Biografi Syaikh Abul A'la Al-Maududi, Sosok Pergerakan Islam Abad 13 Yang Cemerlang

Artikel Terbaru Lainnya :

[ AyoJalanTerus.com ]  Biografi dan Profil Syaikh Abul A'la Al-Maududi

Abul A'la al-Maududi lahir pada 3 Rajab 1321 H atau tanggal 25 September 1903 M, di Aurang abad, kota terkenal yang sekarang bernama Andra Pradesh, Indi. Beliau dibesarkan dalam keluarga mulia tersohor, Maududiyah, dinishbatkan kepada syaikh Qhutbuddin Maudud al-Jitsy, pendiri tharikat al jitsiyah di India pada pertengahan abad VI H.

Ayah adalah seorang ahli hukum yang sangat taat pada ajaran agamanya. Sikapnya terhadap Inggris sangat keras. Apalagi ketika ia dapat merasakan langsung racun budaya yang disebarkan penjajah Inggris di wilayahnya. Sebagai orang tua, ia merasakan benturan langsung dengan budaya tersebut. Hal ini mendorongnya untuk berupaya. mendidik anaknya dalam rumah, dan tidak mengirimnya ke sekolah-sekolah Inggris. Al-Maududi, anak termuda dari tiga bersaudara. Ia melanjutkan pendidikan ke sebuah madrasah modern yang bernama Faqomyah. Kemudian ia melanjutkan lagi ke perguruan tinggi Daarul uluum Hydrabad. Namun, pendidikan formal yang digelutinya tidak sampai selesai, karena ayah yang dicintainya keburu meninggal dunia. Dan al-Maududi mau tak mau harus menggantikan posisi ayahnya sebagai tulang punggung keluarga.




Ilmu yang Mumpuni dalam Usia Dini

Namun; kenyataan itu tak membuatnya malas dan terhalang dari upaya menuntut ilmu. Secara otodidak, beliau tetap mendalami ilmu pengetahuan sehingga pada tahun 1920-an, beliau berhasil menguasai bahasa Arab, Persia, dan Inggris, di samping bahasa Urdu. Sejak kecil beliau terkenal sebagai anak jenius. Beliau mampu melakukan pekerjaan yang tidak sebanding dengan usianya. Ketika berusia 11 tahun, beliau sudah duduk di kelas delapan. Pada. usia semuda itu, beliau mampu membuat makalah yang tajam dan berbobot sehingga para guru kagum dan memuji hasil karyanya itu. Karena itu, tak heran jika pada usianya yang ke-15, al- Maududi telah menjabat sebagai redaksi sebuah surat kabar di Bajanut, Koran tersebut diberedel karena isinya yang dinilai selalu mengkritik pemerintah Al-Maududi kemudian bekerja pada sebuah lembaga sosial Muslim. Semangat dan keilmuannya tak pernah padam. Beliau selalu berupaya keras mendalami semua permasalahan. Hingga pada usia 16 tahun, al-Maududi bergabung dengan Harakah ihyaul Khilafah (gerakan menghidupkan Khilafah) sebagai antisipasi terhadap perilaku Inggris dan negara-negara Imperialis lainnya yang mengerogoti dunia Islam. Pada usia. inipun al-Maududi bekerja sebagai redaktur pada Sebuah majalah mingguan yang bernama Al-Taj sebuah majalah yang giat membahas isu politik yang berkembang di negerinya dan mendaiwahkan pemikiran Hamka/3 mam Khilafah. Lagi-lagi, lantaran isinya yang kerap berbenturan dengan kebijakan pemerintah, majalah ini pun dibredel kembali dan kasusnya diajukan ke pengadilan.

Mujahid Da'wah di Bidang Pers

Pada usia yang relatif muda, beliau pergi ke Delhi untuk bergabung dengan organisasi Ulama se-India. Di organisasi ini beliau bekerja pada bagian penerbitan. Berkat usaha dan kesungguhan diri dan rekan-rekannya, terbitlah koran bernama Al-Muslimun. Sayang. tak berapa lama setelah koran ini terbit, terobosan pers Islam yang dilakukan al-Maududi kembali mengalami benturan. Koran al-Muslimun dilarang terbit dengan alasan sama ketika majalah dan koran yang didirikannya dahulu dibredel.

Pada tahun 1923, beliau menerbitkan majalah bulanan independen yaitu turjumul Qur'an yang berperan sebagai basis pergerakan Islam di India. Pada majalah ini beliau menuangkan gagasannya tentang berbagai masalah. Perhatiannya tercurah pada pertentangan pandangan hidup antara Islam dan Barat yang sekuler. Beliau menerobos realitas dengan pandangannya yang segar dan baru di atas metodologi al-Qur‘an dan as-Sunnah.

Minatnya pada politik tumbuh pesat sejalan dengan permasalahan yang berkem: bang di sekitarnya. Karena itu. beliau sering menyerang pemerintah melalui tulisan-tulisannya yang tajam dan berbobot. Bahkan pada usia 20 tahun, beliau menerbitkan sebuah buku yang berjudul Jihad dalam lslam. Buku ini. menentang kebohongan-kebohongan Gandhi yang mendeskriditkan lslam dan menyebarkan banyak persepsi yang kotor terhadap Islam. lsinya cermat dan tajam membahas hukum Islam dalam perang dan damai sehingga berhasil memperoleh perhatian dan tinggi dari dunia akademik pada masa itu. Tidak kurang dari Sir Muhammad Iqbal dan Maulana Muhammad Ali Jauhar, tokoh terkenal gerakan Khilafah dan kemerdekaan, memberikan pujian pada buku tersebut. Buku, yang ditulis pada usia semuda itu, sampai sekarang tetap dinilai sebagai karya al-Maududi yang sangat tinggi.

Merintis Jama’ah Islamiyah

Beliau gigih menghadapi arus pemikiran Barat. dan arus. ghazwul fikri dengan keimanannya yang dalam. Seluruh potensi dan ilmu pengetahuan yang dimiliki, beliau habiskan untuk membersihkan pemikiran ummat, mengantisipasi tuduhan jahat, mentari solusi bagi semua problematika politik, ekonomi, dan pendidikan yang Sesuai dengan perkembangan zaman, . kemampuan serta tabiat masyarakat. Karena pada sekitar. tahun 30-an, masyarakat muslim India telah keracunan cara pikir dan tindakan Barat. Ini membangkitkan; al-Maududi untuk mengarahkan mereka pada. pandangan Islam yang lurus.

Melihat kegigihan dan keikhlasan alMaududi, tergeraklah Muhammad Iqbal membujuk manusia shaleh yang ikhlas dan cerdas itu bekerja sama dalam amal Islami. Akhirnya, sekitar tahun 1940-an, al-Maududi pindah dari Hydrabad ke distrik Pathankot di Punjab. Mereka terjun langsung membela Islam dalam segala aspek. Namun iradah Allah menghendaki lain. Muhammad Iqbal tidak bisa meneruskan kerja samanya lantaran Allah memanggilnya.

Puncak amal al-Maududi dan jihadnya yang kontinu mengantarkan pembentukan sebuah jama'ah baru. Beliau mendirikan al jama 'ah al-Islamiyah di Lahore pada tahun 1941. Misi utama jama'ah ini adalah reformasi total terhadap seluruh aspek kehidupan muslimin, reformasi atas dasar Islam yang bersih dan menjadikan syari’at Islam sebagai undang-undang negara.

Gerakan yang Disegani

Gerakan pimpinan al-Maududi amat disegani, terutama karena para pimpinan dan anggotanya penuh integritas dan dedikasi terhadap Islam dan menjadi mujahidin fi sabilillah. Pada Menjelang terbentuknya negara daratan, al-Maududi pulang balik antara india Pakistan untuk meyakinkan masyarakat muslim India bahwa mereka harus punya undang-undang dan negara sendiri terlepas dari tekanan orang-orang Hindu dan undang-undangnya. Beliau mati-matian membela berdirinya negara Islam tersebut dengan segala kekuatan yang ada pada dirinya.

Untuk mengkondisikan masyarakat; al-Maududi membahas dimensi Islam secara luas dan membuat opini publik semakin tertuju pada pemikiran-pemikirannya. Upayaupaya da'wah pun dicurahkan secara optimal tanpa kenal lelah. Jerih payah al-Maududi membawa hasil yang gemilang. India dan Pakistan resmi berpisah.

Rezim Berang
Al-Maududi kemudian pindah ke Lahore. Beliau menyebarkan fikrah dan manhaj Islami dengan kesungguhan dan pengorbanan penuh secara terus menerus. Melihat kenyataan ini, Rejim yang berkuasa menjadi berang, sehingga beliau dijebloskan ke dalam penjara tahun 1948 dan dikeluarkan dua tahun kemudian karena tuntutan masyarakat muslim.

Keluar dari penjara, beliau gigih menyingkap topeng kebejatan sekte-sekte sesat, sehingga pada tahun 1953 beliau dijatuhi hukuman mati karena tuduhan subyektif yang berkaitan dengan masalah sekte Ahmadiyah Qadhiyani. Tapi semangat jihadnya tak pernah pudar. Beliau pantang surut ke belakang, apalagi menyerah. Beliau tak mau banding atas ancaman hukuman mati yang ditimpakan kepadanya. Beliau memilih kematian dari pada tunduk pada kejahiliyahan. Dengan tenang dan gembira hukuman itu diterimanya. Beliau pun mengatakan pada anak dan shahabat shahabatnya:

Jika ajal saya telah datang, tidak seorang pun dapat mengelakkannya, akan tetapi bila ajal itu belum datang mereka tidak akan mampu menggantung saya, walaupun mereka sampai menggantung mereka sendiri untuk dapat menggantung saya,

Keteguhan sikapnya ini menggoncangkan pemerintah saat itu. Akhirnya pemerintah mengubah hukuman mati itu menjadi hukuman seumur hidup. Alhamdulillah, hal itu pun tak bisa terlaksana karena lagi-lagi rakyat muslim mendesak agar beliau dibebaskan.

Dukungan Massa

Pada tahun 1958, Ayub Khan berkuasa menduduki kursi pemerintahan. Kesempatan ini digunakannya untuk memberlakukan undang-undang adat dan membubarkan seluruh partai termasuk al-jamaah al-lslamiyah pimpinan Al Maududi.

Namun, keputusan tersebut tak punya alasan kuat, dan malah semakin menambah semangat jihad al-Maududi untuk membela Islam, meski harus menghadapi berbagai macam kendala dan, cobaan da'wah. Rejim Ayub Khan kemudian melakukan operasi penangkapan aktivis al-jamaah al-islamiyah pada tahun 1964. Tapi hal ini mengundang reaksi keras masyarakat yang bersimpati sehingga pemerintah pun mengundurkan niat jahatnya.

Tindakan pemerintah Pakistan yang telah menghalangi da'wah dan jihadnya tidak menjadi alasan bagi al-Maududi untuk tidak mau membela negara tersebut ketika diserang India. Al-Maududi tampil ke depan menghadang ketamakan India dengan penuh ikhlas. Hal ini terjadi ketika India mengkhianati perjanjian dengan Pakistan pada tahun 1965.

Al-Maududi turun ke medan jihad Kashmir menghalau keganasan India. Beliau menolak keputusan Thoskard tanggal 10 Januari 1966 yang menguntungkan India.

Kembalilah Ruh Suci

Semangat al-Maududi tak pernah padam. Dengan penuh keberanian dan tawakkal, beliau memimpin jamaahnya sampai tahun 1972. Ketika usianya semakin lanjut dan kesehatannya menurun, kepemimpinan jama'ah Islamiyah diserahkan kepada al-Ustadz Muhammad Thufail. Namun hal itu pun tidak berarti bahwa dia surut dari aktivitas harakah dan da'wah, hingga ajal menghampirinya tahun 1979.

Maka, kembalilah ruh yang suci itu ke pangkuan ilahi Rabbi dengan segala keikhlasan dan amalnya disaksikan oleh debu-debu jihad yang mewarnai perjalanan usianya.

Beliau meninggalkan karya-karya besar yang bertebaran di seluruh dunia. Tidak kurang dari 138 buku telah ditelorkan oleh tangannya. Sosok mujahid yang piawai dalam ilmu Tafsir, Hadits (agama), dan ilmu-ilmu kontemporer lainnya. Ketajamannya dalam menganalisis sejarah, pendidikan, hukum, politik, ekonomi, sosial, dan yang lainnya, diakui masyarakat dunia. Beliau konsisten dengan prinsip hidup dan pendapatnya. Baginya, seorang pemimpin ummat harus menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan kemampuan leadhership (berwawasan luas, terutama permasalahan kontemporer).

Semoga jasa-jasa beliau diterima oleh Allah SWT dan diteladani oleh generasr penerus terutama kepeduliannya terhadap permasalahan dunia Islam secara universal.

Dikutip dari "Selayang Pandang ldola Kita Abad Ini."



Terima Kasih sudah membaca 😊 , Jika artikel ini bermanfaat, Yuk bagikan ke orang terdekatmu . Sekaligus LIKE fanspage  kami juga untuk mengetahui informasi menarik lainnya 📌@Tahukah.Anda.Info   Membuka Mata Melihat Dunia 

📢  Sumber  





Back to Top