Periksa Fakta Klaim Indro Cahyono Soal Hyper Reality COVID-19

Artikel Terbaru Lainnya :

[ AyoJalanTerus.com ]  Beberapa kali nama Indro Cahyono muncul dalam informasi terkait pandemi COVID-19. Kini, ia kembali menyebutkan sejumlah klaim terkait COVID-19. Benarkah klaim tersebut?

Pada 16 April, akun Facebook Moh Indro Cahyono (arsip) membagikan informasi seputar COVID-19. Menurutnya, di tengah pandemi COVID-19 ini telah terjadi Hyper Reality. Istilah ini ia gunakan untuk menggambarkan kenyataan semu yang berlebihan. Ia menilai, kenyataan yang demikian sudah terbentuk sesuai keinginan media, hingga masyarakat abai pada kenyataan yang ada di depan mata.

Unggahan Indro pada 16 April telah dibagikan sebanyak 2,5 ribu kali, mendapat reaksi dari 3,5 ribu orang, dan dikomentari oleh 1.000 orang di Facebook.





Unggahan tersebut berbunyi:

“HYPER REALITY - KENYATAAN BERLEBIHAN PADA WABAH CoViD19


Ini istilah yg dipakai untuk menggambarkan kenyataan SEMU yg berlebihan (akibat terlalu banyak mengkonsumsi media TANPA mau berlogika), akibatnya kiita merasa dunia SUDAH TERBENTUK sesuai KEINGINAN MEDIA. Dunia semu yg hanya ada dalam pikiran kita, hingga kita mengabaikan FAKTA NYATA yg justru ada di depan mata.


Sebagai contoh, saat kami mengalami musibah gempa thn 2005 di kota Yogyakarta. Saat rakyat panik diserang isu ada tsunami & gunung meletus. Rakyat di gunung panik turun ke bawah & rakyat di pantai panik lari ke atas & semuanya berkumpul di kota, panik, macet, & berakhir dgn kekacauan, hingga akhirnya sadar bahwa ini adalah gempa BUKAN tsunami atau gunung meletus. Saat panik maka rakyat SANGAT MUDAH DIARAHKAN utk menimbulkan kekacauan padahal kejadian sesungguhnya TIDAK SESUAI dgn kenyataan yg terjadi.


Saat wabah CoViD19 ini kita sudah mengalami HYPER REALITY AKUT (HRA) akibat gempuran media + para penyebar ketakutan sehingga kita dibuat panik oleh PIKIRAN KITA SENDIRI.


1. HRA : virus CoViD19 PASTI MEMBUNUH.
FAKTA : Banyak penderita suspect (+) yg SEMBUH & menjadi (-)


2. HRA : penyebab kematian PASTI HANYA virus CoViD19

FAKTA : Korban CoViD19 memiliki komplikasi penyakit yg mematikan (ginjal, stroke, jantung)

3. HRA : jika kena virus CoViD19 PASTI MENINGGAL.
FAKTA : kita masih melihat manusia normal di depan mata kita TIDAK ADA mayat yg bergelimpangan di jalanan.


4. HRA : jenazah korban CoViD19 PASTI menyebarkan virus
FAKTA : Jenazah korban CoViD19 sudah dimandikan & dibersihkan menggunakan sabun + desinfektan secara profesional di RS shg jenazah steril & TIDAK TERKONTAMINASI VIRUS.


5. HRA : diramal kematian akibat wabah akan jadi 2.5 JUTA manusia di Indonesia.
FAKTA : meramal angka TOGEL 4 angka SANGAT SULIT apalagi 2.5 juta. Kematian di Indonesia ada di kisaran 400 korban di bulan ini, bahkan tanpa CoViD19 kematian normal malah LEBIH dr 400.


6. HRA : Virus CoViD19 GAK ADA OBATNYA & GAK ADA VAKSIN nya & pasti akan menyebabkan kematian.
FAKTA : Di kota Wuhan 97% pasien (+) SEMBUH bahkan TANPA VAKSIN, krn antibody tubuh mampu merespon serangan virus ini.


7. HRA : pemakaian vit E + C utk menangani respon virus adalah sesat
FAKTA : Bahkan di Wuhan & RS utk menaikan antibody melawan virus menggunakan vit E + C


8. HRA : solusi wabah virus CoViD19 adalah LOCKDOWN KOTA atau negara.
FAKTA : Negara yg menetaokan lockdown justru menimbulkan CHAOS & KEKACAUAN krn banyak yg tidak bisa bekerja & gak punya penghasilan. Sementara solusi penyakit virus adalah menaikan antibody & pola hidup bersih.


Hidup kita adalah hidup yg NYATA. BUKAN hidup dalam bayangan halusinasi media penyebar ketakutan yg hanya ada di dalam kepala kita saja. Merasa besok dunia kiamat & semua manusia punah akibat bayangan hipnotis media - padahal saat kita taruh HP atau berhenti menonton TV semua kembali normal.

Hidup kita itu indah, hidup NYATA dimana semua manusia bisa berbahagia & saling membantu BUKAN hidup dalam bayang-bayang ketakutan. Hidup kita adalah MILIK KITA SENDIRI, BUKAN milik para penyebar ketakutan. Jika kita bisa memahami wabah ini berdasarkan FAKTA & BUKAN krn HALUSINASI MEDIA maka kita akan bisa menikmati hidup bersama-sama. Kita faham wabah ini nyata & kita akan bisa menghadapi wabah ini TANPA RASA TAKUT jika kita mau menggunakan logika & BELAJAR melihat FAKTA NYATA, bukan hanya menyerahkan diri utk jadi pecandu hoax atau budak ketakutan.
Hidup bahagia adalah HAK semua manusia.


Bebas dari rasa takut adalah HAK semua manusia.


Saya menjalani hidup saya dengan bahagia tanpa rasa takut.


Setiap detik.


Karena saya FAHAM wabah ini bisa diatasi & virus ini bisa ditaklukan dengan pengetahuan & belajar bersama.


Para pembuat ketakutan & penyebar kepanikan boleh mati saja diracuni oleh halusinasi mereka sendiri.


LOGIKA MENGALAHKAN KEPANIKAN.


PENGETAHUAN MENGALAHKAN KETAKUTAN.


Moh Indro Cahyono - manusia biasa yg selalu dihina CUMA dokter hewan & gak boleh mengaku jadi ahli virus.”




Ini bukan kali pertama nama Indro Cahyono muncul dalam informasi terkait pandemi COVID-19. Pada 3 April lalu, terdapat pula penjelasan ilmiah Corona yang diklaim berasal dari Indro Cahyono. Pemeriksaan fakta oleh tim cek fakta Tempo membuktikan informasi itu terbukti salah dan tidak berasal dari Indro Cahyono. Selain itu, Indro juga sempat berbincang dengan artis Luna Maya (arsip), namun menyampaikan pernyataan yang menyesatkan.

Pada 13 April, lagi-lagi ada unggahan yang melibatkan Indro. Unggahan tersebut berisi poin-poin wawancara dengan Indro yang menyebut bahwa pandemi COVID-19 hanya akan berlangsung selama dua minggu, pasien COVID-19 dapat sembuh dengan mengonsumsi vitamin E, dan bahwa virus bisa dibuat cepat menyebar dan menempel ke manusia. Tempo menilai informasi yang tersebar ini sebagai “benar sebagian”.


Penelusuran Fakta

Klaim pertama, soal “penderita suspect (+) yg SEMBUH & menjadi (-)” memang benar. Mengambil contoh Jakarta, misalnya, dari 2.865 orang Pasien Dalam Pengawasan (PDP), terdapat 52 persen atau 1.492 orang yang sembuh dan dibolehkan pulang per 17 April. Sementara di Jawa Barat, dari 2.892 total PDP, sebanyak 44,61 persen atau 1.290 orang telah selesai pengawasan dan sembuh.

Pada poin kedua, Indro mengklaim korban meninggal COVID-19 tidak hanya disebabkan oleh wabah tersebut, melainkan juga komplikasi penyakit yang mereka bawa, seperti ginjal, diabetes, stroke, dan jantung. Namun, menurut dokter spesialis paru yang bertugas di RSUP Persahabatan Jakarta, Erlina Burhan, pernyataan Indro bahwa korban COVID-19 meninggal hanya dikarenakan penyakit penyerta tidak tepat. Logikanya, orang yang sakit itu tidak lantas akan meninggal jika tidak terkena COVID-19.

"Dia bilang orang meninggal karena stroke, hipertensi, sakit gula, dan lain-lain. Sekarang coba dibalik. Orang yang sakit stroke, jantung, hipertensi kalau enggak ada Corona, enggak mati, kan?" kata Erlina melalui sambungan telepon, Jumat (17/4/2020).

Pada poin ketiga, Indro menyampaikan bahwa “tidak ada mayat bergelimpangan di jalanan” sebagai sanggahan dari “jika terkena COVID-19 pasti meninggal”. Di Indonesia memang banyak pasien yang sembuh dari virus Corona. Per 17 April misalnya, dari 5,9 ribu kasus positif, ada 607 orang yang sembuh. Namun, fakta bahwa terdapat 520 korban meninggal tidak dapat dikesampingkan.

Terkait poin keempat, perlu diketahui bahwa dalam langkah pemulasaran jenazah yang dianjurkan Kemenkes, tidak ada bagian yang menyebutkan jenazah korban COVID dimandikan dan dibersihkan dengan sabun dan disinfektan.

Petugas yang menangani jenazah juga harus menggunakan APD lengkap saat menangani jenazah. Sementara jenazah harus terbungkus dalam kantong yang tidak mudah tembus cairan. Jenazah juga harus dikebumikan tidak lebih dari 4 jam setelah meninggal tanpa adat istiadat atau prosesi upacara agama tertentu.


Pada poin selanjutnya Indro menyebutkan tidak mungkin meramalkan kematian 2,5 juta orang karena COVID-19 saja. Tidak jelas dari mana angka prediksi 2,5 juta kematian ini berasal karena akun tersebut tidak mencantumkan sumber yang dirujuk.

Namun, berdasarkan ilmu pemodelan tertentu, sejumlah lembaga memang meramalkan angka kematian yang cukup tinggi akan terjadi di Indonesia akibat COVID-19. Salah satunya dilakukan oleh tim simulasi dan pemodelan COVID-19 Indonesia (SimcovID). SimcovID memprediksikan bahwa jika Indonesia menerapkan PSBB alih-alih karantina wilayah, jumlah kasus yang COVID-19 yang terlaporkan akan mencapai 872.346 kasus dengan 60 persen pasien atau sekitar 523 ribu orang berpotensi meninggal.

Poin selanjutnya adalah klaim "Di kota Wuhan 97% pasien (+) SEMBUH bahkan TANPA VAKSIN, krn antibody tubuh mampu merespon serangan virus." Faktanya, NPR melaporkan bahwa terdapat sebanyak 5 hingga 10 persen pasien positif COVID-19 di Wuhan yang dinyatakan sembuh dan dinyatakan negatif kembali terdeteksi positif COVID-19. Sementara itu, South Cina Morning Post (SCMP) melaporkan angka pasien yang pulih namun terdeteksi kembali positif berkisar di 3 hingga 10 persen.

Selanjutnya poin ketujuh, Indro mengklaim bahwa "di Wuhan & RS utk menaikan antibody melawan virus menggunakan vit E + C”. Di artikel misinformasi sebelumnya, Indro juga mengimbau agar masyarakat cukup menjaga kebersihan dan mengkonsumsi vitamin E.

Namun, seperti ditulis Tempo, vitamin E bukan satu-satunya nutrisi yang dibutuhkan untuk melawan COVID-19. Mikronutrisi, seperti vitamin A, B, C, D, dan E, serta mineral zat besi, selenium, dan seng atau zinc sangat penting melawan infeksi. Penelitian menunjukkan bahwa meningkatkan nutrisi dapat membantu mendukung kerja sistem imun yang lebih optimal.

Poin terakhir, “Negara yg menetapkan lockdown justru menimbulkan CHAOS & KEKACAUAN krn banyak yg tidak bisa bekerja & gak punya penghasilan. Sementara solusi penyakit virus adalah menaikan antibody & pola hidup bersih.”

Poin ini memang benar jika hanya merujuk pada contoh kasus di India saja. Tak sampai seminggu setelah ditetapkan, lockdown total di India menyebabkan eksodus ribuan pekerja imigran, ancaman kelaparan massal, kekerasan, dan kematian. Kritik disampaikan kepada Perdana Menteri India Nahrenda Modi karena kebijakannya dinilai minim perencanaan.


Di sisi lain, lockdown di beberapa negara menunjukkan tidak terjadi "chaos & kekacauan" seperti yang disebutkan akun Indro kendati memang banyak warga yang tidak dapat bekerja dan tidak mendapat penghasilan. Kasus di Cina bahkan menunjukkan bahwa lockdown berjalan dengan dukungan dari komunitas masyarakatnya sendiri. Di Wuhan, misalnya, pekerja komunitas dan sukarelawan mengorganisasikan pembelian kebutuhan dan makanan di aplikasi WeChat. Layanan pengiriman ini membuat hidup jauh lebih mudah pada saat krisis.

Italia sejauh ini juga dapat bertahan lewat dana sebesar USD4 miliar yang digelontorkan pemerintah bagi sektor bisnis terdampak seperti transportasi, pariwisata, dan rumah sakit. Sumbangan dana ini menjadi penting agar masyarakat bisa terus beraktivitas. Sisanya, Italia masih menerima bantuan dari negara lain, termasuk Cina.

Kesimpulan

Kendati imbauan untuk tidak takut berlebihan yang disampaikan akun Facebook Indro Cahyono bermaksud baik, namun beberapa klaim yang disampaikan akun itu bersifat salah sebagian dan menyesatkan (partly false & misleading). Tidak semua negara yang menerapkan kebijakan lockdown berujung pada chaos dan kekacuan.

Selain itu, tidak semua pasien yang dinyatakan sembuh benar-benar sembuh "bahkan tanpa vaksin." Kenyataannya, terdapat sejumlah pasien di Wuhan yang kembali dinyatakan positif COVID-19 setelah dinyatakan sembuh. Hal ini membuktikan bahwa keberadaan vaksin untuk virus corona baru SARS-CoV-2 ini memang memegang peranan penting dalam upaya untuk melawan virus ini.




Oleh: Irma Garnesia - 20 April 2020
Back to Top