Turki Cium Akal Bulus Prancis, Erdogan: Turki Punya Segalanya Untuk Hancurkan Yunani!

Artikel Terbaru Lainnya :

 Recep Tayyip Erdogan kian menegaskan sikap Turki dalam menghadapi konflik wilayah dengan Yunani. Presiden Turki berusia 66 tahun meyakinkan seluruh rakyatnya dan dunia, bahwa negaranya memiliki semua kekuatan untuk mempertahankan kedaulatannya dari berbagai ancaman, termasuk Yunani.

Dalam berita VIVA Militer sebelumnya, Angkatan Bersenjata Turki (TSK) sudah melakukan sejumlah langkah dalam persiapan menghadapi perang. Militer Turki mengerahkan puluhan tank ke perbatasan Yunani, serta meluncurkan latihan tempur seluruh matra bertajuk Operasi Badai Mediterania Kapten Martir Cengiz Topel 2020.

Meski sudah menunjukkan kekuatan tempurnya, Erdogan menunjukkan sikap yang cukup kooperatif. Pasalnya, Erdogan bersedia untuk berdialog dengan Yunani untuk menyelesaikan masalah sengketa wilayah di Laut Mediterania Timur, khususnya di Laut Aegea.

Pengerahan armada tank dan Operasi Badai Mediterania rupanya dilakukan untuk memaksa Yunani mau menyudahi pertikaian di meja perundingan. Erdogan menyatakan, Turki senantiasa siap untuk menyelesaikan masalah lewat jalur diplomasi atau perang sekalipun.


Di sisi lain, Erdogan yakin bahwa Turki memiliki kekuatan di seluruh lini untuk membuktikan kepada dunia bahwa tindakan yang dilakukan adalah upaya mempertahankan kedaulatan.

“Mereka akan memahami bahasa politik dan diplomasi, atau di lapangan dengan konsekuensi yang menyakitkan. Turki memiliki kekuatan ekonomi, politik, dan militer untuk merobek peta dan dokumen tidak bermoral yang diberlakukan,” ujar Erdogan dikutip VIVA Militer dari Morning Star.

Apa yang dikatakan Erdogan tak lepas dari pernyataan sebelumnya yang diucapkan oleh Sekretaris Jenderal Pakta Atlantik Utara (NATO), Jens Stoltenberg.

“Yunani dan Turki adalah sekutu yang sangat dihormati, dan NATO adalah platform penting untuk konsultasi tentang semua masalah yang mempengaruhi keamanan kita bersama. Saya tetap berhubungan dekat dengan semua sekutu yang peduli untuk menemukan solusi, atas ketegangan dalam semangat solidaritas NATO,” kata Stoltenberg dikutip VIVA Militer dari Daily Sabah.

“Negosiasi berorientasi pada dekonfliksi, dan tidak ditujukan untuk menyelesaikan masalah bilateral. Melainkan yang utama, terkait dengan pengaturan bilateral yang sudah dibahas sebelumnya antara otoritas militer,” ujarnya.(viva)


Turki Cium Akal Bulus Prancis di Balik Dukungan Militer Buat Yunani


Presiden Prancis, Emmanuel Macron, jadi salah satu pemimpin negara Eropa yang paling lantang menyuarakan perlawanan terhadap Turki. Tak segan, Macron mengerahkan kekuatan militer Prancis untuk mendukung Yunani yang tengah terlibat konflik wilayah dengan Turki.

Seperti yang dijelaskan dalam sejumlah berita VIVA Militer sebelumnya, Prancis adalah negara pertama yang mengirim armada tempurnya ke Laut Mediterania Timur. Pengerahan pasukan dan kendaraan perang ke wilayah itu tak lain adalah untuk mendukung Turki untuk melawan Tukrki.

Menurut laporan yang dikutip VIVA Militer dari KNEWS, tepat pada 1 September 2020, Prancis resmi mengonfirmasi pengerahan kapal induk bertenaga nuklir Charles de Gaulle. Dengan status siap tempur, kapal induk Charles de Gaulle membawa sejumlah pasukan termasuk jet-jet tempur canggih Dassault Rafale.

Di sisi lain, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, sama sekali tak menunjukkan kekhawatiran. Meskipun, Yunani mendapat dukungan penuh dari Prancis dan sejumlah negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa (UE). Dengan tegas, Erdogan menyatakan bahwa Turki takkan mundur sejengkal pun untuk mempertahankan wilayah kedaulatannya.

Sikap Erdogan ternyata tak salah. Pasalnya, Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, mencium adanya sebuah niat Prancis di balik dukungannya terhadap Yunani dalam konflik wilayah di Laut Mediterania Timur. Dugaan Cavusoglu ini ternyata tak lepas dari keterlibatan Turki dalam Perang Saudara Libya, yang sudah berlangsung sejak 2011.

Menurut laporan lain yang dikutip VIVA Militer dari Libya Observer, Prancis di bawah komando Macron ternyata punya keinginan agar kelompok pemberontak, Tentara Nasional Libya (LNA) di bawah pimpinan Marsekal Khalifa Haftar, bisa menumbangkan Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya (GNA) yang berbasis di Tripoli.

Seperti yang diketahui, Turki adalah negara yang terlibat dalam konflik di negara kawasan Maghrib Afrika Utara itu, dengan dukungannya terhadap GNA. Cavusoglu menduga bahwa perdamaian Turki dengan Rusia, akan membuat GNA semakin kuat dan Haftar semakin terpojok.

Oleh sebab itu, dengan dukungannya terhadap Yunani, Macron berharap Turki hanya akan memfokuskan perhatian di satu front saja. Dengan demikian, Haftar akan mampu merebut Tripoli dan mengakhiri pemerintahan GNA.

“Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menjadi histeris atas perkembangan dalam konflik Libya dan Suriah, serta perselisihan di perbatasan di Laut Mediterania Timur,” ucap Cavusoglu.

Senada dengan Cavusoglu, Wakil Presiden Turki, Fuad Oktay, juga memandang Macron dan Prancis memiliki niat terselubung di balik dukungannya terhadap Yunani. Oktay dengan berani mengatakan Macron telah menghancurkan negaranya sendiri, dengan menunjukkan bahwa ia mendukung Singa LNA dan Haftar.

“Dia merusak negaranya dengan mencoba membuktikan dirinya, untuk mendukung Khalifa Haftar,” ujar Oktay.

Untuk menyelesaikan perseteruan di Laut Mediterania Timur, Erdogan mengatakan siap menempuh jalur manapun. Baik dengan diplomasi, maupun perang sekalipun. Erdogan sangat yakin dengan kekuatan yang dimiliki di semua sektor, baik secara politik maupun militer.

“Mereka akan memahami bahasa politik dan diplomasi, atau di lapangan dengan konsekuensi yang menyakitkan. Turki memiliki kekuatan ekonomi, politik, dan militer untuk merobek peta dan dokumen tidak bermoral yang diberlakukan,” ujar Erdogan dikutip VIVA Militer dari Al Arabiya.(viva)

Back to Top