Masih Belia 16 tahun, Fabyan Devara Meninggal Karena Covid-19, Awalnya Diduga Stroke

Artikel Terbaru Lainnya :

[ AyoJalanTerus.com ]  Nama seorang anak muda berusia 16 tahun ini, Fabyan Devara, ramai diperbincangkan. Di usianya yang begitu belia, ia harus berpulang karena penyakit yang tiba-tiba ia derita. Dalam laman sosial media facebook, orangtua Fabyan bercerita tentang perjalanan penyakit Sang Buah Hati hingga akhirnya ia harus pergi untuk selamanya.



Fabyan Devara awalnya diduga stroke, ternyata terpapar Covid-19

Orangtua Fabyan Devara tidak menduga jika anaknya akan sakit, apalagi meninggal dunia. Mereka sekeluarga selalu taat menjalani isolasi mandiri di rumah dengan orangtua bekerja dari rumah dan Fabyan beserta adiknya, belajar secara online dari rumah.
Lalu secara tiba-tiba, pada akhir Maret lalu, Fabyan mulai mengeluhkan tangan kanannya terasa kebas dan kesemutan. Semakin hari semakin parah hingga ia kesulitan menulis dan makan sendiri.
Selang beberapa hari, Fabyan mulai menunjukkan gejala lain seperti pola tidur yang aneh yaitu selama 20-23 jam sehari. Semakin lama kondisi anak muda ini semakin memprihatinkan dan sampai mengalami muntah-muntah dan tidak lagi sanggup berdiri.
Orangtua Fabyan tentu saja sudah mencari perawatan di berbagai rumah sakit. Bermacam-macam pemeriksaan mulai dari tes darah hingga CT Scan pun sudah dijalani Fabyan. Anehnya, dari hasil pemeriksaan tersebut tidak ada tanda-tanda penyakit di tubuhnya.
Akhirnya, Fabyan dirujuk ke rumah sakit pusat otak nasional (RS PON). Di sana, ia didiagnosis mengalami stroke. Lima hari ia dirawat, kondisinya makin parah dan kerusakan organ yang terjadi di tubuhnya terjadi begitu cepat.
Dokter kemudian melakukan pemeriksaan thorax atau rontgen dada. Hasilnya, Fabyan ternyata terindikasi terpapar virus corona. Ia pun langsung menjalani pemeriksaan swab untuk memastikan diagnosis. Belum sempat hasil tes keluar, tubuh Fabyan sudah tidak kuat lagi bertahan melawan dan akhirnya ia tutup usia.
Orangtua Fabyan menyebutkan bahwa meski hasil tes belum keluar, dokter yang memeriksa buah hatinya meyakini bahwa penyebab kematian sang anak adalah Covid-19. Hal ini didasari dari kerusakan organ yang terjadi sangat masif dan dalam waktu yang begitu cepat.


Ahli menyebut virus corona bisa sebabkan stroke pada anak muda

Untuk mengetahui hubungan stroke dan Covid-19 secara pasti, penelitian lebih dalam memang masih dibutuhkan. Namun, Fabyan bukanlah satu-satunya orang yang terpapar virus corona dan mengalami stroke.
Di Amerika Serikat, para dokter dan ahli yang menangani pasien positif corona menyebutkan bahwa ada pola hubungan antara stroke dan Covid-19. Salah satu rumah sakit rujukan Covid-19 di Amerika Serikat sudah menangani setidaknya lima orang pasien Covid-19 berusia di bawah 50 tahun yang mengalami stroke akibat penyumbatan di pembuluh darah besar.
Perlu dicatat, kelima orang tersebut bukanlah pasien Covid-19 yang tergolong parah. Rata-rata mereka tidak mengalami atau hanya merasakan gejala Covid-19 ringan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada kelima pasien tersebut, diketahui bahwa rupanya virus corona bisa memicu penggumpalan darah di pembuluh darah. Jika gumpalan tersebut sampai ke otak, maka aliran darah di otak jadi tersumbat dan akhirnya menyebabkan stroke.




• Kapan pandemi corona berakhir?: 6 ahli prediksi akhir dari pandemi corona
• Seberapa parah infeksi Covid-19?: Ini gambar paru pasien corona, terlihat kerusakan yang parah
• Obat herbal corona: Obat herbal Cina lianhua qingwen dianggap efektif atasi corona

Mekanisme stroke pada pasien Covid-19 belum diketahui pasti

Hingga saat ini, belum diketahui mekanisme pasti virus corona dalam memicu terbentuknya gumpalan darah di otak. Namun, ada beberapa teori yang diduga menjadi penyebab meningkatnya risiko stroke pada pada pasien Covid-19, seperti:

1. Virus corona menyebabkan peradangan yang parah di tubuh

Salah satu penyebab yang menjadi dugaan ahli soal hubungan antara stroke dan Covid-19 adalah virus ini bisa menyebabkan peradangan atau inflamasi yang begitu dahsyat di tubuh. Inflamasi yang parah itu kemudian akan memicu perubahan bentuk sel darah merah. Hal ini lah yang kemudian membuat darah menggumpal.

2. Ada penyakit penyerta yang tidak terdeteksi

Risiko terbentuknya gumpalan darah bisa meningkat pada orang-orang yang memiliki riwayat diabetes dan penyakit jantung. Covid-19 sendiri bisa memperparah kedua kondisi tersebut.
Pasien Covid-19 yang memiliki penyakit penyerta juga umumnya menjalani rawat inap dalam jangka waktu yang lama dan sulit bergerak. Hal ini juga bisa meningkatkan risiko terbentuknya gumpalan darah.
Apapun alasannya, satu hal yang sudah pasti diketahui adalah pasien Covid-19 dengan kondisi gangguan darah tersebut, memiliki tingkat kematian yang tinggi, yaitu sekitar 70%. Sementara itu, masih diperlukan penelitian lanjutan untuk mengetahui secara detail hubungan antara stroke dan virus corona.
Artikel Asli



Back to Top