ia selalu merasa ada yang kurang, bila sehari tak bersua buku. Namun demikian, Mahyeldi menaruh minat lebih besar pada buku-buku Islam.
Hatinya selalu terenyuh tatkala membaca kisah-kisah perjuangan Rasullullah SAW dalam menegakkan syariat Islam ketika bangsa Arab masih berada dalam kegelapan, zaman zahiliyah. Oleh sebab itu, ketika gurunya memberikan tugas essay tentang tokoh idola, maka Mahyeldi langsung menulis kisah Nabi Muhammad SAW.
Tak hanya pembaca buku, Mahyeldi rupanya juga memiliki hobi sebagai kolektor buku. “Sampai sekarang, buku-buku saya terawat baik, jumlahnya mencapai lima ribuan. Saya sampul, saya buat nyaman, rumah jadi seperti perpustakaan,” terang Mahyeldi bersemangat.
Sepulang sekolah, tak seperti anak-anak seusianya, yang memilih bermain, Mahyeldi justru dengan sukacita menjajakan kue buatan ibu berkeliling kampung. Penganan tradisional yang memenuhi tampi beras yang dijunjung Mahyeldi di atas ubun-ubun acap terjual habis. Dari hasil jerih payahnya itulah, Mahyeldi sedikit demi sedikit menyisihkan uang. Ia tabung di celengan kaleng buatannya sendiri.
Masyarakat Dumai di tahun 1970-an terdiri dari beragam etnis. Ada Arab, India, Tionghoa, Aceh, Batak, Minang, Jawa dan ada juga orang Malaysia.
Sangat heterogen. Kegiatan utama mereka adalah berdagang. Dan pria yang gemar sepak bola ini banyak belajar dan bergaul dari mereka. Hal itu pula yang menyebabkan Mahyeldi menjadi cepat dewasa. Terutama dalam hal tindak-tanduk dan pemikiran.
Ketika duduk di bangku SMP, Mahyeldi mulai menekuni berbagai kegiatan keagamaan. Ia kerap terpilih sebagai ketua panitia penyelenggaraan hari besar Islam, baik di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya.
Mahyeldi juga membentuk kelompok-kelompok diskusi agama yang ia adakan di masjid tak jauh dari rumahnya. Namun sayang, di tengah bergeloranya semangat Mahyeldi tersebut, ia harus berpisah dengan teman-temannya. Orang tuanya telah memutuskan, mereka kembali ke kampung halaman. Gadut- Bukittinggi.
Berpisah dengan teman-teman sepergaulan sangatlah berat bagi siapa saja. Begitu juga Mahyeldi. Tapi ia meyakinkan diri, bahwa Allah SWT memiliki rencana yang lebih baik bagi dirinya dan keluarganya. Benar saja, tak berlangsung lama, Mahyeldi dengan cepat membaur dengan lingkungan dan teman-teman barunya. Mengawali sekolah di SMA 1 Bukittinggi, Mahyeldi dipercaya teman-temannya menjabat sebagai ketua kelas.
Sama seperti saat di Dumai, Mahyeldi kembali menyemarakkan kegiatan-kegiatan bernuansa islami di sekolah.
Tak hanya sampai disitu, Mahyeldi juga meraih berbagai prestasi diantaranya juara 1 menulis di sekolahnya. Guru sekolah mencium bakat besar Mahyeldi di bidang tulis baca, sehingga mendorong Mahyeldi untuk membuat majalah sekolah. Dananya diperoleh dari sumbangan para orang tua murid.
Meski telah duduk di kursi kelas 2 SMA, bakti Mahyeldi untuk membantu orang tua tetap berjalan. Ia masih terus berjualan koran di pagi hari dan kue-kue di petang hari. Malam hari, Mahyeldi memperdalam ilmu agama dengan menjadi tukang bawa tas pak ustadz.
Sebelum ustadz memberi ceramah, Mahyeldi disuruh memberi mukadimah.
Di sisi ekonomi, remaja yang tak bisa berdiam diri ini mencoba usaha baru ; ternak kerbau. Dari usaha ternak kerbau inilah Mahyeldi dapat meneruskan kuliahnya.
Setamat SMA, Mahyeldi meneruskan kuliah ke Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Di sini, jiwa kepemimpinannya semakin berkembang. Mahyeldi aktif sebagai penggerak dakwah kampus, sebuah kegiatan yang tanpa disadari olehnya, kelak menghantarkan dirinya menduduki sejumlah jabatan politis.
Sebagaimana kita ketahui, tahun 1998 era reformasi dimulai. Kebebasan demokrasi merupakan ciri utama. Banyak partai bermunculan, salah satunya adalah PK (Partai Keadilan), atau yang sekarang bernama Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Dan Mahyeldi pun terjun di dalamnya.
Mahyeldi berkata, “Semasa kuliah itu tak ada pikiran tentang politik, cuma dakwah dan dakwah. Hanya saja zaman bertukar. Di era reformasi, berdiri Partai Keadilan, yang basisnya adalah memang para aktifis kampus.
Di sinilah awal kehidupan politik saya.”
Kursi jabatan politis yang pertama diduduki Mahyeldi adalah Wakil Ketua DPRD Sumatera Barat periode 2004-2009. Ia sempat menolak memakai kendaraan dinas mewah yang diperuntukkan baginya.
Ditahun 2008, Mahyeldi mengundurkan diri karena akan maju sebagai Wakil Walikota Padang, berpasangan dengan Walikota Padang inkumben, Fauzi Bahar. Sejarah pun mencatat, dalam Pemilihan kepala daerah Kota Padang pertama itu, pasangan Fauzi Bahar-Mahyeldi menang.
Dalam kurun waktu 2009-2014, Mahyeldi berusaha menempatkan posisinya sebagai wakil walikota yang baik. Disaat pasangan kepala daerah jamak yang pecah kongsi, padahal baru saja menjabat, namun tidak halnya dengan pasangan Fauzi Bahar-Mahyeldi. Mereka tetap berjalan harmonis dan professional hingga akhir masa tugas.
Karir politik Mahyeldi terus melesat. Jelang akhir tahun 2013, Mahyeldi yang berpasangan dengan Emzalmi mencalonkan diri sebagai walikota dan wakil walikota padang periode 2014-2019.
Pertarungan politik kali ini sangat sengit. Pasangan calon yang ikut bertarung sebanyak 10 pasang. Jelas mereka merupakan tokoh-tokoh terbaik yang dimiliki Kota Padang saat ini. Seluruh calon memiliki basis massa yang cukup solid. Kemenangan satu putaran urung tercapai, Mahyeldi-Emzalmi mengantongi 29,45% suara. Nyaris sekali.
Putaran kedua pun dilangsungkan pada 5 Maret 2014. Diikuti dua pasang calon teratas. Kali ini Mahem berhadapan dengan Deje, Desri Ayunda-James Heliward. Hasilnya Mahem unggul, dengan merebut 50,29% suara. Deje sempat mengajukan gugatan atas kekalahannya kepada Mahkamah Konstitusi, namun MK menolak.
“Kemenangan ini bukan seperti menang undian atau menang lomba pacu karung. Yang menang adalah masyarakat, yang berhasil menyalurkan aspirasinya dengan aman, tak ada kerusuhan. Kemenangan ini lebih sebagai tanggung jawab besar yang diberikan masyarakat ke pundak saya dan pak Emzalmi. Amanah yang harus saya pertanggungjawabkan tidak saja pada masyarakat Kota Padang, tetapi juga kepada Allah SWT.”
Selanjutnya pada pemilihan Walikota 2018,Mahyeldi berpasangan Hendri Septa dan berhasil memenangkan pilwako tersebut dan terpilih menjadi pasangan Wako/Wawako periode 2019-2024.
Sayup-sayup terdengar suara azan berkumandang syahdu. Waktu ashar telah tiba. Tak terasa, perbincangan kami telah makan waktu hampir dua jam. Sembari membetulkan letak pecinya, Mahyeldi berujar pada kami,
“Ayo kita ke masjid…”
Rujukan[sunting | sunting sumber]
- ^ a b https://posmetropadang.co.id/azwar-anas-salut-penataan-pantai-padang-tanpa-ribut/
- ^ http://www.padangpos.com/2016/08/penataan-pantai-pedagang-bongkar.html
- ^ https://kinciakincia.com/berita/3459-dengan-kesadaran-sendiri-pkl-permindo-bongkar-bangunannya.html
- ^https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/17/02/23/oltdc0384-wali-kota-padang-pindahkan-6000-pedagang-tanpa-gejolak
- ^https://news.okezone.com/read/2018/01/20/340/1847781/mewujudkan-padang-jadi-kota-penghafal-alquran
- ^ https://mediaindonesia.com/read/detail/104448-wali-kota-optimistis-jadikan-padang-kota-penghafal-alquran
- ^ https://regional.kompas.com/read/2018//0725/21472561/mahyeldi-resmi-ditetapkan-sebagai-wali-kota-padang-terpilih
- ^ Faradianti, Merinda (13 Mei 2019). "Mahyeldi dan Hendri Sapta Dilantik Jadi Wali kota dan Wawako Padang 2019-2024". Tribunnews.com. Diakses tanggal 13 Mei 2019.
- ^ Wahyudi, Ikhwan (5 Agustus 2018). "Anak tukang angkat itu kini jadi Wali Kota". ANTARA. Diakses tanggal 13 Mei 2019.
- ^ a b c d e f g h i j Rizal, Jose (27 Januari 2015). "PROFIL : Walikota Padang, H. Mahyeldi Ansharullah, SP. Datuk Marajo". Facebook Humas Setda Kota Padang. Diakses tanggal 13 Mei 2019.
- ^ a b c d "Pribadi Yang Sederhana Memiliki Kemauan Kuat". ANTARA. Diarsipkan dari aslinya. 8 Oktober 2013.
- ^ a b "Mahyeldi Ansharullah Sosok Pemimpin yang Rendah Hati". Dakwatuna.com. 23 Maret 2013.
- ^ "Fauzi Bahar - Mahyeldi Dilantik Gubernur Sumbar". Indosiar.com. 19 Februari 2009.
- ^ "KJKS, Bukti Mahyeldi Peduli Pelaku Ekonomi Kecil". Posmetropadang.com. 27 Februari 2014.
- ^ "Ini Hasil Pilkada Padang, Harus Dua Putaran". VIVA.co.id. 5 November 2013.
- ^ "Pelantikan Wali Kota Padang Tunggu Putusan MK". ANTARA. 12 Maret 2014.
- ^ "Target 100 Hari Kerja Benahi Kota Padang". Harian Haluan. 14 Mei 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Mei 2014.
- ^ “Empat Sekolah Jadi Percontohan Pesantren Ramadhan”. ‘’ANTARA’’. 21 Mei 2015.
- ^ "Di Padang, Siswa Penghafal Al-Quran Bebas Pilih Sekolah". ANTARA. 16 April 2016.
- ^ "Pemerintah Kota Padang Dorong Budaya Bersih Lingkungan". Republika. 11 Januari 2015.
- ^ "Legislator Dorong Pemkot Laksanakan Program Padang Bersih". ANTARA. 24 Maret 2015.
- ^ "Tingkatkan Kesadaran Warga Kelola Sampah". Padang Ekspres. 7 August 2015.
- ^ Kota Padang Kembali Terima Piala WTN. ANTARA. 17 September 2015.
- ^ "Pemkot Padang Raih Anugerah Peduli Pendidikan 2015". Republika. 12 Desember 2015.
- ^ "Penghargaan Swasti Saba Wistara Direngkuh Kota Padang". Valora.co.id.. 28 November 2015.
- ^ http://infopublik.id/read/270558/pemko-padang--sukses-raih-wtp-yang-kelima.html
- ^ Laporan Keuangan Pemkot Padang Raih Predikat WTP". ANTARA. 26 Mei 2015.
- ^ Padang Raih Penghargaan Kota Peduli HAM. Republika. 12 Desember 2015.
- ^ Padang Raih Penghargaan Indonesia’s Attractiveness Award 2015. Harian Haluan. 11 Juni 2015.
- ^ "Dua Kota Sumbar Raih Penghargaan Asita Award". ANTARA. 4 April 2016.
- ^ "Mahyeldi Terima Dua Penghargaan Marketeers". 19 Mei 2016.
- ^ "Wali kota Padang Terima Penghargaan Sumprimas". Sumbarpost. 29 Mei 2016.
- ^ "Fauzi Bahar dan Mahyeldi Ansharullah Harmonis Sampai Akhir Jabatan". Situs web resmi Pemerintah Kota Padang. 23 Mei 2013.
- ^ "Adhyaksa Dault: Ahok Belajar Dulu ke Wali Kota Risma dan Mahyeldi". Liputan 6. 29 April 2016.
- ^ "Mahyeldi dan Keteladanan Pemimpin". 24 September 2014.
- ^ "Emma Terkaya, Mahyeldi Tetap Termiskin". Inilah.com. 9 Oktober 2013.
Terima Kasih sudah membaca 😊 , Jika artikel ini bermanfaat, Yuk bagikan ke orang terdekatmu . Sekaligus LIKE fanspage kami juga untuk mengetahui informasi menarik lainnya 📌@Tahukah.Anda.Info Membuka Mata Melihat Dunia
📢 Sumber
📢 Sumber