Mengapa perekonomian CHINA / Tiongkok yang komunis dapat menyaingi negara Barat kapitalis ?

Artikel Terbaru Lainnya :

[ TahukahAnda.info ]  Untuk dapat menjawab pertanyaan diatas saya perlu menjelaskan keunggulan kebijakan pembangunan ekonomi China. Jadi jawaban ini akan cukup panjang, mohon kesabarannya membaca.
Marilah kita mulai dengan meluruskan sebuah konsep yang umum pahami tentang ekonomi China yaitu sebuah sosialisme sehingga berbeda secara mendasar dengan kapitalisme. Dengan demikian, ekonomi AS yang kapitalistik tidak sama dengan ekonomi China yang sosialistik.
Konsep ini sangat populer sehingga berbagai narasi tentang China mendasarkan diri pada pandangan bahwa, “dulu China adalah sebuah sosialisme/ komunisme tapi Deng Xiaoping telah mereformasinya menjadi sebuah kapitalisme.”




Ini adalah kesalahan konsep yang mendasar, sebuah kesalahan yang terbentuk karena dis-informasi, propaganda atau karena keterbatasan literasi. Realitasnya adalah baik ekonomi China – sekalipun sejak dijaman Mao – dan ekonomi AS adalah sama, keduanya adalah sebuah kapitalisme. Perbedaannya terletak pada China adalah sebuah kapitalisme dengan regulated market dimana pemerintah mengatur dan mengintervensi pasar;
Sedangkan AS adalah sebuah kapitalisme dengan unregulated/laissez-faire market dimana pemerintah tidak campur tangan diperekonomian. Dengan demikian baik ekonomi AS, ekonomi China dan ekonomi kita, adalah sebuah kapitalisme jadi tidak ada perbedaan secara mendasar.



Apa buktinya?
1. Standar/ukuran ekonomi baik untuk China maupun AS diberlakukan sama oleh World Bank/IMF maupun lembaga-lembaga ekonomi internasional lainnya, misalkan saja GDP, CPI inflation, Unemployment, Current Account, Government Borrowing/National Debt, Real Disposable Income, Income Inequality (Gini Coefficient), Labour Productivity, Investment Levels, Exchange Rate and Human Development Index. Seluruhnya adalah standar-standar ekonomi yang kapitalistik. Para petinggi World Bank/IMF memberlakukan standar ekonomi yang sama baik untuk China maupun AS karena mereka tahu persis bahwa keduanya sama-sama sebuah kapitalisme.
2. Dalam buku ini, Das Kapital,
Karl Marx tidak pernah menulis bahwa sosialisme adalah sebuah sistem ekonomi yang terpisah dari kapitalisme atau sebuah sistem ekonomi yang non- kapitalistik.
Apa yang ditulis Marx adalah negara perlu mengintervensi/mengatur sebuah kapitalisme sehingga terciptalah sebuah kapitalisme yang berorientasi pada kepentingan masyarakat, disebutnya sebagai sosialisme, artinya, ekonomi bagi kepentingan sosial/masyarakat (society). Bukannya ekonomi untuk kepentingan capital (pemilik modal). Dengan demikian dalam konsep Marx, sosialisme adalah sebuah kapitalisme yang sepenuhnya diintervensi/diatur pemerintah/negara.
Oleh karena sistem ekonomi negara-negara tsb sama maka secara mendasar tidak ada perbedaan kebijakan ekonomi antara AS, China maupun kita. Kebijakan yang diambil akan mirip baik dikedua negara tsb maupun dengan kita.
Jika demikian bagaimana dengan perbedaan kinerja ekonomi? Mengapa ekonomi China bisa tumbuh dengan pesat? Sedangkan ekonomi kita dan ekonomi AS tertatih-tatih? Perbedaan yang terjadi adalah pada perbedaan pilihan kebijakan dan efektifitas mengeksekusi kebijakan. Artinya, keunggulan China terletak pilihan kebijakan ekonomi yang tepat dan jitu dan eksekusi yang efektif dalam merespons tantangan yang dihadapinya.
Bahwa keunggulan China terletak pilihan kebijakan ekonomi yang tepat dan eksekusi yang efektif; juga dikemukakan oleh jurnalis dan intelektual Italia, Loretta Napoeloni, penulis buku Maonomics: Why Chinese Communist Makes Better Capitalists Than We Do, sebuah buku yang sangat populer dikalangan para pengamat China.
Napoleoni menulis bahwa para petinggi di Beijing sangat memahami kritik Marx kepada kapitalisme sehingga dalam membangun sebuah kapitalisme bagi China, para petinggi di Beijing tahu persis apa kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam sebuah kapitalisme; dengan demikian mereka mengambil langkah untuk memperbaikinya.
Selain itu juga para petinggi Beijing mampu merumuskan dengan jitu dan tepat kebijakan yang dibutuhkan serta mengeksekusinya secara cepat dan efektif. Semua ini menyebabkan terciptanya sebuah kapitalisme China yang jauh lebih unggul daripada kapitalisme Barat sekalipun.
Sebaliknya, di Barat dan di negara-negara sedang berkembang yang pro Barat, elitnya cenderung anti Marx serta mengabaikan kritik Marx terhadap kapitalisme. Akibatnya, proses pembentukan kapitalisme mengalir begitu saja dan merekapun jatuh kedalam lubang yang menganga, lubang yang ditunjukkan oleh Marx 300 tahun yl sehingga kapitalisme di Barat mengalami krisis yang berkepanjangan dan negara-negara sedang berkembang mengalami stagnansi ekonomi yang parah
Lalu apa buktinya kapitalisme China jauh lebih unggul? Mari kita perhatikan data ini:
Tahun 1980: GDP per kapita China $ 196.44. China adalah sebuah negara yang tertinggal dalam pembangunan dan paling miskin di dunia. GDP ini sama dengan GDP Malawi sebuah negara miskin di Afrika Timur. Lihat peta,
Pada tahun 1980, GDP per kapita Indonesia $ 491.44. Pada saat itu Indonesia dipredikasi akan menjadi the next Asian Tiger menyusul Korea Selatan, Singapura dan Taiwan.
40 tahun kemudian, situasinya berubah menjadi seperti ini;
Tahun 2020:
GDP per kapita China $ 12,263.471. Artinya produktivitas ekonomi China naik 52 kali lipat dalam periode 40 tahun sehingga menjadi negara dengan ekonomi terbesar di dunia berdasarkan GDP PPP dan terbesar kedua di dunia berdasarkan GDP nominal. China melompat dari negara sangat miskin menjadi high middle income countries dan dari sisi finansial memiliki kekayaan terbesar di dunia.
GDP per kapita Indonesia $ 4,600. Artinya, produktivitas ekonomi Indonesia hanya naik, 9.3 kali lipat dalam periode 40 tahun. Indonesiapun masih tetap dalam posisi low middle income countries.
Berdasarkan data diatas, dapat kita lihat bahwa kemajuan yang dicapai China ini sangat spektakuler. Bayangkan saja sebuah negara yang paling miskin di dunia ini hanya dalam waktu 40 tahun meningkatkan produktivitas ekonominya 52 kali lipat, memperbesar GDP hingga menjadi nomor satu di dunia (PPP) atau kedua di dunia (nominal). China melompat dengan sangat cepat melewati negara-negara maju di Eropa dan Jepang. Prestasi semacam ini belum pernah terjadi disepanjang sejarah dunia ini sehingga the World Bank menyatakan, “negara sedang berkembang yang paling sukses dalam sejarah dunia.” (lihat, World Bank, Innovative China:The New Drivers of Growth. Washington, DC, 2019).
Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan keberhasilan China ini dan yang paling populer adalah para penulis yang melihat keunggulan budaya dan personal (cultural & personal traits) masyarakat China yaitu mencakup ketekunan kerja, hemat dan kemauan kerja dan nilai-nilai Konfusianisme yang menciptakan keunggulan perilaku yang menopang keberhasilan pembangunan ekonomi tsb.
Saya tidak mengabaikan kelebihan cultural & personal traits ini; namun keunggulan cultural & personal traits saja tidak akan membawa kemajuan pembangunan yang spektakuler seperti yang dicapai China saat ini.
Sangat jelas bahwa untuk mencapai sebuah kemajuan yang spektakuler seperti yang dilakukan China tidak mungkin hanya sepenuhnya menggantungkan diri pada keunggulan cultural & personal traits tsb. Apa yang pasti adalah elit pemimpin China mampu menciptakan kebijakan yang menghasilkan kinerja ekonomi China jauh melebihi rata-rata kinerja ekonomi negara-negara lain di dunia ini, termasuk didalamnya adalah negara-negara maju.
Keunggulan seperti ini hanya mungkin diciptakan oleh sebuah tim pemerintahan yang efektif, handal dan sangat ahli dalam meramu dan memilih kebijakan ekonomi yang jitu sehingga menciptakan kinerja ekonomi yang luar biasa tsb.
Dalam jawaban ini saya akan membahas 3 keunggulan yang diciptakan elit China yang sangat strategis sehingga menjadi faktor yang sangat menentukan bagi kemajuan ekonomi China yaitu:
Pertama. Pilihan pada kapitalisme dengan Regulated Market/ Sosialisme.
Jauh berbeda dengan negara-negara sedang berkembang lainnya dan negara maju yang cenderung menerapkan unregulated/laissez-faire market dimana pemerintah tidak campur tangan diperekonomian.
China menetapkankan pilihannya pada kapitalisme dengan regulated market dan pilihan ini sangat jitu dan tepat. Apakah keunggulan regulated market yang menguntungkan China? Paling tidak ada 4 keunggulan utama yang menjadikan ekonomi China begitu tangguh, yaitu:
1. Dalam Unregulated/laissez-faire market dimana pemerintah menyerahkan kepada mekanisme pasar menyebabkan elemen-elemen perekonomian dan sumber daya ekonomi negara tsb tersebar kebeberapa kepemilikan, tidak terorganisir dengan solid. Ini jauh berbeda dengan dalam sistem sosialisme dimana elemen-elemen ekonomi terorganisir solid dan sumber daya ekonomi sepenuhnya ditangan negara.
Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang China harus menghadapi tekanan Kapitalisme Global dan negara-negara maju yang jauh lebih mapan. Dalam pertarungan di arena global yang keras ini, sebuah ekonomi yang terorganisir solid dengan dukungan sumber daya yang sepenuhnya ditangan negara jelas jauh lebih unggul. Dibandingkan dengan sebuah ekonomi model unregulated/laissez faire dimana sumber daya dan elemen-elemennya tidak terorganisir baik, bahkan cenderung berjalan sendiri-sendiri. Sebagai contoh, dalam perang dagang US vs China; seluruh perusahaan China berdiri rapi dan solid mendukung langkah-langkah yang diambil Beijing. Sebaliknya, perusahaan-perusahaan AS cenderung membangkang kepada kebijakan Washington, lihat, Jawaban David Widihandojo untuk Mengapa perusahaan AS tidak mengindahkan perintah Trump untuk hengkang dari Tiongkok?
2. Konsentrasi kekayaan (wealth) ditangan negara. China belajar dari pengalaman AS, negara-negara Barat dan negara-negara sedang berkembang yang mengambil jalan Barat. Dari pengalaman negara-negara tsb China belajar satu hal yang mendasar yaitu disatu sisi, Kapitalisme menciptakan kekayaan (wealth) yang luar biasa melimpah namun kekayaan in hanya dinikmati oleh segelintir keluarga-keluarga yang kaya raya daripada dikelola untuk kesejahtetaan bangsa.
China juga melihat bahwa di negara-negara sedang berkembang tsb kekayaan negara tercerai-berai dan lari keluar. Baik dilarikan oleh individu tertentu maupun karena terjadi eksploatasi modal asing.
Dominannya posisi negara dalam regulated market economy menyebabkan seluruh kekayaan yang tercipta dari keberhasilan pembangunan sepenuhnya berada ditangan negara dan dikelola untuk kepentingan bersama.
Hasil dari kebijakan ekonomi ini, kini pemerintah China duduk diatas gunung uang yang sangat besar. Jauh melebihi kekayaan yang dimiliki negara-negara maju maupun para taipan dunia sekalipun – taksiran para pengamatan mencapai ratusan trilyun dollar. Kekayaan ini berasal dari keuntungan perdagangan luar negeri, pajak, tabungan, cadangan emas dan uang asing, asset dan investasi di luar negeri. Itu sebabnya China dengan enteng melakukan investasi infrastruktur di Afrika $ 2 trilyun dan di Belt & Road Initiative $ 8 – 10 trilyun. Sampai saat ini tidak ada sebuah negara majupun yang akan mampu membuat program tandingan terhadap inisiatif ini.
Dalam situasi ekonomi yang tidak pasti seperti ini hanya negara yang memiliki dana tunai besar yang akan memenangkan pertarungan global.
3. Dalam unregulated market/laisses-faire market pemerintah cenderung menyerahkan segalanya kepada mekanisme pasar. Padahal cara kerja mekanisme pasar adalah mendistribusikan barang & jasa hanya kepada mereka yang mampu membayar. Lalu bagaimana dengan mereka yang tidak mampu membayar?
Dimata para petinggi Beijing ini adalah ketidak adilan ekonomi yang yang hanya menguntungkan kelas menengah atas dan elit politik & ekonomi belaka. Bagi negara sedang berkembang ketimpangan ekonomi seperti ini akan berujung pada ketimpangan sosial dan mendorong terjadinya gejolak sosial.
Bagi sebuah negara sedang berkembang yang sedang fokus membangun untuk keluar dari kemiskinan; China sangat membutuhkan stabilitas politik dan sosial dan cara terbaik menciptakan stabilitas sosial-politik adalah melalui keadilan ekonomi; kapitalisme dengan regulated market lebih memungkinkan untuk tercipta keadilan ekonomi karena adanya intervensi negara.
Bahkan pakar ekonomi AS yang terkemuka telah mengingatkan bahwa unregulated/laissez-faire market capitalism adalah sebuah bentuk ekonomi yang bermasalah sehingga akan menciptakan berbagai bentuk hambatan yang akan menahan kinerja ekonomi ybs dari berbagai hambatan itu, ketimpangan sosial adalah penghambat utama dan yang paling sulit dipecahkan.
Sebagai contoh, Paul Krugman, profesor ekonomi City University New York, a Nobel Laureatte, mengemukan bahwa: ”Unregulated laissez faire capitalism leads to extreme inequality and environmental damage. But, the regulated market with a strong safety net still work very fine.”
Joseph Stiglitz, profesor ekonomi Columbia University, a Nobel Laureatte, dalam bukunya, The Price of Inequality: How Today’s Divided Society Endanger Our Future
Dalam buku ini Stiglitz mengemukakan bahwa unregulated laissez faire capitalism menciptakan ketimpangan sosial yang parah. Berdasarkan kasus AS, Stiglitz menunjuk bahwa hanya 1% dari penduduk AS yang menikmati hampir seluruh kekayaan (wealth) yang tercipta oleh kapitalisme AS. Orang-orang kaya yang hanya 1% ini jugalah yang mendominasi politik AS.
Kondisi ini akan menyebabkan krisis ekonomi yang berkepanjangan dan berdampak langsung pada kinerja ekonomi negara. Ketimpangan sosial adalah faktor yang paling menghambat bagi kinerja ekonomi dan stabilitas sosial politik.
4. Dalam unregulated market/laisses-faire market inovasi teknologi sangat tergantung pada permintaan pasar. Hal ini terjadi akibat inovasi diserahkan pemerintah kepada perusahaan-perusahaan mulai dari R&D hingga ke produk jadi. Semuanya ditangan perusahaan-perusahaan swasta. Bagi perusahaan swasta mereka baru mulai bergerak membiayai R&D jika sudah jelas proyek tsb akan mendatangkan keuntungan dan ini menyebabkan proses inovasi berjalan hanya berdasarkan kebutuhan pasar belaka.
Seperti dikemukakan oleh Deloitte bahwa kelemahan pengembangan 5 G di AS karena sangat tergantung pada mekanisme pasar sehingga perusahaan-perusahaan belum bergerak untuk melakukan investasi di R&D sebelum melihat adanya prospek keuntungan yang jelas (lihat,Morris Lore, America is Losing the 5G Race, Says Deloitte, America Is Losing the 5G Race, Says Deloitte | Light Reading)
Sebagai sebuah negara sedang berkembang China sangat membutuhkan inovasi teknologi berjalan cepat sehingga menciptakan keunggulan ekonomi untuk memenangkan tekanan persaingan dari para kapitalis global. Dengan demikian negaralah sang innovator, negara dalam hal ini Kementrian Teknologi & Perindustrian aktif memilih teknologi-teknologi strategis yang akan memperkuat daya saing China di kancah global. Oleh karena negara yang melakukan investasi R&D untuk teknologi maka pertimbangannya bukan lagi keuntungan finansial tetapi lebih pada posisi strategis teknologi tsb bagi China. Keberhasilan China menjadi yang terdepan di 5G, enerji terbarukan, kereta cepat dan infrastruktur dan kini dengan space technology menunjukkan dengan jelas keunggulan peran negara dalam memimpin inovasi teknologi.
Kedua. Pilihan Mengembangkan Pemerintahan yang Efektif, Bersih dan Baik (Effective, Clean Good Governance)
Apa yang menonjol dalam performance pembangunan China adalah sentralnya peran negara. Negara disini dapat dilihat secara kongkrit dari effektifnya sistem pemerintahan China.
Dalam OECD Report, Governance in China, tim OECD melihat bahwa “good governance in China is recognised as critical to economic development and achievement of the society objectives.” Jadi sistem pemerintahan China yang baik (China good governance system) adalah faktor penentu dari terciptanya keajaiban pembangunan ekonomi tsb.
Terlepas dari segenap kritik orang luar yang Sino-phobia ataupun Communisto-phobia terhadap sistem sosial-politik China. Adalah fakta yang tidak terbantahkan bahwa sistem politik China menghasilkan sebuah pemerintahan yang efektif, bersih dan baik (effective clean good government).
Hal ini diakui oleh para pengamat China dari dunia Barat dan dituliskan dalam berbagai jurnal ilmiah. Salah satunya adalah Martin Jacques, akademisi dan intelektual dari Cambridge University yangberdasarkan penelitiannya yang mendalam di China selama bertahun-tahun menulis sebuah buku, When China Rules the World: The Rise of the Middle Kingdom and the End of the Western World.
Dalam buku ini Martin Jacques menulis dengan tajam dan eksplisit bahwa sistem pemerintahan China adalah yang paling maju di dunia ini sehingga para pemimpin China memimpin by example bukan by instruction, by persuasion or by pressure,
"China governance is the most developed form of governance in the world. By example, not by instruction, or by persuasion, or by pressure. Other countries, including western countries will want to learn from Chinese statecraft and Chinese governance. Eventhough they will still keep very different governing system to those in China.
Data dibawah ini membuktikan dengan jelas bahwa tingkat kepercayaan, dalam pengertian trust, terhadap pemerintahan China adalah yang tertinggi di dunia ini.
Ironi negara-negara yang dikenal demokratis, menghargai HAM dsb adalah yang paling rendah tingkat trust terhadap pemerintahnya dan paling rendah tingkat keyakinan rakyatnya bahwa pemerintah bekerja bagi kepentingan orang rakyat. Data ini membuktikan bahwa demokrasi politik tidak menjamin terbentuknya pemerintahan yang baik.
Data ini menunjukkan bahwa China yang dikecam otoritarian justru sukses membentuk pemerintahan yang baik, yang memenangkan "hati" rakyatnya yaitu keyakinan bahwa pemerintah bekerja bagi kepentingan rakyat dan trust.
Bagi negara sedang berkembang pemerintah yang terpercaya dan efektif adalah kunci yang menentukan/strategis bagi kemajuan pembangunannya.
Trust dimegerti sebagai ”believe in the reliability, truth, ability and strength of.” hanya mungkin tercipta dikalangan rakyat yang bebas, tidak mengalami tekanan politik, terbuka, ada kebebasan mengemukakan pendapat, merasa memiliki pemerintahannya karena tahu bahwa kepentingan dirinya terwakili serta menikmati secara penuh hasil-hasil pembangunan.
Hanya dalam kondisi sosial semacam ini trust terhadap pemerintahan dapat berkembang dan terbentuk. Kondisi sosial-politik ini jelas dengan sengaja dibentuk/diciptakan untuk meraih tujuan strategis bagi masa depan China sendiri. Oleh karena hanya sebuah pemerintahan efektif, yang didukung penuh rakyatnya dapat menjalankan sebuah pembangunan ekonomi tinggi terus menerus dan konsisten selama 40 tahun
Pilihan elit China untuk mengembangkan sebuah sistem pemerintahan yang efektif menunjukkan sebuah pilihan pragmatis karena langsung menjawab kebutuhan sebuah negara sedang berkembang akan adanya sebuah pemerintahan yang efektif, yang mampu menjalankan roda pembangunan secara konsisten, optimal dan efektif – sebuah mesin pembangunan yang handal - sehingga proses pembangunan dapat terus berjalan secara konsisten dan fokus.
Tanpa adanya sistem pemerintahan seperti ini, jelas pembangunan akan tersendat dan terhambat.
Ketiga, pilihan untuk mengembangkan Human Capital:
Bagi banyak negara sedang berkembang lainnya yang mengikuti resep World Bank/IMF, mereka lebih sibuk mendatangkan modal asing daripada berinvestasi di Human Capital yaitu melalui pendidikan dan pelatihan bagi segenap rakyatnya. China memilih untuk berinvestasi di Sumber Daya Manusia (Human Capital). Keberhasilan dari investasi dibidang ini adalah tingginya tingkat ketrampilan buruh-buruh di China yang diakui sendiri oleh Apple yang lebih memilih untuk membuka pabriknya di China daripada di AS, salah satu factor yang menentukan dalam keputusan ini adalah tingkat ketrampilan buruh China (lihat, Charles Duhigg & Keith Bradsher." How the US Lost Out in iPhone Work." The New York Times, January 21, 2012. Henry Blodget."This Article Explain Why Apple Makes iPhone in China and Why the US is Screwed." Business Insider, January 22, 2012).
Perhatikan tahun-tahun perubahan di China ini yang menunjukkan betapa efektifnya pemerintah China dalam mengejar target pembangunan.
Tahun 1980: China sangat miskin sama dengan Malawi, negara termiskin di Afrika.
Tahun 2001: China bergabung dengan WTO. Sebuah kapitalisme yang unggul, didukung pemerintahan yang efektif dan 800 juta tenaga kerja produktif yang memiliki tingkat ketrampilan tinggi masuk ke persaingan terbuka Kapitalisme Global.
Terjadilah goncangan besar, sebuah tsunami ekonomi yang menghancurkan dan menggulung pusat-pusat industri manufaktur dimanapun di dunia ini dan mengalihkannya ke China. Tidak ada sebuah negarapun di dunia ini yang mampu bertahan menghadapi tsunami ini.
China menjadi Factory of the World untuk produk-produk dengan teknologi rendah.
Tahun 2014: China menjadi perekonomian terbesar di dunia berdasarkan GDP PPP.
Tahun 2015: China mulai melakukan relokasi seluruh industri berteknologi rendah ke Vietnam, Kampuchea, Thailand dan Afrika.
Pemerintah China melakukan kebijakan insentif industri bagi industri berteknologi tinggi.
Tahun 2020: Kemiskinan hapus di China. Saat ini orang termiskin di China berpenghasilan $ 4 per hari (standar miskin PBB $ 2 per hari) dan memiliki rumah sendiri.
Saat ini China sebagai factory of the world dan diuntungkan dengan agglomerasi ekonomi dimana pusat keuangan, bisnis, perdagangan dan R&D dari perusahaan-perusahaan dunia berkumpul di China sehingga otomatis China menjadi negara yang kaya dan makmur, pusat keuangan, bisnis, perdagangan dan teknologi dunia.
Apa yang dapat kita pelajari dari China?
Jelas kita perlu belajar dari China namun tidak dalam bentuk copy and paste atas kebijakan China. Berdasarkan pengalaman China kita belajar bahwa: Ada Alternatif.
  1. Selama ini negara-negara sedang berkembang terkungkung hanya pada resep-resep pembangunan World Bank/IMF. Selama ini juga kita tidak melihat sebuah prestasi pembangunan yang meyakinkan.
  2. China menunjukkan jalan bahwa ada alternatif lain yaitu kontekstualisasi teori pembangunan. Tiap negara dapat mengembangkan pendekatannya sendiri yang kontekstual dengan kebutuhan serta tantangan yang dihadapinya.
  3. China menunjukkan bahwa dibutuhkan sebuah negara yang kuat dan pembangun (strong developmentalist state) untuk menjadi motor penggerak pembangunan. Dengan demikian terbentuknya clean good government sesuatu yang essensial bagi sebuah negara yang sedang membangun.
Dunia di masa depan bukanlah sebuah taman yang membosankan karena hanya ada 1 jenis bunga yaitu Model Barat dan ada satu tuan sang adikuasa.
Dunia di masa depan adalah sebuah taman yang indah dimana tiap petak menampilkan bunga yang cantik yang menampilkan keunikan yang kontekstual dengan budaya dan karakternya. Baik itu kebijakan pembangunan, sistem sosial politik, demokrasi maupun yang lain. Masing-masing berbeda satu dengan yang lain namun mereka dipersatukan dalam semangat kemanusiaan (humanity).






📢 Republished by [Tahukah Anda ?]  




Back to Top