Serius Indonesia Belum Ada Virus Corona ? Peneliti Harvard Prediksi Hal ini

Artikel Terbaru Lainnya :

Serius Indonesia Belum Ada Virus Corona?





Sampai hari ini pemerintah belum mengkonfirmasi satupun adanya kasus virus Corona di Indonesia. Zero cases.

Artinya dari seluruh penduduk Indonesia yang berjumlah 270 juta jiwa (proyeksi 2020), tidak ada satu pun yang terkena penularan virus mematikan made in China itu. Dahsyat!

Fenomena ini jelas patut disyukuri, kalau benar faktanya memang seperti itu. Alhamdulillah….

Sujud syukur kalau perlu…….

Masalahnya fakta tersebut saat ini banyak dipertanyakan. Tak kurang lembaga kesehatan dunia WHO dan sejumlah ahli dengan reputasi dunia mempertanyakannya.

Too good to be true. Terlalu bagus untuk dipercaya.


"Kami khawatir karena Indonesia belum melaporkan satu kasus virus corona yang terkonfirmasi," kata kata perwakilan WHO untuk Indonesia, Dokter Navaratnasamy Paranietharan seperti dikutip portal CNN.

Sejumlah media di Australia seperti The Sydney Morning Herald dan The Age menyebut Indonesia belum memiliki alat pendeteksi Corona.

Spekulasi ketidakmampuan tim dan peralatan medis di Indonesia itu dipicu oleh pengakuan Matthew Hale seorang warga Australia yag tinggal di Bali.

Dia khawatir telah terpapar virus Corona, namun dia mengkritik penanganan dan perawatan dan uji lab di sebuah rumah sakit di Bali.

Keraguan bahwa pemerintah Indonesia tidak mampu mendeteksi virus Corona sebelumnya juga dikemukakan oleh seorang peneliti dari Harvard University sebuah kampus prestisius di AS.

"Indonesia melaporkan nol kasus, tapi mungkin sebenarnya sudah ada beberapa kasus yang tak terdeteksi," ujar ahli epidemiologi Marc Lipsitch dari Harvard TH Chan School of Public Health.

Berdasarkan kalkulasinya, Indonesia bersama Thailand adalah negara yang paling potensial terpapar virus itu. Mengingat jarak dengan Wuhan yang sangat dekat dan banyaknya penerbangan ke wilayah ini.

Negeri gajah putih itu sampai hari Senin (10/12) telah mengkonfirmasi adanya 32 kasus, dan Kemungkinan terus bertambah. Logikanya jumlahnya di Indonesia lebih banyak.

Selain Thailand sejumlah negara yang ada di sekitar Indonesia seperti Filipina, Malaysia, Singapura, Laos, bahkan Australia sudah melaporkan adanya kasus warganya yang terpapar virus Corona.

Di seluruh dunia sudah 25 negara yang mengkonfirmasi kasus serupa, termasuk 1 kasus di AS. Seorang wanita asal Chicago yang baru saja kembali dari Wuhan positif Corona.

Apa orang Indonesia sakti dan kebal dari virus ini. Sebanyak 245 orang WNI yang baru pulang dari Wuhan dan sekarang di karantina di Natuna juga dinyatakan sehat.

Singapura negara tetangga terdekat Indonesia bahkan sudah menyatakan status siaga orange. Satu tingkat di bawah

level bahaya. Lha kok Indonesia masih tenang-tenang saja.

Wajar bila dunia sangat khawatir dengan Indonesia. Dengan populasi terbesar keempat di dunia, dan dengan penanganan kesehatan yang tidak memadai, pandemi Corona bisa menjadi sebuah bencana besar.






Bisa jauh lebih berbahaya

Bukan hanya dunia sesungguhnya yang meragukan klaim pemerintah. Di dalam negeri keraguan semacam itu juga sangat nyata. Perbincangan di dunia nyata dan dunia maya banyak yang mempertanyakan.

Di tengah masyarakat yang terbelah sangat dalam pasca pilpres, rumors, desas-desus, hoax dan bahkan provokasi banyak berseliweran.

Para penentang pemerintah cenderung membesar-besarkan persoalan. Sebaliknya pemerintah dan para pendukungnya cenderung mengecil-gecilkan persoalan.

Namun kali ini tampaknya soal ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Intensnya hubungan kedua negara. Banyaknya turis Cina ke Indonesia (2.7 juta jiwa) dan jumlah pekerja Cina di Indonesia memunculkan kekhawatiran yang sangat tinggi.

Fakta bahwa pemerintah sering menutup-nutupi fakta sebenarnya tentang pekerja Cina menimbulkan kekhawatiran yang sangat tinggi.

Sebagai contoh sebelumnya pemerintah mengklaim pekerja Cina di Morowali, Sulawesi Tenggara hanya 3.000 orang. Namun ketika muncul virus Corona media berbasis Perancis France24 menyebut sekitar 43 ribu pekerja China di sebuah prabrik nikel di Morowali dikarantina, jadi heboh.

Berita tersebut segera dibantah oleh Kemenaker dan menyebutnya sebagai disinformasi. Jumlah tersebut adalah total pekerja di pabrik nikel tersebut.

Apa lacur, publik terlanjur lebih percaya berita tersebut. Apalagi bersumber media asing.

Kredibilitas pemerintah saat ini di mata publik sangat rendah. Kasus buronnya kader PDIP Harun Masiku menjadi contoh nyata. Betapa informasi yang bersumber dari pejabat pemerintah sangat tidak bisa dipercaya.

Perlu waktu dua pekan bagi pemerintah untuk mengakui bahwa Harun Masiku sudah kembali ke Indonesia.

Menkumham Yasona Laoly dan pimpinan KPK secara percaya diri bicara kepada publik bahwa Harun masih berada di luar negeri. Padahal Majalah Tempo memiliki bukti CCTV Harun sudah kembali ke Indonesia.

Bayangkan untuk mendeteksi “makhluk” sebesar Harun Masiku saja petugas imigrasi kita mengalami “kesulitan,” atau sengaja pura-pura tidak melihat. Apalagi untuk mendeteksi virus Corona yang perlu peralatan khusus dan mahal.

Harun Masiku jelas berbeda dengan virus Corona. Untuk menutupi kasus Harun hanya perlu menciptakan kebohongan baru, dan memecat sejumlah orang termasuk Dirjen Imigrasi sebagai tumbal.

Menutupi kasus Corona —kalau benar seperti dikhawatirkan WHO dan para pakar— dampaknya sangat serius.

Jangan sampai skandal besar dr Li Wenliang terulang di Indonesia. Dokter spesialis mata itu dibungkam oleh aparat keamanan Cina ketika menginformasikan kemungkinan adanya penyebaran virus mematikan Corona.

Ketika kasus itu akhirnya meledak, semuanya sudah terlambat. Negara adidaya yang secara sombong digambarkan oleh Presiden Cina Xi Jinping sangat kuat. “Tak ada kekuatan yang bisa mengguncang Cina,” ujarnya. Akhirnya roh harus tunduk dan luluh lantak oleh virus Corona.

Kalau Indonesia, kira-kira apa ya yang akan disombongkan? end.

(Penulis: Hersubeno Arief)








Peneliti Harvard Prediksi Virus Corona Sudah Masuk ke Indonesia. Ini Penjelasannya


Pada akhir pekan lalu, beredar spekulasi yang menyatakan bahwa virus corona sebenarnya telah masuk ke Indonesia. Spekulasi ini pertama disampaikan oleh tim peneliti dari Harvard T.H. Chan School of Public Health di Amerika Serikat, dan telah dipublikasi di layanan arsip pra-publikasi ilmiah online medRxiv pada 5 Feburari 2020.

Artikel berjudul 'Using predicted imports of 2019-nCoV cases to determine locations that may not be identifying all imported cases' (Link:https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.02.04.20020495v1)
berupaya untuk mengidentifikasiin kemungkinan lokasi yang telah terpapar virus corona, namun belum terdeteksi atau belum diumumkan secara resmi.

Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka menggunakan metode penelitian melalui perkiraan volume penerbangan antara Wuhan dengan lokasi di 26 negara lain menggunakan model regresi linier umum.

"Lokasi dengan penerbangan langsung dari Wuhan dan jumlah kasus yang dilaporkan di bawah 95% PI (prediction interval) dapat menunjukkan potensi kasus yang tidak terdeteksi di lokasi ini mengingat koneksi yang diharapkan sebelum langkah-langkah pengendalian perjalanan dilaksanakan," tulis tim penelitian tersebut.

"Secara khusus, Indonesia dan Kamboja dengan penerbangan langsung dari Wuhan selama wabah memiliki jumlah kasus di bawah 95% PI dan telah melaporkan nol dan satu kasus sejauh ini," sambung mereka.

Indonesia sebelumnya memiliki sejumlah penerbangan dari dan ke Wuhan pada awal Januari lalu. Penelitian mengasumsikan, makin banyak penumpang dari dan ke Wuhan, maka kemungkinan kasus infeksi novel coronavirus bisa terjadi.

Namun, jumlah kasus yang diidentifikasi di Indonesia dan Kamboja muncul di bawah apa yang diharapkan para peneliti Harvard. Indonesia menyatakan belum ada orang di wilayahnya yang terinfeksi virus corona. Kamboja sejauh ini mengkonfirmasi ada satu kasus. Sementara 25 kasus di Thailand, dipercaya para peneliti seharusnya lebih besar daripada itu.

Para peneliti Harvard T.H. Chan School of Public Health khawatir ketiadaan atau sedikitnya laporan pasien terpapar virus corona ini disebabkan oleh ketidakberhasilan dalam mendeteksi kasus. Hal ini dinilai bisa ciptakan masalah baru.





"Indonesia belum melaporkan satu kasus pun (penularan virus Corona) dan menurut kami, seharusnya sekarang sudah ada beberapa kasus," kata Marc Lipsitch, yang terlibat dalam penelitian, kepada ABC.
Penelitian tersebut juga merekomendasikan perlunya pengawasan wabah dan kapasitas kontrol yang lebih ketat di lokasi-lokasi yang berada di bawah batas bawah PI 95%, termasuk Indonesia. Hal tersebut diperlukan untuk memastikan jumlah kasus yang terdeteksi dan menghindari munculnya transmisi yang berkelanjutan.

Meski demikian, penelitian ini belum melalui proses peer-review, atau belum ditinjau oleh para peneliti lain. Oleh karena itu, medRxiv memberikan catatan khusus bahwa hasil penelitian ini masih belum dievaluasi dan tidak dapat dijadikan dasar untuk kebijakan apapun.

Berbagai laporan telah mempertanyakan kemampuan Indonesia, negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, dalam mendeteksi novel Corona virus. Hal ini juga melihat eratnya hubungan kenegaraan China dan Indonesia. Banyak pula wisatawan China yang berkunjung ke Indonesia.

Hingga Ahad, 9 Februari 2020, jumlah korban jiwa di China akibat virus corona telah mencapai 811 orang. Para ahli medis memprediksi, wabah novel coronavirus akan melampaui kasus fatality rate SARS yang telah menewaskan 813 korban pada 2002 hingga 2003 silam.

Menurut Anung Sugihartono, selaku Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, masyarakat tak perlu menanggapi penelitian tersebut secara berlebihan karena masih berupa spekulasi semata. 

"Yang jelas belum ditemukan orang Indonesia di dalam negeri yang terinfeksi novel corona virus."

Dia mengklaim Kemenkes telah melakukan sejumlah antisipasi, termasuk imbauan kepada masyarakat untuk tetap berperilaku hidup sehat, sampai menghindari bepergian ke daerah terjangkit.

Di sejumlah pintu masuk negara, Kemenkes telah menyiapkan dan melaksanakan upaya pendeteksian penderita dengan mengaktifkan pendeteksi suhu, memeriksa orang dengan gejala batuk atau pilek di bandara atau pelabuhan. Disiapkan pula 100 rumah sakit dengan fasilitas lengkap sampai pada kondisi kedaruratan yang dapat menangani pasien virus corona.

Sumber: 





Terima Kasih sudah membaca 😊 , Jika artikel ini bermanfaat, Yuk bagikan ke orang terdekatmu . Sekaligus LIKE fanspage  kami juga untuk mengetahui informasi menarik lainnya 📌@Tahukah.Anda.Info   Membuka Mata Melihat Dunia 

📢  Sumber  





Back to Top