Muhammadiyah Serukan Waspada Politikus Ikan Lele, Apa Itu?

Artikel Terbaru Lainnya :

Sekjen PP Muhammadiyah, Abdul Muti di Kudus, Minggu (26/5/2019). 

KONTENISLAM.COM - PP Muhammadiyah menyerukan kewaspadaan terhadap politikus ikan lele. Politikus tersebut dianggap senang memperkeruh suasana dan mengadu domba di masa pandemi COVID-19.

Pernyataan tersebut disampaikan Sekum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, seperti dikutip dari situs Muhammadiyah, Rabu (4/8/2021). Mu'ti mengatakan istilah politikus ikan lele itu adalah ungkapan yang dipinjamnya dari Buya Syafi'I Ma'arif.

"Saya menyebut politisi ini tidak selalu mereka yang menjadi pengurus partai politik, tetapi orang yang pikirannya selalu mengaitkan berbagai keadaan itu dengan politik, berbagai persoalan dipolitisasi," kata Mu'ti.

"Politisi ikan lele itu adalah politisi yang semakin keruh airnya maka dia itu semakin menikmati kehidupannya sehingga karena itu sekarang ini banyak sekali orang yang berusaha memancing di air keruh dan banyak orang yang tidak sekadar memancing di air keruh tapi juga memperkeruh suasana," sambung Mu'ti.
 
Mu'ti menjelaskan politikus ikan lele adalah mereka yang bersikap partisan dan menggunakan popularitasnya sebagai pendengung. Di setiap kelompok partisan tersebut, Mu'ti menengarai selalu ada beberapa orang yang mengambil peran sebagai politikus ikan lele.

"Misalnya banyak yang mengaitkan dengan teori-teori konspirasi yang mengatakan bahwa Covid ini adalah buatan China, dan ini adalah cara China melumpuhkan Indonesia dan sebagainya. Saya kira pandangan-pandangan spekulatif itu tidak dapat kita benarkan tapi itu juga berseliweran di masyarakat sehingga dalam keadaan yang serba sulit seperti sekarang ini ada kelompok-kelompok tertentu yang saya pinjam istilahnya Buya Syafii Ma'arif itu seperti politisi ikan lele," jelas Mu'ti.
 
Menurut Mu'ti, Muhammadiyah tidak ingin masyarakat terseret tindakan para politikus ikan lele tersebut. Muhammadiyah ingin bangsa ini terus bangkit dan tidak terpuruk.

"Nah Muhammadiyah tidak ingin keadaan negeri kita ini semakin terpuruk dan Muhammadiyah juga tidak ingin pandemi Covid-19 ini menjadikan kita sebagai bangsa yang sakit, baik sakit secara jasmani maupun sakit secara sosial," kata Mu'ti.

"Bangsa yang sakit secara sosial itu adalah bangsa yang masyarakatnya tidak percaya satu dengan yang lainnya. Di mana masyarakatnya saling mencurigai satu dengan yang lainnya dan itu kita juga melihat tanda-tandanya sebagian ada yang berusaha memancing-mancing dan kemudian menumbuhkan rasa saling tidak percaya," ujar dia.[detik]



from Konten Islam https://ift.tt/2WMvT6c
via IFTTT
Back to Top