4 Fakta Myanmar yang Pernah Belajar Politik ke Indonesia, Ingin Negaranya Mirip Orde Baru

Artikel Terbaru Lainnya :

 

Negara Myanmar kali ini sedang dilanda kemelut yang lumayan berat. Adanya kudeta yang dilakukan oleh militer malah menimbulkan masalah baru yang seolah jadi efek domino. Kemiskinan, tertutupnya akses dengan dunia luar, hingga unjuk rasa berdarah yang sempat terjadi. Semua itu terjadi karena junta militer menginginkan negara idamannya dengan tentara yang berkuasa.

Usut punya usut, Myanmar juga sempat menjadikan Indonesia sebagai salah satu model negara idamannya dulu. Tepatnya pada masa orde baru, keadaan kedua negara yang hampir mirip, membuat Myanmar ingin belajar politik dari Indonesia. Lalu benarkah hal itu? Simak ulasan lengkapnya di bawah ini.

Myanmar yang sempat belajar ke Indonesia

Jika bicara masalah politik, sejatinya Myanmar dulu sempat belajar kepada Indonesia. Dilansir dari laman Merdeka, pada tahun 90-an negera itu sering mengirim putera bangsanya untuk belajar ke negeri kita. Ya, kala itu masa kepemimpinan Soeharto yang sedang maju-majunya, dan junta militer menganggap hal itu adalah model yang cocok untuk diterapkan di negaranya.



Masa order baru [sumber gambar]

Seperti yang kita tahu, masa orde baru sangat lekat dengan kekuasaan militer karena fungsi ganda ABRI masih diljalankan. Karena juga ingin militer punya fungsi kuat dalam pemerintahan seperti Indonesia dulu, wajar kalau hubungan kedua negara ini sangat akrab. Berteman sambil berguru ilmu, lebih tepatnya.

Sayang, Myanmar tidak belajar mengenai jatuhnya orde lama

Myanmar boleh belajar mengenai kesuksesan orde baru dengan kekuatan militernya, namun sayang lupa akan kejatuhannya. Ya, masa kepemimpinan Soeharto awal dan tengah bisa dibilang waktu di mana rakyat merasakan kemakmuran. Namun sayang, semakin lama justru hancurnya mata uang, hutang, dan beberapa problem lain yang muncul di Indonesia.


Min Aung Hlaing [sumber gambar]

Alhasil, presiden waktu itu memilih untuk melengserkan diri dari pada mengumumkan status darurat yang mungkin bisa memperparah keadaan. Hal inilah yang dianggap luput dipelajari oleh Myanmar hingga jadi seperti sekarang. Dilansir dari laman Suara, junta militer hanya fokus pada kesuksesan order baru tanpa melihat keruntuhannya.

Kekalahannya di pemilu membuat junta militer geram

Satu hal yang ingin ditiru oleh Myanmar adalah bagaimana kesuksesan Golkar pada masa orde baru dalam mendukung Soeharto. Akhirnya junta militer membuat partai politiknya sendiri untuk melawan sipil dalam ajang pemilihan. Meskipun awalnya mereka percaya diri dengan partainya itu, namun semua harus dijegal ketika mengetahui fakta kalau hasil suara milik militer jauh lebih sedikit.

Masalah kudeta militer [sumber gambar]
Mereka kalah oleh NLD, partai yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi. Mengetahui hal tersebut, junta militer menganggap pemilu pada tahun 2010 curang dan akhirnya melakukan aksi besar, salah satunya adalah kudeta. Pemerintahan semi sipil-militer dihapuskan dan junta kini kembali berkuasa.

Myanmar kini berbalik ‘memeluk’ Thailand

Sempat belajar ke Indonesia mengenai politik, kini Myanmar seolah memalingkan muka. Ya, hal itu karena model pemerintahan yang mereka idamkan telah digantikan sejak era reformasi. Buktinya, Myanmar tak lagi mengirimkan orangnya untuk belajar, bahkan kini mereka beralih ke Thailand. Myanmar meminta dukungannya dari Prayut Chan-Ocha, perdana menteri Thailand yang juga mantan jenderal.

Beralih ke Thailand [sumber gambar]
Hubungan mereka mulai erat, mengingat di kedua negara itu militer sama-sama sedang punya peran yang penting dalam pemerintahan. Dilansir dari laman Merdeka, bahkan Thailand memilih tak mengkritik Myanmar ketika kudeta terjadi. Berbanding terbalik dengan negara kita yang mengutuk keras apa yang terjadi di Myanmar karena sudah merenggut banyak korban.

Myanmar kini sedang dilanda masalah yang pelik dalam pemerintahannya. Sempat belajar ke Indonesia kini mereka mencoba mencontoh Thailand. Apapun nanti yang akan dipilih oleh Myanmar semoga tidak ada lagi korban jiwa yang harus melayang karena masalah kekuasaan.
Back to Top