Apa pendapat-mu Tentang gerakan "BOIKOT UNILEVER " yang sedang ramai diperbincangkan?

Artikel Terbaru Lainnya :

[ TahukahAnda.info ]  Heran juga sih, kalaupun mau di boycott kira-kira implementasinya gimana? Apakah netizen akan "memaksa" pemerintah utk memusnahkan semua produk Unilever di Indonesia? Atau itu hanya akan jadi pilihan tiap orang saja? Kemungkinan paling besar sih yang kedua.




Kalau dipikir-pikir produk Unilever di Indo lumayan banyak dan sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa produknya (saya dapat dari website resmi Unilever Indonesia)
Diantara semua brand di atas, hanya 4 yg tidak pernah saya tahu. Sisanya 80% pernah saya/keluarga saya pakai.
Bisa aja sih kalau netizen mau boycott. Cuman nanti pas ke warung pesanannya kemungkinan bakal lebih panjang.
Tadinya:
"Nasi goreng spesial 1, es teh manis 1"
Setelah boycott unilever:
"Nasi goreng spesial 1, kecapnya jangan yang bango ya, kalo pakai penyedap jangan pakai royco, tolong ganti yg lain aja. Minumnya, es teh manis, daun tehnya jangan pakai sariwangi. Oh iya, nanti alat makannya jangan dicuci pakai sunlight ya, makasih"
Kurang lebih seperti ini. Wkwk.
Jika ternyata yg boycott banyak, maka mungkin kita akan memiliki jenis resto lainnya selain halal dan non-halal, yaitu unilever khusus utk resto yg "terkontaminasi produk unilever"
Terakhir, jika implementasinya menggunakan cara pertama maka saya akan prihatin dengan Malika. Ntar siapa yg besarin?
.
Itu semua hanya bayangan saya, lucu juga rasanya 😊




Waketum MUI: Kalau Serius, Produk Unilever Bisa Diboikot



Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhyiddin Junaidi menanggapi dukungan Unilever terhadap gerakan lesbian, gay, biseksual, transgender, dan queer (LGBTQ). Sebelumnya, Unilever mendapat kecaman di dunia maya terkait dukungannya itu dan muncul seruan boikot.

KH Muhyiddin mengatakan, bukan hanya Unilever yang mendukung LGBT. Ada beberapa perusahaan yang mendukung LGBT. "Kalau memang kita benar serius ya kita bisa melakukan pemboikotan terhadap produk-produk mereka di Indonesia, karena mereka mendapatkan keuntungan dari kita," kata KH Muhyiddin kepada Republika, Jumat (26/6/2020).




Ia menyampaikan, pemboikotan produk mereka penting agar dijadikan sebagai pembelajaran oleh mereka. Sehingga perusahaan lain yang ingin melakukan hal yang sama dengan Unilever bisa meninjau kembali reaksi dari publik.

Ia menjelaskan, permasalahannya Unilever ini nyaris menguasai produk-produk yang digunakan oleh masyarakat. Kalau memang sudah ada produk-produk perusahaan lain yang tidak mendukung LGBT, tinggalkan saja produk-produk Unilever ini. Sebaiknya begitu kalau memang umat Islam ingin betul-betul melakukan pemboikotan secara masif.

"Memang harus diawali dulu dari imbauan maka publik khususnya umat Islam itu agar tidak menggunakan produk mereka," ujarnya.

Terkait pesan yang ingin disampaikan dari pemboikotan produk ini, KH Muhyiddin menjelaskan, pemboikotan ini mengandung pesan moral bahwa semua agama melarang LGBT. Bukan hanya agama Islam yang melarang LGBT, agama lain juga melarang.

"Yang lebih penting jangan sampai keuntungan dari Unilever itu dipakai untuk mendukung kegiatan-kegiatan LGBT yang secara tidak langsung itu diharamkan oleh agama," jelasnya.

Ia menegaskan, pemboikotan produk mereka juga mengandung pesan agar perusahaan-perusahaan jangan mendukung kegiatan-kegiatan yang bertolak belakang dengan nilai-nilai agama. Itu pesannya yang ingin disampaikan dari pemboikotan produk perusahaan yang mendukung kegiatan LGBT.

"Mereka akan mengalami kerugian besar seandainya masyarakat tidak membeli produk mereka karena banyak sekali produk mereka itu," ujarnya.

"Mereka akan mengalami kerugian besar seandainya masyarakat tidak membeli produk mereka karena banyak sekali produk mereka itu," ujarnya.


Dukungan Unilever terhadap gerakan lesbian, gay, biseksual, transgender, dan queer (LGBTQ+) telah menuai kecaman di dunia maya. Tak sedikit seruan untuk memboikot produk Unilever.

Governance and Corporate Affairs Director Unilever Indonesia Sancoyo Antarikso mengatakan, Unilever beroperasi di lebih dari 180 negara dengan budaya yang berbeda. "Secara global dan di Indonesia, Unilever percaya pada keberagaman dan lingkungan yang inklusif," katanya dalam keterangan pers yang diterima, Jumat (26/6).

Sancoyo mengatakan, Unilever telah beroperasi selama 86 tahun di Indonesia. Unilever selalu menghormati maupun memahami budaya, norma, dan nilai setempat.

"Oleh karena itu, kami akan selalu bertindak dan menyampaikan pesan yang sesuai dengan budaya, norma, dan nilai yang berlaku di Indonesia," katanya.[Republika]


📢 Republished by [Tahukah Anda ?]  




Back to Top