
Sejarah membuktikan bahwa Indonesia dapat membeli pesawat terbang dikarenakan rakyat Aceh mengumpulkan emas dan uang lalu diberikan kepada Presiden Soekarno kala itu.
Kemudian dari segi sumber daya alam, Aceh memiliki segalanya, lahan yang luas dan subur dengan kandungan minyak, gas, dan mineral.
Dimasa orde baru pendapatan terbesar negara diperoleh dari kekayaan alam bumi Aceh. PT Arun LNG di Lhokseumawe dan Mobil Oil (exxon) adalah andalan penerimaan negara yang sangat prestisius.
Begitu pula kekayaan dari hutan Aceh yang ditebang oleh kroni penguasa dan banyak lagi aset Aceh yang direnggut oleh Jakarta.
Anda barangkali masih ingat bagaimana kemajuan yang dicapai oleh pelabuhan bebas Sabang. Aceh menjadi pintu gerbang ekspor impor di bagian barat ujung Sumatera.
Pada era pelabuhan bebas Sabang tersebut rakyat Aceh hidup makmur dan sejahtera. Aceh memiliki segalanya apalagi berada pada posisi strategis selat Malaka.
Namun kemudian apa yang terjadi?
Penguasa Indonesia seperti tidak rela jika Aceh menjadi daerah yang kaya dan makmur. Gerakan politik mengkebiri Aceh pun dilakukan.
Soekarno yang berkuasa pada era orde lama membuat kebijakan yang melemahkan posisi Aceh yaitu dengan mencabut status Aceh sebagai sebuah provinsi dan dilebur ke Sumatera Utara.
Padahal saat itu Sumatera Utara belum ada apa-apanya dibandingkan Aceh yang sudah maju secara perekonomian.
Itulah sebabnya mengapa lahir gerakan melawan pemerintah