Artikel Terbaru Lainnya :
[ TahukahAnda.info ] Sejauh ini rasanya banyak banget hal yang telat aku sadari, tapi aku percaya "setiap orang punya waktunya masing - masing", termasuk dalam hal belajar dan bertumbuh.
📢 Republished by [Tahukah Anda ?]
- Terlalu banyak kesempatan yang terbuang hanya karena ragu
entah udah berapa banyak kesempatan yang datang ke hidup aku tapi malah terbuang sia - sia, karena terlalu takut dan ragu. Padahal semua yang ditakutin itu belum tentu terjadi. Seharusnya, saat itu aku sadar kalau setiap percobaan memang pasti ada jatah gagalnya, seharusnya aku memberanikan diri untuk mencoba, karena untuk berhasil kan kita memang akan melewati fase gagal terlebih dahulu. Toh, kalau memang benar - benar gak berhasil mungkin memang bukan jalannya. Setidaknya udah gak penasaran lagi dan udah berhasil melawan ketakutan kita sendiri. Lagipula, masih ada jalan lain, masih banyak pintu yang menunggu untuk didatangi.
So, take the risk or lose the chance itu nyata.
Kalau kalian pernah berada di posisi itu gaperlu disesalin, cukup jadikan pelajaran agar kita bisa lebih yakin lagi sama diri sendiri, lebih berani dan bijaksana dalam memanfaatkan kesempatan yang datang buat kita kedepannya. Jangan lupa apresiasi diri kalian yang udah berani mengambil keputusan dengan segala resikonya, bahkan berjuang untuk itu sampai sejauh ini. I am so proud of you, keep up the hard work. You're doing great and you deserve better!
- Umur tidak menentukan kedewasaan seseorang
Sampai hari ini masih sering menemukan orang yang dewasa dari segi umur tapi tidak dengan pemikirannya. Entah kenapa bagi aku ini salah satu hal yang sangat disayangkan.
Belum lagi kalau membahas soal ego, seringkali banyak orang atau mungkin diri kita sendiri yang masih terlalu mementingkan ego dan gengsi. Hanya karena merasa lebih tua seolah - olah merasa paling benar, tidak mau mendengar masukan orang lain, enggan menerima kritik, bahkan menganggap pendapat orang yang lebih muda sebagai angin lewat semata.
Perilaku seperti itu tanda pemikiran yang belum dewasa. Kalau mendengar aja gak mau bagaimana mau maju ? Bagi aku, gak ada salahnya kita mendengar dan menerima masukan orang lain, gak penting meskipun orang tersebut lebih muda dari kita, selama itu baik ya hargai dan terima pendapatnya. Lagipula, ilmu bisa datang dari siapa aja, gak memandang umur, kan ?
Aku dapat nasihat dari seseorang, sayangnya aku lupa namanya. Kira - kira begini
"Terima nasihat dari siapapun. Tak perlu memandang apa agamanya, berapa umurnya, siapa dia ataupun jabatannya. Selama itu baik, dengar. "
- Respect is earned, not given
Seringkali lupa kalau kita gabisa memaksakan orang lain untuk menghormati ataupun menghargai kita, walaupun menghormati dan menghargai adalah hal yang diharuskan tetapi hal itu tidak semata - mata akan dilakukan setiap orang kepada orang lain dengan begitu saja. Maksudnya, bagaimana mungkin semua orang bisa tetap ramah dengan seseorang yang bertingkah seenaknya terhadap dirinya. Tidak semua orang sesabar itu, tidak semua orang bisa tetap baik kepada yang jahat.
Kita selamanya gak akan pernah bisa mengontrol semua orang, tapi kita akan selalu punya kendali untuk mengontrol diri kita sendiri, baik secara lisan maupun perbuatan.
Ada hal yang harus kita ingat, perlakukan orang lain dengan baik karena memang itu harus, bukan 'semata - mata' karena kita ingin diperlakukan baik pula. Hal baik harus dimulai dari diri sendiri, hal baik butuh diteruskan, hal baik akan bertemu dengan hal baik, bukan berarti akan selalu timbal - balik di saat yang bersamaan ataupun dengan sesuatu yang kita harapkan, tapi pasti datang dengan bentuk atau cara yang berbeda tergantung bagaimana tuhan menentukan balasannya.
"Lisan dan perbuatan yang baik akan mengantarkanmu menjadi pribadi yang disegani oleh orang lain, tanpa kamu memintanya."
- Jangan jadikan kesuksesan sebagai ajang perlombaan
Maksudnya begini, seringkali kita menjadikan patokan umur tertentu sebagai standar waktu untuk mencapai kesuksesan. Misalnya, umur 25 tahun sudah punya gaji besar, mampu mencukupi kebutuhannya sendiri bahkan membiayai haji orang tua dan lain - lain.
Padahal, kita butuh memahami bahwa waktu sukses setiap orang itu berbeda, setiap orang memiliki jatah gagalnya masing - masing dan ada faktor tertentu yang menjadikan setiap orang tidak memiliki kemampuan secepat orang lain dalam meraih suatu hal. Maka, wajar ketika waktu sukses setiap orang berbeda - beda.
Contohnya, seorang anak yang lahir dari keluarga ekonomi kelas menengah ke bawah dan masuk dalam kategori kemiskinan struktural, tentu kemungkinan besar tidak mendapatkan nasib yang sama dengan seorang anak yang lahir dari keluarga kaya. Nyatanya, mayoritas anak yang lahir dari keluarga berkecukupan bisa lebih cepat mencapai kesuksesan seperti dengan melewati jenjang pendidikan hingga sarjana sampai menjadi pengusaha atau profesi lainnya dengan lebih mudah, dibanding mereka yang lahir dari keluarga tidak mampu, apalagi jika anak tersebut memiliki tanggungan lain seperti adik - adiknya yang perlu dihidupi, bahkan permasalahan sekolah yang terkendala biaya dan seterusnya.
Aku bukan mengatakan bahwa seorang yang mampu dari segi ekonomi berarti mudah dalam segala hal seolah tanpa hambatan, karena setiap orang tanpa terkecuali punya hambatannya masing - masing. Hanya saja masalah ekonomi memang menjadi salah satu faktor nyata dan kecukupan ekonomi dapat menjadi penunjang.
Dengan ini aku berharap kita tidak lagi menjadikan umur tertentu sebagai patokan seseorang untuk sukses. Jangan lagi menjadikan kesuksesan seperti layaknya perlombaan.
Hal seperti ini hanya akan membuat banyak orang merasa tertekan akan tuntutan standar sosial, merasa tidak berguna bahkan merasa dirinya gagal hanya karena kesuksesannya tidak bisa diraih secepat orang lain di sekitarnya. Semoga setelah ini bukan lagi rasa iri yang hadir ketika melihat orang lain sukses, tetapi rasa senang dan termotivasi, karena hidup bukan untuk saling mendahului.
Kita gak perlu dan gak seharusnya membandingkan yang satu dengan yang lain. Apalagi jika tujuannya untuk menjatuhkan dan membuat salah satunya merasa tidak lebih baik dari yang lain.
Kita manusia, setiap dari kita punya kecepatannya masing - masing.
Kita manusia yang selalu punya rencana tapi tidak mungkin bisa menentukan hasil akhirnya. Hanya bisa melakukan yang terbaik and let God do the rest.
Don't compare your progress with others. Focus on improving yourself. If you're a student, score better this time. If you're a performer, perform better than your last performance.The only one you should be competing with is yourself — Teme Abdullah on Twitter
Jadi, mulai hari ini baiknya kita saling mendukung dan menghargai, jika bisa membantu itu lebih baik lagi. 🙂
- Adab di atas ilmu
Setiap manusia beragama mengerti kalau menuntut ilmu adalah hal wajib, selain itu juga paham bahwa ada yang tidak kalah penting dari ilmu, yaitu adab.
Gak sedikit orang yang menyombongkan dirinya di hadapan orang lain hanya karena dirinya lebih kaya, lebih pintar, ataupun lebih mapan. Masih banyak orang yang diperlakukan seenaknya oleh orang lain karena dia terlihat gak punya 'power' lebih atau sekadar karena dia tidak lebih banyak harta, tidak lebih pintar, ataupun tidak mapan .
Pikirku, ketika kita memiliki harta lebih itu artinya kita diberi kemampuan oleh Tuhan, tentunya bukan hanya untuk mencukupi kebutuhan diri sendiri, tapi juga kemampuan untuk bisa membantu, memberi, dan berbagi dengan orang lain.
Begitu juga dengan kepintaran, bagiku orang yang benar - benar cerdas adalah orang yang merasa haus akan ilmu, merasa belum cukup pintar makanya ia terus belajar dan belajar. Semakin kita mempelajari suatu ilmu maka saat itu juga tersadar kalau ternyata masih banyak hal yang sebelumnya kita gak tahu.
"Ketika sedang berada di suatu tempat dan kita merasa paling pintar di antara yang lain, maka di saat itu jugalah kita menjadi satu - satunya orang yang gak bertumbuh." Maudy Ayunda
jadi, jangankan untuk menyombongkan diri, merasa paling pintar aja gak berani, karena di sekeliling kita masih banyak orang terpelajar yang mungkin lebih banyak tahu. Rasanya kepintaran itu hanya masalah kemauan dan waktu. Lagipula, semua orang punya kelebihan di bidangnya masing - masing.
Dan untuk apa menyombongkan jabatan tinggi sampai merendahkan bahkan melupakan adab ketika bersama orang lain. Meskipun jabatan menjadi hal yang bisa dibanggakan, tetapi perlu diingat bahwa kita ada di jabatan apapun, di jabatan setinggi apapun pasti di sana ada bantuan dan doa dari orang - orang sekitar yang turut membantu perjalanan karir kita, tak lupa atas izin Tuhan juga kan kita bisa mendapatkan semuanya ? Lalu, untuk apa menyombongkan diri ?
Sekian. Terima kasih sudah mau membaca.
Jangan lupa dukung naik jika berkenan, supaya lebih banyak orang yang membaca ini. Correct me if I'm wrong. Semoga bermanfaat. ✨