Apa yang harus saya persiapkan dalam menghadapi new normal ?

Artikel Terbaru Lainnya :

[ TahukahAnda.info ]  Kalau soal cuci tangan, pakai masker, jaga jarak, itu sudah banyak yang mengingatkan - makanya saya bahas saja hal2 yang jarang disentuh:
Persiapkan mental menghadapi "ekonomi 90%",
dan juga persiapkan keuangan (tetap berhemat)
Kalau anda pegawai, jangan kaget masih bisa kena PHK
Kalau anda wirausaha, jangan kaget orderan anda masih sedikit lalu nge-PHK lagi





Ih, Kan, kamu kok pesimis banget sih, kan new normal kebijakannya dibikin supaya nge-gerakin ekonomi juga, biar orang seenggaknya bisa cari makan seperti biasa, gitu.
Eits, data di lapangan berbicara beda. Tidak akan semudah itu lagi "cari makan seperti biasa".
Pertama, kita bahas soal "ekonomi 90%" - apa artinya?
Ekonomi 90% ini adalah istilah dari Tiongkok, yang meng-klaim bahwa di negaranya kini aktivitas ekonomi BUMN sudah 90% berjalan seperti normal[1] sebelum datangnya wabah Corona yang dimulai di Wuhan tersebut.

Oke, berarti bagus dong? Gak segampang itu - kan hanya 90%, 10% nya lagi kemana?
10% ini lah yang patut membuat kita waswas, pasalnya 10% ini berada di industri-industri jasa yang labor-intensive / penyerap tenaga kerja banyak: hal-hal seperti restoran, hotel, jasa hiburan.
"Ekonomi 90%" a la Tiongkok - lalu lalang barang kargo (ekspor-impor) sudah kembali normal, tapi banyak sektor seperti konsumsi di supermarket (Footfall), perhotelan dan penerbangan, bahkan belum sampai 60% aktivitas ekonomi pra-Corona.
Lah kalau begitu seharusnya gak 10% dong! Tapi ini kan berdasarkan nilai aktivitas ekonomi; Tiongkok sebagai negara yang inti ekonominya ada di bidang industri manufaktur/pengolahan barang, tentu nilai aktivitas jasa nya lebih sedikit karena hanya berkutat soal konsumsi domestik.
Beda lagi dengan Indonesia dimana ada banyak pekerja sektor jasa yang terkena dampak bagi pendapatannya selama 3 bulan terakhir[2] - dan mereka termasuk dalam "10% yang hilang" menurut Tiongkok tadi; yang berarti untuk Indonesia, akan lebih besar dari 10% aktivitas ekonominya.
Lalu kenapa 10% ini susah untuk recovery/pasarnya menggeliat lagi? Karena preferensi konsumsi masyarakat sudah berbeda dari sebelumnya. Ada satu data yang cukup mencengangkan:
Grafik pengurangan pengeluaran konsumsi selama Februari-April 2020 di Denmark & Swedia
Dua negara ini mungkin sama-sama negara maju, dan saling bertetangga di Eropa; tapi ada perbedaan yang sangat besar - Denmark mengimplementasikan Lockdown, sementara Swedia tidak mengimplementasikan kebijakan apapun, social distancing a la PSBB saja tidak - selama 3 bulan kemarin semua aktivitas ekonomi dan aktivitas sosial di Swedia berjalan seperti biasa, tanpa ada pembatasan[3] .
Bahkan tanpa pembatasan pun, pengeluaran konsumsi rumah tangga Swedia tetap turun lebih dari 20%
Dan bedanya tidak jauh dari negara lain (Denmark) yang memberlakukan kebijakan pembatasan a la Lockdown.
Jadi kalau bisa kita tarik pelajaran untuk "New Normal" yang akan diterapkan tidak hanya di Indonesia tapi di banyak tempat lain adalah -
Kebijakan New Normal ini mencoba untuk mendorong ulang/restart aktivitas ekonomi ini dari sisi produksi dan supply/pasokan. Tapi apakah konsumsi, apakah sisi demand/permintaannya juga otomatis akan terdorong? Data sementara menunjukkan, hal itu tidak terjamin - dan kemungkinannya butuh waktu untuk pemulihan konsumsi/sisi permintaan tersebut.
Yang berarti sebenarnya bisa jadi 2–3 bulan setelah New Normal ini bisa jadi justru titik paling kritis secara makroekonomi - karena akan ada banyak pengusaha yang akhirnya gambling/berani mendorong aktivitas ekonomi lagi, padahal itu duit terakhir; kalau demand di pasar yang dia sasar memang bisa tumbuh lagi, ya dia terselamatkan - tapi kalau demand/konsumsi di pasarnya itu tidak bisa tumbuh dalam 2–3 bulan tersebut, ya wassalam: malah jauh lebih merugi dibanding pas PSBB ini.
Kalau bahasa anak ekonominya: Jangan cepet-cepet ambil kesimpulan semuanya akan V-shape recovery (nilai aktivitas ekonomi langsung kembali normal lagi), kemungkinan bisa U-shape (butuh waktu lama). Tapi amit-amit jadi L-shape (aktivitas ekonomi tidak bisa kembali ke nilai sebelumnya)
Jadi pesan saya sih satu saja, kita semua harus ingat
Jangan terlalu optimistis soal ekonomi. Krisis kesehatan/wabah bisa jadi selesai - tapi krisis ekonomi? Perjalanan bisa jadi lebih panjang.
Tapi jangan langsung jadi terlalu pesimis, kita ini bangsa kreatif & mampu adaptasi kok.
Semangat semuanya
Catatan Kaki






📢 Republished by [Tahukah Anda ?]  




Back to Top