Sederet Aturan Presiden Chechnya: Larang Perjudian Hingga Pecat Tentara yang Tak Sholat Jemaah

Artikel Terbaru Lainnya :

 Presiden Republik Chechnya Ramzan Akhmadovich Kadyrov memiliki sederet aturan yang justru membuatnya dicintai umat Muslim dunia, termasuk Indonesia.

Mulai dari melarang praktik perjudian dan minuman keras, hingga mewajibkan para tentaranya sholat berjemaah.



Aturan Tentang Alkohol dan Rokok

Di Chechnya, alkohol hanya dijual di beberapa jaringan supermarket, mulai pukul 08.00-10.00, waktu setempat.

Ramzan, melarang turis meminum alkohol di tempat umum.

Ia juga melarang siapa pun menyembunyikan botol minuman haram tersebut di dalam tas.

Jika melanggar, maka wisatawan akan didenda atau bahkan dipenjara selama 15 hari, sebelum akhirnya dipaksa meninggalkan Chechnya.

Soal rokok, meski dibolehkan, pria diminta untuk menyembunyikan gulungan tembakau itu ke belakang, saat berjumpa orang tua.

Akan lebih baik, jika tidak merokok di Chechnya. Begitu juga dengan perempuan yang dilarang keras untuk merokok di Chechnya.

Ramzan yang sebelumnya menjabat sebagai komandan militer itu memang dikenal tangguh juga teguh menjalankan syariat Islam.

Di bawah kepemimpinannya, Chechnya, mendukung penuh muslimah yang ingin berhijab.

Mengecam Denmark

Ketika kartunis Denmark menghina Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Ramzan juga langsung bereaksi keras.

Dengan tegas, ia menyebut Denmark, sebagai negara yang mendukung terorisme, karena membenarkan penghinaan agama atas nama kebebasan.

Bahkan, Ramzan melarang warga negara–termasuk aktivitas LSM–Denmark untuk masuk dan beraktivitas di Chechnya.

Pecat Pejabat yang Tak Sholat Berjemaah

Bukan hanya dikenal tegas dan berani, dalam menerapkan nilai serta ajaran Islam, Ramzan juga menjadi pemimpin panutan.

Ia juga mewajibkan seluruh pejabat negara dan menteri, sholat Subuh dan Isya berjemaah di masjid.

Ramzan tak segan memecat siapa pun yang tak menaati aturan tersebut.

Ia, memang dikenal sebagai sosok pemimpin yang cinta juga dekat dengan ulama.

Meski kadang sikap tegasnya dalam membela Islam, membuat Ramzan memanen serangan, faktanya, ia adalah sosok yang lembut.

Lisannya gemar bersholawat. Kebiasaan yang juga ia ajarkan kepada setiap aparatur negara.

Ramzan juga dikenal sebagai jemaah sholat Jumat yang tak ingin berada di saf terdepan.

Sikap yang ia jaga, sebagai bentuk penghormatan terhadap para habib dan ulama.

Ramzan mempersilakan barisan pertama dan kedua untuk mereka, dan ia sendiri, berdiri di saf ketiga.

Sejak menjadi presiden, Ramzan, memang terus mengelola negaranya, hingga banyak pihak menilai, Chechnya yang sempat hancur karena perang, perlahan mulai tertata.

Tegas soal LGBT

Pada Mei 2017, Ramzan, menyoroti komunitas LGBT di negaranya.

Ia juga memberikan jawaban tegas, ketika ditanya soal tudingan persekusi terhadap kaum LGBT di Chechnya:

Tidak ada kaum LGBT di Chechnya. Kalau memang ada, maka kalian bawa saja mereka ke Kanada.

Bawa mereka pergi jauh dari kami. Kami tidak butuh mereka di sini. Kami akan berdosa, jika mereka ada di sini.

Mereka bukan manusia. Terkutuk-lah mereka yang memfitnah saya dan Chechnya. Mereka, akan berhadapan dengan Allah, di akhirat kelak.

Mengkritik Olga Vasilyeva

Saat Olga Vasilyeva masih menjabat sebagai Menteri Pendidikan Federasi Rusia, Ramzan melayangkan kritik tajam.

Hal ini berkaitan dengan kebijakan Vasilyeva yang menerapkan larangan penggunaan jilbab di sekolah-sekolah Rusia.

“Jilbab bukan atribut. Jilbab adalah bagian penting dari pakaian seorang Muslimah,” tegas Ramzan.

Saat itu, ketiga anak perempuannya juga masih bersekolah. “Mereka berjilbab, dan memiliki nilai yang tinggi.”

Maka jika Vasilyeva, mengharuskan ketiganya melepas jilbab mereka, kata Ramzan, anak-anaknya tidak akan pernah melakukan hal tersebut.

“Haruskah saya mengeluarkan mereka dan mencari sekolah lain yang membolehkan perempuan menjadi Muslimah yang taat?” kritik Ramzan.

Maulid Nabi di Chechnya

Mengutip Russia Beyond, Yayasan milik Ramzan, memperingati Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, setiap tahun.

Pihaknya, akan memberi hadiah sebesar 100 ribu rubel [sekitar Rp18,6 juta] untuk para orang tua yang menamai anak mereka [yang lahir bertepatan dengan Maulid Nabi], Muhammad.

Keputusan ini juga menjadi salah satu respons Chechnya, terhadap sikap Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menghina Islam, Oktober 2020 lalu.

Begitu Cinta pada Ibu

Back to Top