Soal Julukan dari Mahasiswa untuk Jokowi, Maruf, dan Puan, Pengamat: Itu tidak Berlebihan

Artikel Terbaru Lainnya :

Soal Julukan dari Mahasiswa untuk Jokowi-Maruf-Puan, Pengamat: Tidak Berlebihan, Fakta di Lapangan Memang Begitu

KONTENISLAM.COM - Pengamat Politik Ray Rangkuti menilai tidak berlebihan tiga julukan yang diberikan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi), Wakil Presiden Maruf Amin dan Ketua DPR RI Puan Maharani.


Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (BEM KM Unnes) menyatakan kritiknya dan membuat meme dan menjuluki Presiden Jokowi sebagai "The King of Lip Service", Wapres Ma'ruf Amin: The King of Silent," dan Puan, The Queen of Ghosting.


“Sebenarnya tiga penamaan itu tidak berlebihan. Khususnya yang terkait dengan pak Jokowi. Berbagai pernyataannya berbeda di lapangan. Yang paling kasat mata adalah soal TWK KPK. Sulit dipahami, para pembantunya melakukan tindakan yang justru berbeda dengan pernyataan presiden. Dan pak Jokowi tidak menegur ataupun membatalkannya,” ujar pendiri Lingkar Madani ini ketika dihubungi, Rabu (7/7/2021).


Halnya dengan Ma'ruf Amin, dia menilai memang sudah pada tempatnya.


“Wakil presiden, dalam sistem kita, hanya menjadi "pengganti". Oleh karena itu, tindakan beliau yang seperti diam saja, sudah sesuai dengan posisi beliau sebagai Wapres,” jelas Ray Rangkuti.


Kemudian label untuk Puan, kata dia, sebenarnya kurang mengena, jika ghosting dimaksud adalah menghilang, kabur, dan sejenisnya.


“Puan memang tidak kabur ataupun menghilang, tetapi terlihat kurang aktif dalam situasi seperti saat ini,” ucapnya.


Tentu kurang aktif ini dikaitkan dengan posisi Puan sebagai ketua DPR, yang mana pandangan, sikap, tindakannya, misalnya dalam menghadapi Covid-19 ini sulit dibaca.


“Padahal dengan posisi sebagai ketua DPR, sejatinya aktivitas Puan lebih banyak dan aktif bila dibanding dengan anggota DPR lainnya, dalam situasi pandemi seperti sekarang,” ujarnya.


Sayangnya, lanjut dia, yang menonjol justru aktivitasnya di dalam konsolidasi internal partai.


“Maka, kata ghosting itu kurang tepat, tapi memang terlihat kurang aktif,” jelasnya.


Tentu saja, menurut Ray lebih jauh, penyematan julukan itu tidak perlu direaksi berlebihan. 


Cepatnya pemberian julukan itu menyebar di kalangan BEM menunjukan mulai padunya cara baca BEM terhadap situasi sekarang.


“Tidak perlu ada buzzer yang menyerang pribadi para pengkritik. Idenya boleh didebat, tapi jangan sekali-kali menyerang personalnya,” jelasnya.


“Menyerang mereka secara personal justru akan menambah gairah mereka untuk terlibat. Dan bila situasi Covid-19 ini tidak membaik, akan menambah kerekatan gerakan mahasiswa. Jadi, ajak dialog, debat dan sebagainya, akan jauh lebih baik dari pada menyerang mereka secara personal apalagi mempolisikan ya,” ucapnya. [tribunnews]



from Konten Islam https://ift.tt/3hQOZiG
via IFTTT
Back to Top