Pengalaman 'Tes Corona' di RSPI Sulianti Saroso, Seperti ini Prosedur dan Biayanya

Artikel Terbaru Lainnya :

[ AyoJalanTerus.com ]  Setelah pemerintah mengumumkan Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, sebagai kasus 76 positif virus corona COVID-19, sontak banyak jurnalis menjadi khawatir terutama yang pernah kontak langsung dalam kurun waktu 14 hari terakhir.
Bagaimana tidak, setelah status Menhub sebagai pasien positif diumumkan pada Sabtu (14/3/2020), semua orang yang pernah berinteraksi langsung, seketika menjadi ODP atau Orang dalam Pemantauan. Termasuk saya yang baru-baru ini mewawancarai Menhub Budi Karya.
Apakah semua ODP wajib melakukan pemeriksaan ke rumah sakit?
Sebenarnya tidak, namun karena saya dalam kurun waktu seminggu terakhir sempat batuk pilek ditambah demam juga ada riwayat kontak dengan pasien positif pada 2 Maret lalu, maka pada Senin (16/3/2020) pukul 09.00 WIB, saya berinisiatif untuk mengunjungi salah satu rumah sakit rujukan virus corona COVID-19 di bilangan Jakarta Utara, RS Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso.

Setibanya di sana, ada beberapa alur yang harus dilalui oleh ODP yang memeriksakan diri.

Tahap Awal

Setibanya di RSPI Sulianti Saroso, saya diarahkan menuju POS PEMANTAUAN 24 JAM yang berada di dekat pintu masuk. Setibanya di sana, sudah ada sekitar 20 orang mengantre untuk diperiksa.
"Jangan batuk pilek langsung cek corona. Ini kan pada sehat, nggak usah cek. Kita nggak cek kalau memang masih sehat. Kalau nggak ada kontak dengan siapa-siapa tidak ada yang perlu dipantau," ujar salah satu tenaga medis di pos pemantauan kepada beberapa orang, mengingat saat itu makin banyak yang datang berbondong-bondong dan meminta 'tes corona'.
Di pos pemantauan, orang yang datang akan diberi penanganan sesuai kondisinya. Sebelumnya mereka diberi formulir yang berisi identitas, status kesehatan (misalnya ada gejala), dan apakah memiliki riwayat kontak dengan pasien positif. Ada beberapa kriteria skrining awal di RSPI Suliati Saroso.
  1. Jika tidak pernah kontak dengan pasien positif dan dinyatakan sehat, maka akan disarankan untuk pulang ke rumah.
  2. Jika tidak pernah kontak namun mengalami gejala seperti batuk pilek yang tak membaik, maka petugas kesehatan menyarankan untuk mengunjungi dokter umum terlebih dahulu.
  3. Jika pernah kontak dan tidak bergejala tapi masih ingin periksa, maka diarahkan menuju poli MCU (Medical Check Up).
  4. Jika pernah kontak dan bergejala sedang, seperti batuk dan pilek, ada yang diarahkan ke spesialis paru ada juga yang ke poli MCU.
Setelah menunggu kira-kira 45 menit, tiba giliran saya untuk skrining awal. Setelah mengisi formulir, saya ditanyai ulang soal kondisi kesehatan dan kapan terakhir kali kontak dengan pasien positif. Di pos pemantauan, semua orang yang datang akan diperiksa suhunya. Saat diperiksa, suhu badan saya lumayan tinggi, 37,9 dan memiliki riwayat sesak.
Berbeda dengan beberapa ODP lainnya, saya tidak ke poli MCU namun diarahkan untuk pemeriksaan langsung di Poli UGD.
Formulir skrining 'virus corona' COVID-19 yang akan menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya.Formulir skrining 'virus corona' COVID-19 yang akan menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya. Foto: Khadijah Nur Azizah/detikHealth

Tahap Kedua: Pemeriksaan

Sebelum masuk ke UGD, saya diberi tahu bahwa saat ini yang berada di ruangan tersebut telah resmi dinyatakan PDP atau Pasien dalam Pengawasan. Karena itu, saya dibekali masker sebelum masuk ke ruang UGD.
"Tinggal di mana? Serumah berapa orang?" tanya salah satu petugas medis di ruang UGD. Di ruangan tersebut memang ada beberapa orang yang juga tengah menunggu giliran pemeriksaan.
Seluruh nakes di ruang UGD mengenakan APD (Alat Pelindung Diri) lengkap untuk mengurngi paparan virus. Saya ditensi dan diperiksa oleh salah satu dokter jaga UGD. Agak menunggu lama sebelum diputuskan harus tes swab atau tidak oleh dokter.
"Kalau misal nanti di-swab nggak apa-apa ya, nggak perlu takut kita di sini semua kan sudah ikhtiar," kata dokter menenangkan.
Meski demam dan sedikit sesak, dokter memutuskan agar saya dicek darah dan rontgen saja. Dia menjelaskan bahwa tes darah dan rontgen pun sebenarnya cukup untuk pemeriksaan kesehatan tahap awal bagi ODP jika belum menunjukkan gejala berat.
Di UGD, setelah darah diambil, saya diarahkan menuju Ruang Radiologi untuk rontgen. Berbekal kertas berwarna hijau dengan keterangan ODP, saya pun ke Ruang Radiologi dan menunggu bersama beberapa orang yang juga menjalani pemeriksaan yang sama.
Pasien dalam pengawasan atau suspek akan dirawat di Ruang Isolasi.Pasien dalam pengawasan atau suspek akan dirawat di Ruang Isolasi. Foto: Agung Pambudhy

Tahap Ketiga: Menunggu Hasil

Setelah rontgen, saya kembali ke UGD untuk menanyakan hasil pemeriksaan darah. Mereka mengatakan butuh waktu sekitar 2-3 jam untuk melihat hasil laboratorium. Setelah itu saya kembali ke Ruang Radiologi untuk mengambil hasil rontgen paru yang diminta UGD.
Berbeda dari ODP lainnya, hasil rontgen paru dan darah saya langsung keluar sore itu juga. Memang butuh beberapa kali mondar-mandir karena arahan dari petugas kesehatan tidak terlalu jelas.
Beberapa orang mengaku mereka harus menunggu hasil MCU di antaranya rontgen dan pemeriksaan darah keesokan harinya.
"Alhamdulillah hasil tes lab darah dan rontgen baik. Tapi karena bergejala, ada beberapa obat yang harus diminum ya," ujar dokter jaga UGD.
Sebelum pulang, dokter mewajibkan untuk mengisolasi diri selama 14 hari. Jika dalam 14 hari ke depan timbul gejala berat atau kondisi yang saat ini tengah saya alami memburuk, maka diminta ke rumah sakit.

Kenapa tidak di-swab?

Beberapa pertimbangannya mungkin gejala yang saya alami cenderung lebih ringan dari PDP. Mereka yang ditetapkan sebagai PDP di RSPI Sulianti Saroso memang sudah berat dan kebanyakan memakai alat bantu pernapasan. Pun demikian, dokter meyakinkan bahwa pemeriksaan awal dengan rontgen dan cek darah juga sudah bisa dilakukan sebagai skrining awal.
Jika hasil laboratorium dan rontgen menunjukkan adanya infeksi, maka saya kemungkinan akan di-swab.

Berapa Biayanya?

  • Rontgen paru Rp 144 ribu
  • Lab patologi klinik (pemeriksaan darah) Rp 53 ribu
  • Biaya pemeriksaan IGD Rp 138 ribu
  • Obat-obatan Rp 147 ribu.
Catatan redaksi: Ada banyak sekali informasi yang simpang siur seputar tes corona, mulai dari prosedur hingga tempat pelayanan. Jika punya pertanyaan seputar layanan tes tersebut, silakan tinggalkan komentar.



Simak Video "Jangan Terkecoh! Lembaga Eijkman Bukan Tempat Tes Corona"

(kna/up)


Terima Kasih sudah membaca 😊 , Jika artikel ini bermanfaat, Yuk bagikan ke orang terdekatmu . Sekaligus LIKE fanspage  kami juga untuk mengetahui informasi menarik lainnya 📌@Tahukah.Anda.Info   Membuka Mata Melihat Dunia 

📢  Sumber  https://health.detik.com/read/2020/03/17/064342/4941938/763/pengalaman-tes-corona-di-rspi-sulianti-saroso-prosedur-dan-biayanya?tag_from=wp_beritautama&_ga=2.126225608.454483504.1584281885-627794774.1555634609





Back to Top