Artikel Terbaru Lainnya :
JAKARTA - Sejak dilantik menjadi Menteri Sosial, Tri Rismaharini gencar membuat gebrakkan terutama yang terkait kota Jakarta. Terakhir Menteri Sosial kembali membuat heboh dengan mencanangkan program pembuatan KTP untuk 1.600 pengamen, gelandangan, dan kelompok marjinal lain di Jakarta. Bahkan, sosok yang biasa disapa Bu Risma ini juga menjanjikan pembuatan rekening bank bagi mereka untuk selanjutnya mendapat bantuan dari Kemensos.
Gebrakan ini ditanggapi oleh para ketua RT-RW di Jakarta yang memandang Risma terlalu sering membuat gaduh DKI Jakarta. Para pengurus RT dan RW selama ini adalah pihak yang membuat surat pengantar untuk warga yang akan membuat KTP.
Ketua Umum Forum RT-RW, H. Moh. Irsyad menyayangkan sinyalemen Risma yang menurutnya bisa ditafsirkan sebagai kegagalan Kementerian Dalam Negeri dalam mencapaikan target pembuat e-KTP bagi seluruh warga negara Indonesia.
“Kita ketahui bahwa target Kementerian Dalam Negeri tentang pembuatan e-KTP bagi seluruh warga negara adalah tahun 2018 atau sudah lewat 3 tahun lalu. Artinya seharusnya saat ini seluruh warga negara sudah ber e-KTP dan itu berlaku nasional. Jadi kalau ada Menteri Sosial sampai turun tangan membuatkan e-KTP buat warga negara, walaupun itu untuk kelompok tertentu, berarti Kementerian Dalam Negeri dianggap gagal oleh Bu Risma,” kata Ketum Forum RT-RW.
Sosok yang dikenal sebagai Haji Irsyad ini juga menjelaskan bahwa kalo masalahnya pindah alamat ke DKI itu ada prosedur dan persyaratannya, seperti surat pindah dari daerah asal. Dimana surat pindah dari daerah asal itu penting agar tidak terdata ganda.
“Kalau tidak pakai surat pindah ini bisa berantakan datanya, seperti selama ini data di Kementerian Sosial. Harus dihindari siapapun warga negara, termasuk gelandangan, pengemis, dan kelompok marjinal lainnya, terdaftar ganda di dua domisili,” jelas Haji Irsyad
Hal senada disampaikan oleh Sekretaris Umum Forum RT-RW yang berharap Risma tidak terlalu sering membuat gaduh di DKI Jakarta dan bekerja sesuai tupoksi.
“Ibu Risma gak usah buat gaduhlah. Seolah-olah menjadi malaikat bagi gelandangan, tetapi justru menambah masalah bagi DKI Jakarta. Jangan karena Syahwat Politik 2022 segala cara dilakukan utk menarik